You’re All Surrounded Episode 2 – 2
Eung Do melaporkan kasus yang baru mereka terima. Tentang
kasus pria-pria yang tertipu dengan teman kencannya yang baru mereka kenal di
club.
Pria-pria itu dibawa ke restoran oleh para gadis yang
membeli anggur dan makanan mahal dengan menggunakan kartu kredit mereka. Pembelian itu tentunya meningkatkan
penjualan restoran. Dan setelah itu gadis-gadis itu menghilang tanpa kabar.
Rata-rata pengeluaran kartu kredit antara 1,8 – 2 juta won per kasus yang
terjadi di 6 restoran dan sudah ada 23 laporan yang masuk.
Pan Seok menyimpulkan kalau kasus ini seperti kasus
pekerjaan paruh waktu di restoran ang sudah terorganisir.
Tae Il akan memberikan laporan tentang 2 laporan baru saat Soo
Sun tiba-tiba menyodorkan sebuah dokumen ke hadapan Pan Seok. Tentu saja Pan
Seok heran. Apa ini?
Soo Sun menjelaskan kalau laporan itu adalah analisa sidik
jari yang telah ia lakukan, yang membuktikan kalau ia tak bersalah. Tak ada
sidik jarinya di cutter itu. “Saya meminta bantuan tim NSF. Saya pikir karena
Anda tak mempercayai saya, setidaknya saya harus melakukan hal ini untuk
membuktikan kalau saya tak bersalah.”
Pan Seok akan bicara, tapi Soo Sun menghentikannya. “Anda tak
perlu minta maaf. Sekali lagi saya katakan, saya hanya ingin membuktikan kalau
saya tak bersalah dan saya akan bekerja keras lagi di masa yang akan datang.”
Soo Sun membungkuk menghormat dan meneruskan, “Saya memang bersalah telah memakai
sandal. Saya tak akan mengulanginya lagi.”
Tanpa menunggu jawaban Pan Seok yang masih bengong, Soo Sun
berbalik dan jalan berbaris dengan dagu terangkat. Kaki kanan maju, tangan
kanan maju. Ganti kaki kiri maju dan tangan kiri maju.
Haha.. Soo Sun pasti sekarang gugup setengah mati, nih..
Apalagi diliatin oleh semua teman satu timnya, bahkan Ji Gook tak bisa
menyembunyikan rasa gelinya. Di meja, Soo Sun membuka catatan pidato yang tadi
ia ucapkan, dan bergumam, menyelamati dirinya sendiri.
Setelah melihat keantikan Soo Sun, Eung Do mengisyaratkan
Tae Il untuk meneruskan. Tae Il pun memberitahu kalau ada 2 laporan baru. Satu
tentang tagihan kartu kredit yang terlalu tinggi dan satu lagi laporan
pencurian jam tangan limited edition seharga 100 juta won. Dan semua itu
terjadi di Club Elis tempat para pria itu bertemu dengan teman kencannya. Setelah
itu teman kencannya itu menghilang.
Eung Do berkata kalau ada salah satu pria yang akan mengajak
kencan salah satu gadis di sebuah restoran. Pan Seok pun berkata kalau mereka
harus segera bergerak. Anak-anak baru itu langsung sigap berdiri, antusias menghadapi
kasus pertama mereka di lapangan.
Tapi Pan Seok meletuskan balon kebahagiaan P4. Ia menunjuk
semua kekurangan mereka, kalau mereka melakukan pekerjaan ini hanya untuk
bersenang-senang. Ia memberitahu kalau ketua tim 2, yang sebelumnya Ji Gook katai
berwajah sangar, memiliki partner yang tewas 3 tahun yang lalu. “Jangan
bertindak seenaknya. Kalau kalian ingin berakting seperti polisi, pergi saja ke
arena bermain. Untuk anak baru seperti kalian, tempat paling aman adalah di
kantor.”
Dan Pan Seok meninggalkan ruangan, diikuti oleh Eung Do.
Dae Gu hanya bisa menghela nafas kesal. Ji Gook menyalahkan
Soo Sun yang mengungkit-ungkit masalah cutter itu. Tapi Soo Sun malah
menyalahkan Ji Gook, karena Ji Gooklah yang menaruh cutter itu tapi terlalu
pengecut untuk mengakuinya. Ji Gook masih membantah dan Soo Sun terus menuduh.
“DIAM!!” bentak Dae Gu. “Apakah sekarang hal itu penting?
