Friday, May 16, 2014

Sinopsis You're All Surrounded Episode 2 Part 2

You’re All Surrounded Episode 2 – 2


Eung Do melaporkan kasus yang baru mereka terima. Tentang kasus pria-pria yang tertipu dengan teman kencannya yang baru mereka kenal di club.

Pria-pria itu dibawa ke restoran oleh para gadis yang membeli anggur dan makanan mahal dengan menggunakan kartu kredit  mereka. Pembelian itu tentunya meningkatkan penjualan restoran. Dan setelah itu gadis-gadis itu menghilang tanpa kabar. Rata-rata pengeluaran kartu kredit antara 1,8 – 2 juta won per kasus yang terjadi di 6 restoran dan sudah ada 23 laporan yang masuk.

Pan Seok menyimpulkan kalau kasus ini seperti kasus pekerjaan paruh waktu di restoran ang sudah terorganisir.



Tae Il akan memberikan laporan tentang 2 laporan baru saat Soo Sun tiba-tiba menyodorkan sebuah dokumen ke hadapan Pan Seok. Tentu saja Pan Seok heran. Apa ini?


Soo Sun menjelaskan kalau laporan itu adalah analisa sidik jari yang telah ia lakukan, yang membuktikan kalau ia tak bersalah. Tak ada sidik jarinya di cutter itu. “Saya meminta bantuan tim NSF. Saya pikir karena Anda tak mempercayai saya, setidaknya saya harus melakukan hal ini untuk membuktikan kalau saya tak bersalah.”


Pan Seok akan bicara, tapi Soo Sun menghentikannya. “Anda tak perlu minta maaf. Sekali lagi saya katakan, saya hanya ingin membuktikan kalau saya tak bersalah dan saya akan bekerja keras lagi di masa yang akan datang.” Soo Sun membungkuk menghormat dan meneruskan, “Saya memang bersalah telah memakai sandal. Saya tak akan mengulanginya lagi.”


Tanpa menunggu jawaban Pan Seok yang masih bengong, Soo Sun berbalik dan jalan berbaris dengan dagu terangkat. Kaki kanan maju, tangan kanan maju. Ganti kaki kiri maju dan tangan kiri maju.


Haha.. Soo Sun pasti sekarang gugup setengah mati, nih.. Apalagi diliatin oleh semua teman satu timnya, bahkan Ji Gook tak bisa menyembunyikan rasa gelinya. Di meja, Soo Sun membuka catatan pidato yang tadi ia ucapkan, dan bergumam, menyelamati dirinya sendiri.


Setelah melihat keantikan Soo Sun, Eung Do mengisyaratkan Tae Il untuk meneruskan. Tae Il pun memberitahu kalau ada 2 laporan baru. Satu tentang tagihan kartu kredit yang terlalu tinggi dan satu lagi laporan pencurian jam tangan limited edition seharga 100 juta won. Dan semua itu terjadi di Club Elis tempat para pria itu bertemu dengan teman kencannya. Setelah itu teman kencannya itu menghilang.


Eung Do berkata kalau ada salah satu pria yang akan mengajak kencan salah satu gadis di sebuah restoran. Pan Seok pun berkata kalau mereka harus segera bergerak. Anak-anak baru itu langsung sigap berdiri, antusias menghadapi kasus pertama mereka di lapangan.


Tapi Pan Seok meletuskan balon kebahagiaan P4. Ia menunjuk semua kekurangan mereka, kalau mereka melakukan pekerjaan ini hanya untuk bersenang-senang. Ia memberitahu kalau ketua tim 2, yang sebelumnya Ji Gook katai berwajah sangar, memiliki partner yang tewas 3 tahun yang lalu. “Jangan bertindak seenaknya. Kalau kalian ingin berakting seperti polisi, pergi saja ke arena bermain. Untuk anak baru seperti kalian, tempat paling aman adalah di kantor.”

Dan Pan Seok meninggalkan ruangan, diikuti oleh Eung Do.


Dae Gu hanya bisa menghela nafas kesal. Ji Gook menyalahkan Soo Sun yang mengungkit-ungkit masalah cutter itu. Tapi Soo Sun malah menyalahkan Ji Gook, karena Ji Gooklah yang menaruh cutter itu tapi terlalu pengecut untuk mengakuinya. Ji Gook masih membantah dan Soo Sun terus menuduh.


