Kisah berawal
dari tahun 1991, di sebuah sudut kota New York yaitu di gang-gang sempit yang
gelap ada bayak anak yang menjadi pengemis untuk meminta uang pada orang-orang
yang lewat di jalanan. Terilihat 2 orang bocah kakak beradik dibalik tembok
yang sedang kedinginan.
Adik : “Hyung,
Aku kedinginan.
Kakak:
Tunggu sebentar. Sambil menengok ke arah ujung gang, dan ada seorang laki-laki
berkulit hitam sedang mengawasi gerak gerik mereka sembari mengancam. Kemudian
sang kakak memberikan jaketnya untuk kepada sang adik agar lebih hangat
Kakak: “Tidak
apa-apa, diam disini”, kemudian ia mulai bekerja untuk meminta-minta sumbangan
dari orang-orang yang lewat. Dengan susah payah ia mencari sepeser uang receh,
dan menenangkan adiknya yang khawatir akan kakaknya.
Tiba saatnya pengumpulan hasil mengemis di sebuah
gudang mereka dikumpulkan dengan anak-anak pengemis lainnya oleh segerombolan
geng untuk berbaris dan menyerahkan auang hasil mengemisnya.
Anak kulit
hitam yang pertama menyerahkan segenggam uang receh, kemudian si preman
menanyakan dengan bahasa inggris
Preman : “apakah
ini saja?”
Anak itu
bilang : “Maaf”
Preman : “huh,
maaf?” kemudian ditamparnya berulang-ulang.
Sang adik
mulai ketakutan dan memeluk kakaknya, kemudian giliran mereka berdua
menyerahkan hasil mengemis, ternyta hasilnya lebih sedikit dari anak yang tadi
di tamparnya.
Preman : “hanya
ini saja?”, lalu menampar sang kakak, kemudian ketika akan menampar sang adik,
sang kakak berusaha menyelamatkannya akhinya sang kakak dipukuli dengan
melindungi sang adik.
Kemudian
Preman kedua berkulit putih mulai bangkit dari duduknya lalu membawa sang adik
(bernama Ji Won) ke ruang sebelah, sang adik berteriak ketakutan sembari
memanggil kakaknya Jayden. Kemudian ruangan itu ditutup pintunya, dan Jayden
mulai dipukuli dengan membabi buta oleh preman berkulit hitam, sedangkan Ji won
dipukuli oleh preman berkulit putih dan bertato di ruang sebelah menggunakan
tongkat akhirnya Ji Won pingsan dengan keadaan berlumuran darah.
Jayden pun
di seret keruangan tempat adiknya dipukuli, ketika melihat adiknya sudah tidak
bergerak dan berlumuran darah ia mengambil tongkat dan akan memukul si preman
mengeluarkan pistol dan bersiap menempak Jayden kemudian ia terdiam.
Kemudian Bos preman tiba-tiba berubah pikiran dan langsung mengubah sasaran pistoknya ke arah adiknya yang sedang terbaring tak berdaya, Jayden pun berlari untuk melindungi Ji Won.
Bos preman
sangat marah sementara Jayden menunggu dengan tegang. Tiba-tiba terdengar suara
tembaka.
“Doooorrrr”
dan seketika itu hening dan segalanya berubah jadi hitam.
Terlihat
darah mengalir di lantai, ternyata darah itu berasal dari si preman kulit putih
yang bertato, ia tewas seketika. Jayden yang sedang memegang pistol ke arah si preman dengan
wajah ketakutan.
Lalu
tiba-tiba muncul seorang Pria bertongkat membuka pintu.
Jayden
membuka matanya dari tidur dengan wajah penuh luka, ia melihat lukisan-lukisan
dewi surga dengan sinar yang terang di atap tempat dia tidur, kemudian
terdengar suara seorang laki-laki menanyakan “Kamu sudah sadar”, lalu Jayden
bangkit dari tidurnya melihat ada seorang lali-laki bertongkat yang sudah
menunggunya.
Jayden yang sedang memegang pistol ke arah si preman dengan wajah ketakutan.
Suara pintu gudang terbuka dengan cahaya yang menyilaukan mata tiba-tiba muncul seorang Pria bertongkat membuka pintu.