Yang penting sekarang adalah Detektif Seo pergi tanpa kita!”
Keduanya menunduk, nampak bersalah.
Sementara itu, Pan Seok dan Eung Do makan malam di restoran
itu. Tapi begitu si gadis datang dan mengedarkan tatapan ke seluruh restoran
mencari pria buruannya, gadis itu langsung menyadari kalau ia diincar oleh polisi
dan langsung melarikan diri.
Eung Do langsung menyalahkan Pan Seok yang tak membawa P4.
“Ada kata ’Detektif’ yang tertulis di wajah kita!”
Haha.. emang, sih.. coba mereka pakai baju seflamboyan calon
korban di restoran tadi, pasti nggak akan ketahuan. Pan Seok duduk dengan
murung sambil makan sate sosis. Entah murung karena kehilangan target, atau
murung karena wajahnya adalah wajah Detektif.
Karena mereka sudah ketahuan, Eung Do menyarankan agar Pan
Seok percaya pada anak-anak baru itu untuk pergi ke klub. Pan Seok enggan
melakukannya, tapi Eung Do terus membujuk dengan alasan memberi P4 kesempatan,
“Biarkan mereka melakukan uji coba di lapangan.
P4 yang bersungut-sungut di kantor karena ditinggal bosnya,
melompat kegirangan saat Tae Il menerima telepon dari Eung Do.
Malam hari, P4 sudah siap menyamar. Mereka melepas semua atribut polisinya. Soo
Sun bahkan berdandan dan menambahkan scarf di leher agar terlihat lebih chic.
Pan Seok menjelaskan dasar-dasar penyamaran. “Dan yang paling penting, jangan
lakukan apapun sehingga bisa menarik perhatian. Apalagi terlibat dalam
perkelahian.”
Pan Seok menambahkan kalau tugas ini adalah kesempatan
pertama dan terakhir yang akan ia berikan pada P4. “Kalau kalian juga
mengacaukan hal ini..” ekspresi panik muncul di wajah P4, saat Pan Seok
meneruskan, “aku tak sudi melihat wajah kalian lagi.”
Dan masuklah mereka ke klub diskotik. Tugas mereka hanyalah
merekam wajah-wajah para cabe-cabean itu atau mendapatkan nomor telepon atau
membuat janji kencan.
Soo Sun ditugaskan untuk masuk ke restroom wanita sesering
mungkin untuk mendapatkan informasi. Yang dilakukan Soo Sun lebih ekstrim. Ia
menunggu di salah satu toilet dan menunggu di sana dengan recorder di tangan.
Sedangkan Ji Gook mendekati salah seorang pelayan dan
menyuapnya untuk memberi akses pada para cabe-cabean itu. Kocaknya, Ji Gook
yang naïf, memberikan uang suap sambil berkata, “Saya bisa minta bon untuk uang
ini, tidak?”
Tae Il? Dengan gayanya yang cool, ia lebih mudah berbaur
dengan para gadis yang bergoyang. Sementara itu ada dua orang pria, seperti
eksekutif muda, yang duduk-duduk sambil mengamati orang-orang di lantai
diskotik. Salah satu pria itu memegang handphone untuk merekam, khususnya pada
dua pemuda yang ada di dalam kerumunan.
Dae Gu malah sibuk melihat-lihat barang-barang mewah di
handphone-nya, kemudian melihat ke orang-orang di depannya. Seakan Robocop, ia
bisa menilai merek-mereka apa yang dipakai orang-orang itu lengkap dengan harga
barangnya. Whoaa.. cool!
Tae Il mendekati Dae Gu dan bertanya apa Dae Gu sudah
menemukan target mereka? Dae Gu menjawab belum. Ia sekarang sedang
mengidentifikasi gadis-gadis matre itu. Bagaimana caranya? Dae Gu
mencontohkan.
Gadis bergaun merah yang tak bisa menari dengan bebas karena
kakinya sakit, yang berarti jarang memakai sepatu tinggi. Bajunya keren, tapi
kukunya dipotong pendek, mungkin dia bekerja di tempat yang membutuhkan
higienitas tinggi. “Kemungkinan gadis itu materialistis menjadi rendah.”
“Whoaa..” Tae Il terkesima mendengar analisa Dae Gu.
Dae Gu kemudian menunjukkan gadis yang memakai barang
bermerek dari ujung rambut sampai ujung kaki, apalagi memakai gelangnya adalah
Chrysler yang limited edition, “Dia mungkin adalah putri orang kaya yang tak
pernah berkeringat. Dan dengan ia selalu mengambil jarak dengan speaker dan
mendekati AC, ia sepertinya pelanggan tetap club.”