“DIAM!!” bentak Dae Gu. “Apakah sekarang hal itu penting? Yang penting sekarang adalah Detektif Seo pergi tanpa kita!”

Keduanya menunduk, nampak bersalah.


Sementara itu, Pan Seok dan Eung Do makan malam di restoran itu. Tapi begitu si gadis datang dan mengedarkan tatapan ke seluruh restoran mencari pria buruannya, gadis itu langsung menyadari kalau ia diincar oleh polisi dan langsung melarikan diri.


Eung Do langsung menyalahkan Pan Seok yang tak membawa P4. “Ada kata ’Detektif’ yang tertulis di wajah kita!”

Haha.. emang, sih.. coba mereka pakai baju seflamboyan calon korban di restoran tadi, pasti nggak akan ketahuan. Pan Seok duduk dengan murung sambil makan sate sosis. Entah murung karena kehilangan target, atau murung karena wajahnya adalah wajah Detektif.


Karena mereka sudah ketahuan, Eung Do menyarankan agar Pan Seok percaya pada anak-anak baru itu untuk pergi ke klub. Pan Seok enggan melakukannya, tapi Eung Do terus membujuk dengan alasan memberi P4 kesempatan, “Biarkan mereka melakukan uji coba di lapangan.


P4 yang bersungut-sungut di kantor karena ditinggal bosnya, melompat kegirangan saat Tae Il menerima telepon dari Eung Do.


Malam hari, P4 sudah siap menyamar. Mereka melepas semua atribut polisinya. Soo Sun bahkan berdandan dan menambahkan scarf di leher agar terlihat lebih chic. Pan Seok menjelaskan dasar-dasar penyamaran. “Dan yang paling penting, jangan lakukan apapun sehingga bisa menarik perhatian. Apalagi terlibat dalam perkelahian.”


Pan Seok menambahkan kalau tugas ini adalah kesempatan pertama dan terakhir yang akan ia berikan pada P4. “Kalau kalian juga mengacaukan hal ini..” ekspresi panik muncul di wajah P4, saat Pan Seok meneruskan, “aku tak sudi melihat wajah kalian lagi.”


Dan masuklah mereka ke klub diskotik. Tugas mereka hanyalah merekam wajah-wajah para cabe-cabean itu atau mendapatkan nomor telepon atau membuat janji kencan.


Soo Sun ditugaskan untuk masuk ke restroom wanita sesering mungkin untuk mendapatkan informasi. Yang dilakukan Soo Sun lebih ekstrim. Ia menunggu di salah satu toilet dan menunggu di sana dengan recorder di tangan.


Sedangkan Ji Gook mendekati salah seorang pelayan dan menyuapnya untuk memberi akses pada para cabe-cabean itu. Kocaknya, Ji Gook yang naïf, memberikan uang suap sambil berkata, “Saya bisa minta bon untuk uang ini, tidak?”


Tae Il? Dengan gayanya yang cool, ia lebih mudah berbaur dengan para gadis yang bergoyang. Sementara itu ada dua orang pria, seperti eksekutif muda, yang duduk-duduk sambil mengamati orang-orang di lantai diskotik. Salah satu pria itu memegang handphone untuk merekam, khususnya pada dua pemuda yang ada di dalam kerumunan.


Dae Gu malah sibuk melihat-lihat barang-barang mewah di handphone-nya, kemudian melihat ke orang-orang di depannya. Seakan Robocop, ia bisa menilai merek-mereka apa yang dipakai orang-orang itu lengkap dengan harga barangnya. Whoaa.. cool!


Tae Il mendekati Dae Gu dan bertanya apa Dae Gu sudah menemukan target mereka? Dae Gu menjawab belum. Ia sekarang sedang mengidentifikasi gadis-gadis matre itu. Bagaimana caranya? Dae Gu mencontohkan.


Gadis bergaun merah yang tak bisa menari dengan bebas karena kakinya sakit, yang berarti jarang memakai sepatu tinggi. Bajunya keren, tapi kukunya dipotong pendek, mungkin dia bekerja di tempat yang membutuhkan higienitas tinggi. “Kemungkinan gadis itu materialistis menjadi rendah.”

“Whoaa..” Tae Il terkesima mendengar analisa Dae Gu.


Dae Gu kemudian menunjukkan gadis yang memakai barang bermerek dari ujung rambut sampai ujung kaki, apalagi memakai gelangnya adalah Chrysler yang limited edition, “Dia mungkin adalah putri orang kaya yang tak pernah berkeringat. Dan dengan ia selalu mengambil jarak dengan speaker dan mendekati AC, ia sepertinya pelanggan tetap club.”