Beberapa saat kemudian Jayden membuka matanya dari tidur dengan wajah penuh luka, ia melihat lukisan-lukisan dewi surga dengan sinar yang terang di atap tempat dia tidur, sambil tersenyum mungkin dia mengira itu mimpi yang indah, kemudian terdengar suara seorang laki-laki menanyakan “Kamu sudah sadar”, lalu Jayden bangkit dari tidurnya melihat ada seorang laki-laki bertongkat yang sudah menunggunya.
Jayden : “
Apakah ini... Surga?”
Laki-Laki
tua : “Surga? Benar, Kamu ada di surga.”
Terdengar
suara sirine polisi, kemudian Jaydenpun bergegas menengok keluar jendela kamar
dan melihat banyak polisis yang berkeliaran yang sedang mencari buronan.
Jayden
segera lari keluar kamar kemudian dihadang oleh bodyguard yang sudah
berjaga-jaga diluar kamar.
Jayden :
“Lepaskan aku! Siapa kalian?! Lepaskan aku!” sambil berteriak karena diseret
masuk oleh bodyguard.
Ahjussi :
“sekarang, orang-orang mencoba mencarimu, karena membunuh boss preman. Polisi
dan teman-temannya kemungkinan sangat berhasrat mencarimu. Saat kamu beranjak
keluar dari kamar ini, kamu... mungkin akan masuk ke penjara, atau.. kembali ke
neraka ke tempat asalmu berada.”
Jayden :
“Tidak mungkin. Itu bukanlah kesalahanku. Brengsek itu pantas menerimanya!. Dia
pantas untuk mati!”
Ahjussi :
“jayden, itu bukan kesalahanmu. Kesalahannya dibuat oleh ayahmu, yang membuang,
putra kesayangannya seperti sampah. Ah Seong Won. Hotel terbaik di Korea
Pimpinan Group Ciel.. Laki-laki itu adalah ayahmu”
Jayden
mandi untuk membersihkan badannya dari darah karena terluka dipukuli preman sembari
memikirkan ucapan ahjussi bertongkat tadi.
Ayahmu membunuh wanita yang aku cintai. Seperti
tidak cukup, dia takut akan keberadaanmu di dunia ini, lalu dia membuangmu
seperti sampah. Dia memakai topeng domba, tapi dia sangat licik dan jahat daripada
boss preman yang kamu bunuh. Laki-laki itu adalah ayahmu.
Jayden, kamu punya pilihan. Entah kembali
menjadi sampah, atau genggam tanganku, dan hidup di kerajaan yang mewah dan
indah ini. Aku berjanji. Aku akan membuatmu menjadi orang yang hebat, dan aku
akan meletakkanmu di kursi raja.
Tapi yang
lebih menarik perhatiannya adalah sebuah lukisan ibu yang sedang menggandeng
anaknya. Jayden lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh lukisan itu.
Di umur 11 tahun, hotel pertama yang aku lihat
adalah.. surga. Pada hari di tempat itu, Jayden sudah mati, dan Aku terlahir
sebagai Cha Jae Wan (Lee Dong Wook).
Adegan kembali ke Jayden Masa Kini
Sekarang
Jae Wan yang sudah dewasa mengulurkan tangannya bukan pada lukisan melainkan untuk mengambil gelas. Dirumahnya, yang ia tempati sekarang tampak foto-foto Jae Won mengenakan setelan rapi dan seorang laki-laki tua berkacamata yang dimuat di berita koran dan ada pula tumpukan buku di meja.
Lukisan seorang ibu yang menggandeng anaknya sekarang terpajang di rumahnya. Setelah sarapan, Jae Wan sedang mempersiapkan dirinya untuk bekerja, mulai memilih dasi, memakai jas lalu menyematkan label namanya di jas. Dia sekarang bekerja sebagai general manager di hotel Ciel, hotel yang konon katanya Joong Goo adalah hotel milik ayahnya Jae Wan.
Sesampainya di Hotel Jae Wan berkeliling hotel sambil menyapa tamu dan pegawai yang lewat serta mengevaluasi makanan yang akan disajikan pada para tamu, memeriksa persiapan pesta yang akan diadakan di water park nanti malam. Ia memeriksanya dengan sangat teliti, bahkan ketika melihat ada gelas yang sedikit kotor, ia langsung menyuruhnya membersihkan hingga benar-benar bersih.
