Jae Wan
sedang mengemudi bersama dengan salah seorang manager hotel bernama Jang Ho Il
pada saat hujan salju turun dengan cukup lebat. Manager Jang berusaha
berbincang dengan Jae Wan tapi Jae Wan selalu menjawab semua pertanyaan Manager
Jang dengan sangat singkat.
“Hujan
saljunya lebat sekali. Ketua pasti kedinginan, hatiku jadi sakit. Apa kau yakin
kau tidak perlu datang ke acara pemakaman?” tanya manager Jang
“iya” jawab
Jae Wan dengan singkat
“Aku jadi
merasa tidak enak. Aku bisa melakukan apapun dengan baik tapi aku sangat lemah
dalam mengemudi”
“iya”
Mendengar
semua jawaban singkat itu manager Jang bertanya-tanya apakah Jae Wan tidak suka
berurusan dengan serbis mulut, candaan dan omong kosong. Dan lagi-lagi Jae Wan
menjawabnya dengan singkat “Iya”
Manager
Jang mengeluh kecewa dengan klien mereka yang sudah bekerja bersama mereka
selama 10 tahun tapi sekarang menolak mereka hanya karena alasan ketua sudah
tidak ada. Melihat keadaan jadi seperti ini, manager Jang menyarankan pada Jae
Wan agar mereka selalu waspada.
Manager
Jang lalu menyalakan radio untuk mendengarkan lagu tapi radio malah menyiarkan
berita tentang cuaca buruk yang terjadi
di daerah Youngdong. Akibat cuaca buruk, penerbangan hari ini banyak yang
dibatalkan dan mengakibatkan puluhan orang-orang yang akan kembali ke cina tidak
dapat pulang dan tertahan di bandara karena tidak bisa pulang. Penyiar radioa
mengatakan bahwa akan ada salju lebat setinggi 50 cm di daerah itu.
Berita itu
tiba-tiba membuat Jae Wan langsung punya sebuah ide yang bagus dan saking
bagusnya ide yang dia miliki, sampai-sampai Jae Wan langsung menyuruh sopir
menghentikan mobilnya secara mendadak dan membuat manager Jang hampir
jantungan.
Jae Wan lalu menelpon seseorang dan memerintahkan orang itu untuk segera menyiapkan 3 bus pariwisata ke bandara sekarang juga.
Jae Wan
menyuruh orang itu untuk menawarkan harga 3 kali lipat pada pihak perusahaan bus,
dengan begitu pihak perusaan bus pasti mau datang dalam keadaan cuaca apapun/
“Kenapa
bus?” tanya manager Jang yang tidak mengerti rencana yang sedang dibuat Jae Wan
“Kita akan
mendapatkan pelanggan” ujar Jae Wan dengan penuh keyakinan
Jae Wan
lalu berputar arah dengan kecepatan tinggi padahal jalanan sedang licin sampai
membuat manager Jang berteriak ketakutan.
Sementara itu Woo Hyun masih sangat bersedih atas kematian ketua Ah, dia bahkan masih memakai pita hitam tanda berkabung di jas kerjanya.
Kesedihan
Woo Hyun ternyata terjadi karena dia memang sangat mengagumi ketua Ah. Woo Hyun
bahkan memiliki artikel majalah tentang ketua Ah yang dia tempel di lokenya. Di
sebuah catatan kecil Woo Hyun menulis kalau ketua Ah adalah teladan baginya dan
Woo Hyun ingin sekali menjadi pemilik Hotel yang baik hati seperti ketua Ah.
Jin Jung Han, seorang resepsionis hotel membantu Woo Hyun untuk tidak bersedih terus karena sekarang ini sudah 137 hari dan 8 menit sejak kematian ketua Ah, lagi pula kematian ketua Ah juga bukan salahnya Woo Hyun.
Tapi Woo
Hyun tetap merasa bersalah, Woo Hyun menyesal seharusnya hari itu dia mengikuti
ketua Ah.
“Kalau
waktu itu aku melakukannya...”
“Bahkan
sekalipun kau melakukannya, kau tidak bisa mencegah hal ini terjadi. Kita hanya
bisa berdoa semoga beliau sekarang berada di tempat yang jauh lebih baik” kata
Go San.
Goo San lalu
menyuruh Woo Hyun untuk melepaskan pita hitamnya tapi Woo Hyun tidak mau
melepaskannya karena hatinya masih belum rela melepaskan ketua Ah.
Seorang
pegawai hotel bernama Noah tiba-tiba datang untuk menyuruh mereka semua segera
memakai seragam lagi karena sedan dalam keadaan darurat.
Manager
Jang datang sambil berteriak dalam bahasa Cina dan memimpin para tamu Cina itu
masuk ke dalam hotel. Sesampainya di meja resepsionis, manager Jang menyuruh
semua tamu untuk berbaris mengantri Check-in.
Seorang
resepsionis wanita bernama Yoon Dae Jeong sangat senang melihat kedatangan tamu
itu.
“Apa yang
terjadi?” bisik Dae Jeong pada manager Jang
“Siapa aku?
Aku manager on duty, Jang Ho Ol” Kata manager Jang dengan sangat bangga.
Semua
pegawai hotel langsung berlarian sibuk melakukan pekerjaan mereka
masing-masing. Kedua resepsionis sibuk mencatat daftar para tamu sementara Jae
Wan sibuk memberi pengarahan pada para pegawai yang lain.
Dia
menyuruh manager bagian makanan untuk menyiapkan teh hangat untuk para tamu
karena mereka sudah berada diluar ruangan dalam waktu yang cukup lama, dia juga
memerintahkan agar bioskop dan spa digratiskan.