Tae Il terus terkesima, membenarkan karena ia juga sering melihat gadis itu di club ini. Dae Gu pun menunjuk pada seorang gadis yang bergaun sederhana dan feminine, “Dan memakai jam Brigue A00892 Navy..”

Dae Gu berhenti bicara. Tae Il pun menyadari sesuatu, “Jam Brigue? Jam yang dicuri itu?”


Bingo! Tae Il beranjak menemui gadis itu, tapi Ji Gook tiba-tiba muncul dan mengeluh, meminta Tae Il mengajarinya cara mendekati cabe-cabean. Duh.. Dae Gu tutup muka, takut penyamaran mereka ketahuan. Tapi Tae Il langsung melepas jaketnya dan memberikan pada Tae Il, menyuruhnya memakai jaket itu. “Merek jaket ini bagus untuk membuat si target terkesan.”

Tae Il pun mendekati gadis itu, dan tak butuh waktu lama untuk Tae Il mendapatkan nomor telepon si gadis. Ji Gook bertepuk tangan kegirangan melihat rekannya berhasil, begitu pula Dae Gu yang sekarang nampak tenang.


Di dalam toilet, Soo Sun sudah kesemutan karena duduk di atas kloset. Tapi penderitaannya terganti saat ada dua gadis masuk dan bicara tentang korban yang mereka dapatkan. Soo Sun langsung menekan tombol record, dan keluar toilet, berpura-pura mabuk.


Kedua gadis itu tak sadar kalau gadis mabuk di sebelah mereka itu adalah polisi dan terus membicarakan ‘bisnis’ mereka. Bingo!


Soo Sun membuntuti kedua gadis itu dari kejauhan. Salah satu gadis tak sengaja menginjak kaki gadis yang tadi kata Dae Gu adalah putri orang kaya. Gadis kaya itu tak terima dan mendorong penabraknya. Ia mengambil sepatu gadis matre itu dan tersenyum sinis. Ia membanting sepatu itu hingga haknya patah.


Belum puas mematahkan sepatu, ia melempar segepok uang ke muka gadis matre itu. “Uang untuk pengganti sepatumu. Cukup, kan?!” Gadis matre itu mau marah, tapi gadis kaya itu malah menyiram air ke wajah si matre.


Soo Sun terkesiap melihat si matre dipermalukan. Gadis kaya itu melepas sepatunya yang mirip dengan sepatu gadis mata duitan itu hanya beda warna. Ia berkata menghina, “Apa kau lihat ini? Crstal Louboutin SS Collection Limited Pink. Hanya ini satu-satunya sepatu di negeri ini. Sepatu ini tak bisa dibeli dengan gabungan gaji orang tuamu.”


Soo Sun mengepalkan tangannya kesal mendengar hinaan gadis kaya itu. Ia maju menghampiri si gadis kaya, tapi Ji Gook muncul untuk mencegahnya. Ji Gook mengingatkan pesan Pan Seok sebelumnya. Jangan ikut campur.


Tapi mereka terkejut melihat si gadis kaya itu sekarang melewati batas dengan memukul gadis matre itu dengan tas mereknya. Tak hanya sekali, tapi berkali-kali hingga berdarah. Soo Sun mencoba melepaskan diri dari Ji Gook, ingin membantu gadis itu.


Tak disangka, ada seseorang mendahuluinya. Dae Gu. Soo Sun dan Ji Goo terbelalak melihat Dae Gu mencengkeram tangan si gadis kaya dan menguliahinya tentang hitung-hitungan ekonomi antara harga sepatu dan gabungan gaji orang tua yang bisa digunakan untuk membeli sepatu itu.


Kuliahnya terhenti saat si gadis kaya itu melepaskan tangannya dan menjambak rambut Dae Gu dan mendorongnya jatuh. Whoaa…


Soo Sun yang sudah menahan diri dari tadi, langsung meledak. Ia menyerang gadis itu, tapi gadis itu malah balik menjambak rambutnya. Ji Gook mencoba melerai dan tak sengaja menginjak kaki si gadis. Reflek, si gadis melepaskan jambakannya. Mereka berdua pun mencoba kabur.


Tapi tak semudah itu, karena gadis itu mengejar mereka dan menjambak keduanya. Wow.. gadis ini lagi stress atau emang udah gila, ya?