Jae Wan membawa para wartawan berkeliling di water park hotel. Ia memberitahu mereka bahwa mereka membangun water park itu dengan memasang kaca di bagian atap untuk memberi kesan musim panas di water park, atau bisa juga disebut kolam renang luar ruangan.
"Kami adalah satu-satunya hotel di Korea yang mampu memberikan pelayanan kolam renang dan pertunjukkan kepada para tamu tidak perduli dalam kondisi cuaca apapun."
Salah
seorang reporter Perancis bertanya pada Jae Wan tentang keputusannya menolak
tawaran salah satu hotel Empire yang berada di Swiss, hotel yang menjadi impian
semua pekerja hotel di seluruh dunia, jadi kenapa Jae Wan menolaknya. Jae wan
mengatakan bahwa ia menolaknya karena hotel itu sudah menjadi hotel yang
terbaik.
“Menjadikan
yang terbaik dimana sekarang aku berada adalah tujuanku dan itu pula tujuan
masa depan hotel Ciel”. Ujar Jae Wan dalam bahasa Perancis dan membuat para
reporter berdecak kagum.
Diluar hotel muncul bapak tua berkacamata yang tampak kebingungan. Lalu dua orang pegawai hotel menyapanya.
Woo Hyun :
“oh, Pimpinan! Halo, pimpinan.” Sambil menghampiri Pimpinan Hotel Ah Seong Won
Go San :
“Halo, Pimpinan.” Nama saya Go San.
Kapten Go, Pak.”
Ah Seong
won : “oh..Kapten Go.”
Go San :
“Hari ini anginnya sangat dingin. Anda bisa terkena demam, pimpinan.” sambil menutup jas pimpinan Ah.
Namun pimpinan Ah terlihat sangat ketakutan saat Go San
Kedua pegawai hotel itu kaget dan bingung melihat sikap pimpinannya itu, kemudian Ah Seong Won pergi begitu saja dengan wajah kebingungan.
“Tidak...tidak
mungkin” Ketua Ah yakin kalau Baek Mi Yeon tidak mati karenanya “Dan juga kau
bukan anakku. Kau bukan putaku!”. Seru Pimpinan Ah.
Acara pemakaman Ketua Ah dilangsungkan di sebuah kuil yang di hadiri oleh banyak tamu-tamu penting. Termasuk diantaranya Joong Goo seorang kawan lama yang berpura-pura sedih karena kepergian teman masa kecilnya dulu.
“Hei teman. Kita sudah berteman selama 50 tahun. Bagaimana bisa kau... bagaimana bisa kau sekejam ini? Kalau kau mengalami masa sulit seharusnya kau memberitahuku. Bagaimana aku akan hidup ditinggal seperti ini?” tangis Joong Goo yang membuat semua tamu yang melihatnya langsung prihatin.
Beberapa saat kemudian, para petinggi hotel mengajak Joong Goo untuk pergi saja karena sepertinya puteri ketua Ah tidak akan datang. Tapi Joong Goo bersikeras kalau Mo Ne pasti akan datang.
Seorang petinggi yang lain langsung mengingatkan orang itu menjaga mulutnya karena orang yang dia bicarakan itu adalah satu-satunya keluarga ketua Ah. Joong Goo tidak tahan mendengar perdebatan mereka dan langsung menyuruh mereka diam, mengingatkan mereka untuk tidak bicara kurang ajar di tempat sakral seperti ini.
lanjut ke part 2
Namun pimpinan Ah terlihat sangat ketakutan saat Go San
Ah Seong
Won : “Tidak, tidak. Apa kamu baik-baik saja?” Namun pimpinan Ah terlihat sangat ketakutan saat Go San hendak memegang jasnya lalu cepat-cepat menyingkirkan tangan Go san.
Kedua pegawai hotel itu kaget dan bingung melihat sikap pimpinannya itu, kemudian Ah Seong Won pergi begitu saja dengan wajah kebingungan.
Woo Hyun membuntutinya dan bertanya “Pimpinan, saya
akan memandu anda menuju ruang pimpinan.”
Ah Seong
Won : “Bagaimana kamu tahu akau akan menuju ruang pimpinan? Apa selama ini kamu
selalu membuntuti aku?” dengan nada marah dan berusaha menangkis genggaman
tangan pegawainya.
Dengan nada
takut Woo Hyun menjawab : “Ti..Tidak.. Arah yang anda tuju menunjukkan ruang
pimpinan. Maafkan saya jika bertingkah kasar.”