Tae Il terus terkesima, membenarkan karena ia juga sering
melihat gadis itu di club ini. Dae Gu pun menunjuk pada seorang gadis yang
bergaun sederhana dan feminine, “Dan memakai jam Brigue A00892 Navy..”
Dae Gu berhenti bicara. Tae Il pun menyadari sesuatu, “Jam
Brigue? Jam yang dicuri itu?”
Bingo! Tae Il beranjak menemui gadis itu, tapi Ji Gook
tiba-tiba muncul dan mengeluh, meminta Tae Il mengajarinya cara mendekati
cabe-cabean. Duh.. Dae Gu tutup muka, takut penyamaran mereka ketahuan. Tapi
Tae Il langsung melepas jaketnya dan memberikan pada Tae Il, menyuruhnya
memakai jaket itu. “Merek jaket ini bagus untuk membuat si target terkesan.”
Tae Il pun mendekati gadis itu, dan tak butuh waktu lama
untuk Tae Il mendapatkan nomor telepon si gadis. Ji Gook bertepuk tangan
kegirangan melihat rekannya berhasil, begitu pula Dae Gu yang sekarang nampak
tenang.
Di dalam toilet, Soo Sun sudah kesemutan karena duduk di
atas kloset. Tapi penderitaannya terganti saat ada dua gadis masuk dan bicara
tentang korban yang mereka dapatkan. Soo Sun langsung menekan tombol record,
dan keluar toilet, berpura-pura mabuk.
Kedua gadis itu tak sadar kalau gadis mabuk di sebelah
mereka itu adalah polisi dan terus membicarakan ‘bisnis’ mereka. Bingo!
Soo Sun membuntuti kedua gadis itu dari kejauhan. Salah satu
gadis tak sengaja menginjak kaki gadis yang tadi kata Dae Gu adalah putri orang
kaya. Gadis kaya itu tak terima dan mendorong penabraknya. Ia mengambil sepatu
gadis matre itu dan tersenyum sinis. Ia membanting sepatu itu hingga
haknya patah.
Belum puas mematahkan sepatu, ia melempar segepok uang ke
muka gadis matre itu. “Uang untuk pengganti sepatumu. Cukup, kan?!” Gadis
matre itu mau marah, tapi gadis kaya itu malah menyiram air ke wajah si
matre.
Soo Sun terkesiap melihat si matre dipermalukan. Gadis
kaya itu melepas sepatunya yang mirip dengan sepatu gadis mata duitan itu hanya
beda warna. Ia berkata menghina, “Apa kau lihat ini? Crstal Louboutin SS
Collection Limited Pink. Hanya ini satu-satunya sepatu di negeri ini. Sepatu
ini tak bisa dibeli dengan gabungan gaji orang tuamu.”
Soo Sun mengepalkan tangannya kesal mendengar hinaan gadis
kaya itu. Ia maju menghampiri si gadis kaya, tapi Ji Gook muncul untuk
mencegahnya. Ji Gook mengingatkan pesan Pan Seok sebelumnya. Jangan ikut
campur.
Tapi mereka terkejut melihat si gadis kaya itu sekarang
melewati batas dengan memukul gadis matre itu dengan tas mereknya. Tak
hanya sekali, tapi berkali-kali hingga berdarah. Soo Sun mencoba melepaskan diri
dari Ji Gook, ingin membantu gadis itu.
Tak disangka, ada seseorang mendahuluinya. Dae Gu. Soo Sun
dan Ji Goo terbelalak melihat Dae Gu mencengkeram tangan si gadis kaya dan
menguliahinya tentang hitung-hitungan ekonomi antara harga sepatu dan gabungan
gaji orang tua yang bisa digunakan untuk membeli sepatu itu.
Kuliahnya terhenti saat si gadis kaya itu melepaskan
tangannya dan menjambak rambut Dae Gu dan mendorongnya jatuh. Whoaa…
Soo Sun yang sudah menahan diri dari tadi, langsung meledak.
Ia menyerang gadis itu, tapi gadis itu malah balik menjambak rambutnya. Ji Gook
mencoba melerai dan tak sengaja menginjak kaki si gadis. Reflek, si gadis
melepaskan jambakannya. Mereka berdua pun mencoba kabur.
Tapi tak semudah itu, karena gadis itu mengejar mereka dan
menjambak keduanya. Wow.. gadis ini
lagi stress atau emang udah gila, ya?