“Semuanya ... tolong bekerjalah dengan baik pada pekerjaan kalian masing-masing. Berpikirlah bahwa tidak terjadi apapun pada kita”
“Saya juga
berharap tidak terjadi apapun. Tapi sesuatu telah terjadi. Tolong izinkan saya
berkabung” Woo Hyun memohom pada Jae Wan
Jae Wan
melihat pita hitam di jas Woo Hyun tapi dengan dinginnya Jae Wan mengatakan
kalau semua orang diam bukan berarti mereka tidak bersedih. Jika Woo Hyun ingin
membuat para tamu merasa tidak nyaman karena perasaan pribadinya maka sebaiknya
Woo Hyun pergi saja.
“Bukannya
saya ingin membuat mereka merasa tidak nyaman...” penjelasan Woo Hyun
“Apa aku
harus mengatakannya sekali lagi?” ketus Jae Wan
Woo hyun
langsung terdiam dan Go San cepat-cepat menjawabnya untuk Woo Hyun
“Tidak,
anda tidak usah khawati”
Setelah Jae
Wan pergi, Go San menepuk-nepuk punggung Woo Hyun untuk menyemangati hati Woo
Hyun yang kecewa.
Dalam
perjalanan pulang dari acara pemakaman, Joong Goo menyuruh sekretarisnya untuk
menyalakan radio. Berita di radio menyiarkan tentang siapa yang akan menjadi
Presdir baru hotel Ciel, dan pesaing terkuat adalah Ah Mo Ne, putri tunggal
mendiang ketua Ah yang terkenal sebagai Paris Hilton-nya Korea.
Joong Goo
tidak suka mendengar berita itu maka sekretarisnnya pun langsung mengganti
saluran radio yang menyiarkan lagu-lagu. Saat lagu sedang dimainkan Joong Goo
menggerak-gerakkan kakinya sesuai ritme lagu yang sedang mengalun. (whaattt?? Itu
kakinya pincang bo’ongan...?)
Sementara
itu di sebuah kapal barang Cina yang sedang dalam perjalanan ke Korea, Ah Mo Ne
yang sedang memakai jilbab, sedang muntah-mutah karena mabuk laut.
Seorang
petugas kapal mendatanginya dan mengatakan bahwa mereka akan segera tiba di
Korea satu jam lagi. Walaupun Mo Ne memakai jilbab tapi pria itu tahu kalau Mo
Ne bukan muslim, pria itu curiga kalau Mo Ne sedang menyamar karena sedang
dikejar-kejar.
“Pergilah
bersamaku. Kalau kau tidak punya tempat untuk pergi di Korea. Aku akan
membiarkanmu tidur dirumahku” ujar pria kurang ajar itu sambil berusaha
menyentuh wajah Mo Ne.
Mo Ne
langsung menampik tangan pria itu, lalu tiba-tiba Mo Ne mengerang lirih sampai
akhirnya dia berteriak seperti orang gila sambil melepaskan jilbabnya dan
membuat rambutnya berantakan di wajahnya seperti hantu.
“Pergilah...
kalau kau tidak mau kau akan kujadikan makanan ikan! Mengerti?!” teriak Mo Ne
dalam bahasa Cina.
Pria itu
langsung ketakutan lalu kabur ketakutan.
Sesampainya
di pelabuhan, Mo Ne sedih dan kesal memandangi langit yang sangat cerah.
Saat Mo Ne
hendak keluar dari pelabuhan dengan memakai jilbab dan cadar, dia melihat ada
beberapa pria mengenakan setelan hitam sedang mencarinya diantara semua
penumpang yang lain.
Mo Ne
ketakutan langsung menunduk sembungi di balik troli barang milik salah satu
penumpang. Tapi penumpang itu tiba-tiba pergi tanpa sepengetahuan Mo Ne dan
membuat Mo Ne panik. Dia berusaha mengendap-endap tapi malah terjatuh dan
mengakibatkan terjadinya keributan yang justru membuat perhatian kawanan pria
yang memang sedang mencarinya.
Keributan
itu membuat Mo Ne jadi semakin panik dan dia langsung lari secepat mungking.
Kawanan pria itu langsung curiga dan mengejarnya.
Mo Ne dan
kawanan pria berbaju hitam kejar-kejaran di sebuah pasar ikan. Mo Ne terus berlari menyingkirkan semua pekerja
pasar yang menghalanginya.
Saat dia
menoleh kebelakang, tiba-tiba dia menabrak tumpukan kotak penyimpanan ikan
sampai terjatuh dan membuat kawanan pria itu langsung menghadangnya dengan
santai. Saat Mo Ne berusaha melarikan diri ke arah lain, anggota kawanan pria
berbaju hitam langsung menghadangnya dari berbagai arah.
Mo Ne
mundur perlahan-lahan ke sebuah kios dan kawanan pria berbaju hitam langsung
mendekatinya sambil mengeluh karena Mo Ne membuat pekerjaan mereka jadi sulit.
Serta merta
Mo Ne melemparkan tumpukan ikan-ikan dan es pada para pria itu, memandang
mereka, melepaskan tali pengikat barang-barang yang langsung menjatuhi para
pria itu lalu melarikan diri secepat mungkin.
Para pria
berbaju hitam itu hampir saja kehilangan jejak Mo Ne sampai mereka melihat
sosok berjilbab tanpa menyadari kalau Mo Ne yang asli sedang bersembunyi dan
sudah berganti baju. Setelah yakin kalau orang-orang itu pergi mengejar orang
lain, Mo Ne langsung mendesah lega dan pergi ke arah lain.
Sementara
itu di hotel, Baek Mi Nyeo, seorang manager training hotel Ciel yang suka
membawa-bawa tongkat sedang berkeliling di lorong-lorong kamar-kamar tamu saat
tiba-tiba dia memperhatikan sebuah kamera CCTV.