Ah Seong
Won : “Benar...aku salah paham. Lakukan pekerjaanmu.”
Lalu
Pimpinan itupun pergi begitu saja lagi-lagi dengan wajah ketakutan seperti sedang di
kejar-kejar oleh seseorang yang misterius.
Woo Hyun :
“Aku merasa kasihan. Dia biasanya berpikiran jernih.”
Go San :
“Dia semakin memburuk.”
Setelah
mengantarkan para reporter pergi, Jae Wan melihat ketua Ah sedang berjalan
dengan ketakutan sambil terus menerus menoleh ke belakang. Ketua Ah lalu duduk
di senuah bangku sambil memperhatikan sekelilingnya. Jae Wan jadi teringat saat
dulu dia melihat ketua Ah sedang berpidato dengan penuh kharisma.
Flashback,
Pimpinan Ah
mengatakan dalam pidatonya bahwa kehebatan sejati terletak pada kemampuan
seseorang untuk melangkah maju dari masa lalu. Dia berjanji bahwa dia akan
menjadikan Ciel memeperoleh gelar hotel terbaik yang mampu melampaui
batasan-batasan di seluruh Asia dan masuk ke pasar dunia.
“Dengan
bangga aku membuat janji ini dihadapan kalian semua” ujar Pimpinan Ah dengan
disambut tepuk tangan yang meriah diseluruh ruangan.
Kembali ke
masa kini,
Pimpinan Ah
yang dulu sangat berkarisma sekarang menjadi orang linglung yang selalu
ketakutan dan Jae Wan melihatnya dengan penuh kebencian.
Malam
harinya, Pimpinan Ah melepar gelas sampai pecah dengan sangat marah. Tapi Jae
Wan yang saat itu sedang bersamanya sama sekali tidak bereaksi apapun bahkan
tidak berkedip.
Ah Seong
Won : “Dasar bajing** tidak tahu terima kasih”
Pimpinan Ah
tidak menyangka bahwa Jae Wan yang sudah ia percayai sekian tahun tega
menusuknya dari belakang. Sekarang Pimpinan Ah tahu kalau Jae Wan sengaja
mendekatinya untuk tujuan tertentu.
“Saat kau
menyelamatkanku setahun yang lalu. Lalu semua tawaran hotel dari berbagai negara
yang kau tolak, semua itu sudah kau rencanakan sejak awal bukan?” Tanya
Pimpinan Ah dengan penuh curiga.
Lalu dengan
tenangnya Jae Wan menjawab “Iya”
Pimpinan Ah
sangat terkejut mendengarnya, kemudian ia marah dan menuntut jawaban kenapa Jae
Wan melakukan hal ini padanya. Jae Wan mengatakan bahwa alasan dia melakukannya
adalah karena dia harus bertemu dengan pmpinan Ah.
“Kau
membuang ibuku yang malang dan aku ketika aku masih baru lahir”
Jae Wan
berusaha keras untuk masuk ke hotel itu hanya untuk melihat ayahnya yang hidup
dengan baik setelah apa yang dia lakukan padanya dan ibunya.
Jae Wan
merasa jijik dan marah sebelum dia mengakhiri kata-katanya “..Ayah”
“Cha Jae
Wan”
“Baek Mi
Yeon” Jae Wan meneriakkan nama ibunya.
Nama itu
langsung membuat pimpinan Ah terkejut, Pimpinan Ah bertanya siapa sebenarnya
Jae Wan. Jae Wan mengatakan bahwa 30 tahun yang lalu Pimpinan Ah meninggalkan
Baek Mi Yeon yang mati setelah dia melahirkan putra pimpinan Ah.
Amarah Jae
Wan memuncak lalu ia menarik kerah jas pimpinan Ah dan menyuruh pimpinan Ah
untuk mengakui kalau dia telah membuang Jae Wan dan ibunya seperti sampah hanya
untuk mengejar kesuksesan. Jae Wan meneteskan air mata ketika Pimpinan Ah untuk
mengakui kesalahannya, dengan begitu Jae Wan merasa lega dan dapat melanjutkan
hidupnya.
Tetapi
Pimpinan Ah bersikeras menolak mengakui Jae Wan sebagai anaknya, “Kau bukan
anakku, bukan anakku. BUKAAN!”