Keduanya dijambak dan didorong ke lantai diskotik, hingga
menabrak pengunjung, salah satunya Tae Il. Kacau! Semua jadi kacau. Ada
pengunjung yang tak terima didorong, dan seketika itu juga terjadilah
perkelahian masal.
Dua pria eksekutif muda itu ternyata adalah polisi yang
sedang merekam transaksi jual beli narkoba. Melihat kekacauan itu, mereka
segera mengejar penjual narkoba. Tapi mereka malah terjebak dalam perkelahian
itu. Dae Gu mencoba melerai mereka, tapi ia malah didorong ke samping.
Dae Gu mengernyit kesakitan. Tapi yang membuat ia panik
adalah orang yang ada di dekatnya. Orang itu sekarang terduduk, sekarat dengan
perut bersimbah darah.
Dae Gu menatap tangannya. Seketika itu juga aliran déjà vu
mengalir deras di ingatannya. Ia seperti melihat tangannya yang bersimbah darah
saat ibunya sekarat. Ibunya saat itu memegang kaki pembunuh untuk mencegah
tempat persembunyiannya ketahuan.
Ia seperti bisa melihat tubuh ibunya kembali. Ia terpaku, badannya mati rasa dan otaknya berhenti bekerja
Soo Sun akhirnya melihat pria itu. Ia panik dan meminta Dae
Gu untuk menelepon. Tapi Dae Gu hanya terus diam. Waktu semakin sempit karena
orang itu semakin sekarat. Ia tak bisa berteriak karena duang diskotik sangat
bising dan riuh oleh musik yang berdentum-dentum.
Ia melihat salah seorang pria yang sedang berkelahi, membawa
pistol. Maka ia pun segera mengambil pistol itu dan mengarahkannya ke kabel
yang mengubungkan ke speaker. Tapi saking gugupnya, ia tak dapat menarik pelatuk pistol.
Tiba-tiba pistolnya diambil. Dae Gu mengarahkan pistol itu
dan menembak ke sasaran. Seketika itu juga lantai diskotik sepi. Para
pengunjung melihat ke arah Dae Gu dan akhirnya melihat pria yang terkapar di
sampingnya.
Soo Sun berteriak kalau ada keadan darurat dan meminta orang
untuk menelepon ambulans.
Jeritan muncul dan suasana langsung panik. Tae Il segera
lari dan melepas jaketnya, menahan darah untuk tidak banyak keluar, sementara
Ji Gook dengan panik menelepon 911. Polisi itu mendatangi Dae Gu dan meminta
pistolnya. Dan memukulnya.
Diskotik pun bubar, membuat Pan Seok dan Eung Do heran.
Mereka bertambah terkejut melihat P4 semuanya diborgol dan digiring ke mobil
polisi. Apa yang terjadi?
Polisi yang pistolnya diambil tak bersikap lunak pada
mereka. Apalagi Dae Gu tak mau menyebutkan namanya. Tapi bagaimanapun polisi
itu meminta namanya, Dae Gu tetap tak mau menjawab. Polisi itu marah dan
menjebloskan Dae Gu ke penjara.
Soo Sun, Ji Gook dan Tae Il berpandang-pandangan cemas.
Seperti Dae Gu, Soo Sun pun bungkam, tak mau buka mulut.
Begitu pula Ji Gook dan Tae Il.walau polisi itu mengatakan kalau mereka akan
segera bebas setelah menyebutkan namanya karena Ji Gook dan Tae Il hanya
menolong pria itu dan memanggil ambulans. Mereka tetap tak mau menyebutkan
nama.
Pan Seok dan Eung Do akhirnya menemui polisi dan menjelaskan
jati diri P4. Polisi itu sangat kesal mendengarnya, “Mereka itu adalah
detektif? Kami tak makan, tidur atau mandi, dan kalian merusak operasi yang
telah kami lakukan selama 2 bulan? Dan yang mengambil pistolku itu juga
detektif? Huh!!”
Polisi itu mengancam akan meneruskan kasus ini, membuat Pan
Seok memohon dan membujuk polisi itu. Eung Do hanya bisa berdiri dengan
oleh-oleh yang dibawa untuk para polisi itu.
Tapi polisi itu tetap keukeuh. Tak ada yang bisa mereka
lakukan lagi, hanya tinggal satu cara. Pan Seok berkata, “Kita harus hubungi si
katak.”