Keduanya dijambak dan didorong ke lantai diskotik, hingga menabrak pengunjung, salah satunya Tae Il. Kacau! Semua jadi kacau. Ada pengunjung yang tak terima didorong, dan seketika itu juga terjadilah perkelahian masal.


Dua pria eksekutif muda itu ternyata adalah polisi yang sedang merekam transaksi jual beli narkoba. Melihat kekacauan itu, mereka segera mengejar penjual narkoba. Tapi mereka malah terjebak dalam perkelahian itu. Dae Gu mencoba melerai mereka, tapi ia malah didorong ke samping.


Dae Gu mengernyit kesakitan. Tapi yang membuat ia panik adalah orang yang ada di dekatnya. Orang itu sekarang terduduk, sekarat dengan perut bersimbah darah.


Dae Gu menatap tangannya. Seketika itu juga aliran déjà vu mengalir deras di ingatannya. Ia seperti melihat tangannya yang bersimbah darah saat ibunya sekarat. Ibunya saat itu memegang kaki pembunuh untuk mencegah tempat persembunyiannya ketahuan.


Ia seperti bisa melihat tubuh ibunya kembali. Ia terpaku, badannya mati rasa dan otaknya berhenti bekerja


Soo Sun akhirnya melihat pria itu. Ia panik dan meminta Dae Gu untuk menelepon. Tapi Dae Gu hanya terus diam. Waktu semakin sempit karena orang itu semakin sekarat. Ia tak bisa berteriak karena duang diskotik sangat bising dan riuh oleh musik yang berdentum-dentum.


Ia melihat salah seorang pria yang sedang berkelahi, membawa pistol. Maka ia pun segera mengambil pistol itu dan mengarahkannya ke kabel yang mengubungkan ke speaker. Tapi saking gugupnya, ia tak dapat menarik pelatuk pistol.


Tiba-tiba pistolnya diambil. Dae Gu mengarahkan pistol itu dan menembak ke sasaran. Seketika itu juga lantai diskotik sepi. Para pengunjung melihat ke arah Dae Gu dan akhirnya melihat pria yang terkapar di sampingnya.


Soo Sun berteriak kalau ada keadan darurat dan meminta orang untuk menelepon ambulans.


Jeritan muncul dan suasana langsung panik. Tae Il segera lari dan melepas jaketnya, menahan darah untuk tidak banyak keluar, sementara Ji Gook dengan panik menelepon 911. Polisi itu mendatangi Dae Gu dan meminta pistolnya. Dan memukulnya.


Diskotik pun bubar, membuat Pan Seok dan Eung Do heran. Mereka bertambah terkejut melihat P4 semuanya diborgol dan digiring ke mobil polisi. Apa yang terjadi?


Polisi yang pistolnya diambil tak bersikap lunak pada mereka. Apalagi Dae Gu tak mau menyebutkan namanya. Tapi bagaimanapun polisi itu meminta namanya, Dae Gu tetap tak mau menjawab. Polisi itu marah dan menjebloskan Dae Gu ke penjara.

Soo Sun, Ji Gook dan Tae Il berpandang-pandangan cemas.


Seperti Dae Gu, Soo Sun pun bungkam, tak mau buka mulut. Begitu pula Ji Gook dan Tae Il.walau polisi itu mengatakan kalau mereka akan segera bebas setelah menyebutkan namanya karena Ji Gook dan Tae Il hanya menolong pria itu dan memanggil ambulans. Mereka tetap tak mau menyebutkan nama.


Pan Seok dan Eung Do akhirnya menemui polisi dan menjelaskan jati diri P4. Polisi itu sangat kesal mendengarnya, “Mereka itu adalah detektif? Kami tak makan, tidur atau mandi, dan kalian merusak operasi yang telah kami lakukan selama 2 bulan? Dan yang mengambil pistolku itu juga detektif? Huh!!”

Polisi itu mengancam akan meneruskan kasus ini, membuat Pan Seok memohon dan membujuk polisi itu. Eung Do hanya bisa berdiri dengan oleh-oleh yang dibawa untuk para polisi itu.


Tapi polisi itu tetap keukeuh. Tak ada yang bisa mereka lakukan lagi, hanya tinggal satu cara. Pan Seok berkata, “Kita harus hubungi si katak.”

Ha? Katak? Siapa lagi kalau bukan Chief Cha. Hahahaha… ROFL.