Jae Wan
mendesah kecewa tapi dia masih belum menyerah, Jae Wan mengatakan kalau dia
akan memberi Pimpinan Ah waktu, Jae Wan berjanji kalau dia akan kembali setelah
dia selesai membuka acara pestanya.
“Kalau saat
itu kau belum mau mengakuinya, maka aku akan menujukkan pada dunia kalau aku
adalah anakmu, dan pimpinan hotel Ciel akan menjadi seorang pembunuh”, ancam
Jae Wan dengan tenang dan membuat ketua Ah menjadi semakin ketakutan
Pesta di water
park akhirnya di mulai dan para tamu yang semuanya memakai bikini ikut
bergoyang mengikuti irama lagu sang penyanyi di panggung dengan meriah dan Jae
Wan mengawasi berjalannya acara di belakang. Jae Wan melihat gemuruh kembang
api yang meletus di udara melalui atap kaca water park sungguh indah.
Bersamaan dengan
waktu peluncuran kembang api Pimpinan Ah duduk diruang kantornya sendiri sambil
menyaksikan pemandangan yang sama dari jendela ruang kantornya. Sebari menelpon
seseorang dan mengucapkan maaf pada seseorang.
“Maafkan
aku, nak . Maafkan aku, anakku”
Dan setelah
itu Pimpinan Ah menjatuhkan ponselnya. Ketika itu, seseorang misterius datang
dari belakang.
Di tengah
maraknya pesta, ada sesuatu jatuh dari atap hingga menembus atap kaca dan
terjatuh ke kolam renang sehingga membuat para tamu terkejut, dan lari
berhambunran dengan panik sementara Jae Wan langsung berlari menghamipiri mayat
tersebut ternyata tidak lain adalah Pimpinan Ah yang terjatuh dan kolampun
semakin memerah karena darah yang mengalir dari mayat tersebut.
Di ruang
kantor ketua, sosok misterius yang tadi datang dari belakang Pimpinan Ah
sekarang sedang mengawasi semuanya ddari jendela.
Para
reporter berebut memotret kejadian itu sementara Jae Wan hanya terdiam
memandangi mayat Pimpinan Ah. Jae Wan merasa marah melihat pimpinan Ah mati, ia
merasa telah ditipu padahal dia belum mendengar apapun pengakuan dari pimpinan
Ah.
“Bangun.
Aku bilang bangu!” Ujar Jae Wan dalam hatinya.
Tapi nasi
telah menjadi bubur ia telah tewas ditempat. Jae Wan langsung pergi meninggalkannya.
Di luar
hotel, polisi menghadang siapapun yang ingin masuk termasuk para pegawai. Saat
Woo Hyun dan Go San melihat mayat pimpinan Ah yang sedang didorong petugas masuk kedalam ambulans, mereka langsung
berlari menghampirinya, bertanya-tanya apa yang telah terjadi, apakah ketua ah
benar-benar sudah mati. Woo Hyun-lah yang paling sedih saat ambulans pegi
membawa jenazah pimpinan Ah.
Jae Wan
pergi menemui Joong Goo dan memberitahunya kalau pimpinan Ah sudah dibawa ke
rumah sakit Universitas Myeongin. Setelah mendengar hal itu, Joong Goo langsung
melemparkan tongkatnya ke Jae Wan tetapi ia dengan sigap berhasil
menghindarinya dan mengenai seekor kucing.
“Setiap
kali aku melihat kucing liar untuk beberapa alasan membuat suasana hatiku
mejadi buruk. Membodohi mata orang lain, mengendap-endap dengan hati-hati.
Mereka itu cocok untuk mengobrak-abrik sampah” ujar Jong Goo
Joong Go
marah karena Jae wan tidak percaya padanya, apa Jae Wan pikir pimpinan Ah akan
berlutut dan meminta maaf kalau Jae Wan membeberkan identitasnya sebagai anak
dari pimpinan Ah. Jae Wan mengaku kalau dia memang berpikir seperti itu, dia
hanya tidak menyangka kalau Pimpinan Ah akan menghindarinya walaupun dengan membahayakan
nyawanya sendiri.
“Itulah
ayahmu”
Joong Goo
memberitahu kalau sebentar lagi putrinya pimpinan Ah, adiknya Jae Wan yang
bernama Ah Mo Ne akan segera datang ke Korea. (masa sih dia sodaraan...?