Ha? Katak? Siapa lagi kalau bukan Chief Cha. Hahahaha… ROFL.
P4 buru-buru menunduk memberi hormat pada Chief Cha yang
mengelus rambutnya yang berminyak.
Btw, melihat Chief Cha menoleh pada P4 yang keluar dari sel, bener-bener
ROFL. Padahal harusnya kesian, ya karena P4 tertimpa masalah besar.
Cuman wajahnya Chief Cha yang dikatain katak itu, lo.. nggak nahan.
Tapi ketakutan yang sebenarnya ada pada Pan Seok. Pan Seok marah
luar biasa dan menggunakan tongkat kayu untuk menggebrak meja. Ia menyuruh P4
untuk bicara tanpa kebohongan sedikitpun. “Siapa yang memulai perkelahian?
Siapa?!”
Dae Gu maju dan mengakuinya. Tapi Soo Sun juga maju. Begitu
pula Tae Il dan Ji Gook yang mengatakan kalau mereka memulainya bersama-sama.
Pan Seok malah menganggap kesetiakawanan P4 itu adalah suatu
pertunjukkan yang konyol. Ia sebelumnya sudah memberitahu kalau sekali lagi
mereka terlibat masalah, ia tak akan sudi melihat mereka lagi.
“Kalian sudah kularang untuk terlibat masalah, tapi kalian
semua tak menghiraukan. Apa kalian pergi ke sana untuk berkelahi? Apa aku
mengirim kalian untuk mengacung-acungkan pistol? Aku tak hanya mengirim satu,
tapi kalian semua. Apa aku mengirim kalian untuk berkelahi seperti orang
bodoh?!” bentak Pan Seok.
Ia menunjuk ke P4, “Kalian berempat, undurkan diri kalian
sekarang juga. Buat surat permintan pindah dan jangan pernah muncul lagi di
hadapanku. Jika sekali saja kalian muncul di depanku, hari itu adalah hari
kematian kalian. Jangan pernah muncul lagi, kalian benar-benar b***ngan!”
teriak Pan Seok berapi-api.
Pan Seok akan memukul meja dengan tongkat kayunya lagi, tapi
akhirnya ia menjatuhkannya. Bersamaan dengan itu muncul suara,
Jangan tanya aku. Aku
hanya bisa mendapatkan dua korban. Direktur Kim pasti akan marah besar. O iya..
kupikir aku melihat polisi.| Dimana? | Saat aku mau masuk ke restoran dan saat
aku melihatnya, aku dapat merasakannya.
Dae Gu memutarkan rekaman yang tadi didapat Soo Sun di toilet. Pan Seok berbalik untuk mendengar lebih jelas. Eung Do
merasa itu adalah suara target mereka. Apakah P4 yang merekamnya?
Ji Gook menjawab sambil menangis, “Iya kami telah
melakukannya. Kami bahkan berhasil membuat janji kencan dengannya. Besok jam 7
malam di restoran Ari. Kami bekerja dengan keras. Soo Sun tak bergerak
sedikitpun di toilet wanita untuk merekam itu”
Soo Sun menahan diri agar tak menangis. Tae Il hanya menatap
langit-langit dan Dae Gu diam mematung saat Ji Gook menambahkan, “Bahkan saat
di kantor polisi, kami tak memberitahukan identitas kami, kami sembunyikan
identitas kami hingga dijebloskan ke penjara. Saat itu gadis-gads itu ada di
belakang kami. Kami tak dapat mengacaukan investigasi.”
Pan Seok menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Ia menatap
P4 satu-satu. Soo Sun dengan cepat menghapus air matanya. Eung Do menghela
nafas dan menepuk bahu Ji Gook, menguatkannya.
Situasi menjadi canggung. Mereka semua salah tingkah akan
situasi yang baru pertama kali ini terjadi. Tiba-tiba handphone Pan Seok bergetar.
Begitu pula handphone di saku celana Dae Gu.
Pan Seok menoleh sekilas pada Dae Gu yang mencoba tenang. Ia
beranjak mengambil handphonenya. Tapi handphonenya sudah diam. Begitu pula dengan handphone di
saku Dae Gu. Kali ini Pan Seok menoleh, menatap Dae Gu dengan heran.
Handphonenya berbunyi lagi. Begitu pula handphone di saku
Dae Gu. O oh..
Dae Gu menjatuhkan recorder dan mencengkeram handphone di
saku celananya. Tapi teman-temannya juga menatap heran padanya.
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah membaca blog saya