P4 buru-buru menunduk memberi hormat pada Chief Cha yang mengelus rambutnya yang berminyak.

Btw, melihat Chief Cha menoleh pada P4 yang keluar dari sel, bener-bener ROFL. Padahal harusnya kesian, ya karena P4 tertimpa masalah besar. Cuman wajahnya Chief Cha yang dikatain katak itu, lo.. nggak nahan.


Tapi ketakutan yang sebenarnya ada pada Pan Seok. Pan Seok marah luar biasa dan menggunakan tongkat kayu untuk menggebrak meja. Ia menyuruh P4 untuk bicara tanpa kebohongan sedikitpun. “Siapa yang memulai perkelahian? Siapa?!”


Dae Gu maju dan mengakuinya. Tapi Soo Sun juga maju. Begitu pula Tae Il dan Ji Gook yang mengatakan kalau mereka memulainya bersama-sama.


Pan Seok malah menganggap kesetiakawanan P4 itu adalah suatu pertunjukkan yang konyol. Ia sebelumnya sudah memberitahu kalau sekali lagi mereka terlibat masalah, ia tak akan sudi melihat mereka lagi.

“Kalian sudah kularang untuk terlibat masalah, tapi kalian semua tak menghiraukan. Apa kalian pergi ke sana untuk berkelahi? Apa aku mengirim kalian untuk mengacung-acungkan pistol? Aku tak hanya mengirim satu, tapi kalian semua. Apa aku mengirim kalian untuk berkelahi seperti orang bodoh?!” bentak Pan Seok.


Ia menunjuk ke P4, “Kalian berempat, undurkan diri kalian sekarang juga. Buat surat permintan pindah dan jangan pernah muncul lagi di hadapanku. Jika sekali saja kalian muncul di depanku, hari itu adalah hari kematian kalian. Jangan pernah muncul lagi, kalian benar-benar b***ngan!” teriak Pan Seok berapi-api.

Pan Seok akan memukul meja dengan tongkat kayunya lagi, tapi akhirnya ia menjatuhkannya. Bersamaan dengan itu muncul suara,

Jangan tanya aku. Aku hanya bisa mendapatkan dua korban. Direktur Kim pasti akan marah besar. O iya.. kupikir aku melihat polisi.| Dimana? | Saat aku mau masuk ke restoran dan saat aku melihatnya, aku dapat merasakannya.


Dae Gu memutarkan rekaman yang tadi didapat Soo Sun di toilet. Pan Seok berbalik untuk mendengar lebih jelas. Eung Do merasa itu adalah suara target mereka. Apakah P4 yang merekamnya?


Ji Gook menjawab sambil menangis, “Iya kami telah melakukannya. Kami bahkan berhasil membuat janji kencan dengannya. Besok jam 7 malam di restoran Ari. Kami bekerja dengan keras. Soo Sun tak bergerak sedikitpun di toilet wanita untuk merekam itu”


Soo Sun menahan diri agar tak menangis. Tae Il hanya menatap langit-langit dan Dae Gu diam mematung saat Ji Gook menambahkan, “Bahkan saat di kantor polisi, kami tak memberitahukan identitas kami, kami sembunyikan identitas kami hingga dijebloskan ke penjara. Saat itu gadis-gads itu ada di belakang kami. Kami tak dapat mengacaukan investigasi.”


Pan Seok menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Ia menatap P4 satu-satu. Soo Sun dengan cepat menghapus air matanya. Eung Do menghela nafas dan menepuk bahu Ji Gook, menguatkannya.

Situasi menjadi canggung. Mereka semua salah tingkah akan situasi yang baru pertama kali ini terjadi. Tiba-tiba handphone Pan Seok bergetar. 


Begitu pula handphone di saku celana Dae Gu.


Pan Seok menoleh sekilas pada Dae Gu yang mencoba tenang. Ia beranjak mengambil handphonenya. Tapi handphonenya  sudah diam. Begitu pula dengan handphone di saku Dae Gu. Kali ini Pan Seok menoleh, menatap Dae Gu dengan heran.


Handphonenya berbunyi lagi. Begitu pula handphone di saku Dae Gu. O oh..

Dae Gu menjatuhkan recorder dan mencengkeram handphone di saku celananya. Tapi teman-temannya juga menatap heran padanya.


Kedua handphone itu bergetar di saat yang sama. Pan Seok menghampiri Dae Gu dengan tatapan penuh curiga.

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah membaca blog saya