>.<)
Joong Goo
memberitahu Jae Wan kalau Mo Nae berbeda darinya karena Mo Nae dibesarkan
dengan kemewahan, bahkan warisan termasuk saham hotel sudah diserahkan pada Mo
Nae.
“Tidak
mungkin kau juga berpikir untuk mendapatkan hotel itu kan?”
“Sekarang
aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil apapun dariku... siapapun orangnya”
Joong Goo
langsung senang mendengarnya “Bagus, anak baik. Jayden ku”
Joong Goo
lalu melihat jam tangan pecah yang tadinya milik pimpinan Ah saat dia terjatuh
kedalam kolam renang. Joong Goo mengatakan kalau jam tangan itu adalah jam
tangan berharga yang diturunkan dari kakeknya Jae Wan pada ayahnya Jae Wan.
“Jagalah
baik-baik jam ini. Sekarang pemilik jam ini adalah kau” kata Joong Goo
Jae Wan
langsung menggenggam jam tangan itu erat-erat
dengan tangan gemetar.
Setelah
kembali ke rumahnya, Jae Wan melihat lukisan ibu dan anak. Lukisan itu
membuatnya teringat mas kecilnya yang tersenyum bahagia saat pertama kali
melihat lukisan itu. Saat dia teringat pimpinan Ah, dia bertanya-tanya apakah
mengakuinya sebagai anak jauh lebih buruk daripada kematian.
“Akan
kutunjukkan padamu, seberapa jauh aku bisa naik di kerajaan yang kau bangun ini”
Janji Jae Wan.
Beberapa hari
kemudian, berita di TV si deluruh penjuru korea menyiarkan kabar kematian Ketua
Ah. Ketua Ah diduga bunuh diri dikarenakan mengalami depresi
Berita itu
membuat keadaan dan suasana hitel jadi berantakan. Banyaknya reservasi kamat
hotel yang di batalkan, semua tamu langsung cabut bahkan ada yang meminta uang
yang telah dipakai untuk reservasi dikembalikan karena mereka takut akan hantu
Ketua Ah akan bergentayangan di hotel tersebut.
Acara pemakaman Ketua Ah dilangsungkan di sebuah kuil yang di hadiri oleh banyak tamu-tamu penting. Termasuk diantaranya Joong Goo seorang kawan lama yang berpura-pura sedih karena kepergian teman masa kecilnya dulu.
“Hei teman. Kita sudah berteman selama 50 tahun. Bagaimana bisa kau... bagaimana bisa kau sekejam ini? Kalau kau mengalami masa sulit seharusnya kau memberitahuku. Bagaimana aku akan hidup ditinggal seperti ini?” tangis Joong Goo yang membuat semua tamu yang melihatnya langsung prihatin.
Beberapa saat kemudian, para petinggi hotel mengajak Joong Goo untuk pergi saja karena sepertinya puteri ketua Ah tidak akan datang. Tapi Joong Goo bersikeras kalau Mo Ne pasti akan datang.
“Anak kecil
itu. Dia bahkan tidak datang ke pemakaman ayahnya sendiri. Bagaimana bisa kita
mempercayakan Ciel pada orangs eperti itu? Masa depan sepertinya akan suram”
keluh salah seorang petinggi Hotel.
Seorang petinggi yang lain langsung mengingatkan orang itu menjaga mulutnya karena orang yang dia bicarakan itu adalah satu-satunya keluarga ketua Ah. Joong Goo tidak tahan mendengar perdebatan mereka dan langsung menyuruh mereka diam, mengingatkan mereka untuk tidak bicara kurang ajar di tempat sakral seperti ini.
“Anak itu
bahkan tidak tahu bagaimana dunia ini bekerja, apakah dia merasa merasa terluka
atau tidak, apa kalian tidak khawatir sama sekali?”
Joong Goo
mengeluh bagaimana dia akan menghadapi temannya (ketua Ah) saat dia mati nanti
kalau mereka bersikap seperti ini. Dia lalu berjalan pergi dengan kesal, tapi
tiba-tiba hampir jatuh dan membuat semua orang khawatir. (lagaknyaa ni orang
ckckckck bermuka dua emang)
lanjut ke part 2
Lanjut ke part 2 nya gimana min
ReplyDeleteLanjut ke part 2 nya gimana min
ReplyDelete