Tuesday, May 13, 2014

Sinopsis You're All Surrounded Episode 1 part 2



Ibu Ji Yong menemui Pan Seok dan berkata ia akan bersaksi. Pan Seok berterima kasih pada ibu Ji Yong. Ia berkali-kali mengatakan ia pasti akan melindungi ibu Ji Yong.




Soo Sun kehujanan saat pulang sekolah. Tiba-tiba seseorang menayunginya. Ternyata itu Ji Yong, Ji Yong menyuruh Soo Sun memakai payungnya. Soo Sun berkata ia tidak akan merasa bersalah meski  ji Yong bersikap seperti ini. Ia sama sekali tidak bersalah.

“Ibuku bukan wanita simpanan. Dia seorang ibu tunggal,” kata Ji Yong dengan tenang.”Dan aku putera seorang ibu tunggal. Tapi aku tidak malu sedikitpun karena ibuku, Aku berterima kasih dan bangga. Karena ibuku tidak menyerah melahirkan dan membesarkanku.”




Soo Sun semakin tidak enak hati. Ia menolak payung yang diulurkan Ji Yong. Namun ia malah tersandung tali sepatunya yang terurai lepas. Saat ia hendak menalikannya, ji Yong menaruh payungnya di tangan Soo Sun lalu menalikan sepatunya.

Soo Sun mengulurkan payung itu untuj memayungi Ji Yong. Setelah selesai, Ji Yong berlari menerobos hujan.



Ibu Ji Yong sedang memasak ketika ia mendengar suara pintu dibuka. Ia mengira Ji Yong sudah kembali. Namun ia sangat terkejut melihat siapa yang datang.

Ji Yong pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan. Ia menemukan sebuah kalung di pekarangan rumahnya. Ia menganggap kalung itu keren dan ia masukkan ke saku jas.



Ketika ia masuk, ia melihat seisi rumahnya berantakan. Laci-laci terbuka dan barang-barang berserakan. Ia menemukan ibunya di kamar. Terkapar dengan luka di kepalanya. Ji Yong memanggil ibunya sambil menangis.

Untunglah ibunya masih hidup. Ji Yong berkata ia pasti akan menyelamatkan ibunya. Tangannya gemetar saat ia hendak mencari pertolongan. Namun belum sempat menelepon, terdengar suara bel tanda pintu di buka. Ji Yong tertegun.



Pernjahat itu rupanya kembali masuk ke dalam rumah. Ia masuk ke kamar dan hanya melihat ibu Ji Yong yang masih terkapar. Ternyata Ji Yong bersembunyi di bawah tempat tidur. Penjahat itu mengobrak-abrik barang seakan sedang mencari sesuatu.

Ji Yong berusaha tidak bersuara saat ia melihat penjahat itu dengan seenaknya menggulingkan tubuh ibunya. Penjahat itu terus mencari ke seluruh sudut kamar. Terakhir di tempat tidur.



Penjahat itu membuka sprei, lalu membungkuk hendak melihat ke kolong tempat tidur. Tapi tiba-tiba ibu Ji Yong memegang kaki penjahat itu hingga perhatiannya teralihkan. Ji Yong ingin keluar tapi ibunya memberi isyarat dengan menggelengkan kepalanya pelan menatap puteranya.

Ji Yong menangus tanpa suara menyaksikan ibunya di cekik sampai mati oleh penjahat itu. Sebelum mati. Ibunya sempat menggeleng lagi agar Ji Yong tidak keluar.




Penjahat itu lalu menerima sebuah telepon dan mengatakan bahwa anak ibu Ji Yong belum kembali. Rupanya ia kembali ke rumah itu untuk mencari kalung namun ia tidak tahu bentuk liontin kalung tersebut seperti apa. Ia juga sempat meminta peneleponnya agar tidak perlu khawatir. Karena mereka memiliki Detektif Seo, mereka tidak boleh membiarkan ada jejak yang tertinggal. 

Setelah penjahat itu pergi, Ji Yong keluar dari tempat persembunyiannya dan menangis meratapi kepergian ibunya.



Polisi memeriksa rumah Ji Yong dan menjadikan TKP. Pan Seok mengkhawatirkan Ji Yong yang terus menangis. Ia bertanya apakah Ji Yong benar-benar tidak terluka. Ia menawarkan agar Ji Yong tinggal dirumahnya dulu untuk sementara waktu.

Ji Yong menepis uluran tangan Pan Seok. Ia bertanya mengapa tiba-tiba ibunya berubah pikiean untuk bersaksi. Apakah Pan Seok membujuknya lagi? Jika Pan Seok memang begitu ingin ibunya menjadi saksi, seharusnya Pan Seok menepati janjinya.

Bukankah Pan Seok yang meminta ibunya mempercayainya dan berjanji untuk melindunginya? Bukankah Pan Seok berkata akan mengeluarkan surat penahanan untuk mereka yang mengancam ibunya? Pan Seok termangu diliputi perasaan bersalah. Ji Yong pergi diliputi amarah dan kesedihan.



Ia melarikan diri ke sekolah. Di sana ia teringat perkataan si penjahat mengenai kalung yang di carinya. Ia teringat kalung yang ia pungut di pekarangan rumah. Maka ia pun mengeluarkan kartu nama Pan Seok lalu meneleponnya. Hmm.. mungkin ia pikir kalung itu menjadi salah satu petunjuk pelaku yang membunuh ibunya ya...?

Ia memberitahunya soal kalung itu dan bahwa kalung itu ada di saku jas seragam sekolah yang di amankan Pan Seok sebagai barang bukti. Ia bertanya apakah dengan kalung itu mereka bisa menangkap penjahatnya.

Pan Seok membenarkan. Ia bertanya Ji Yong ada di mana sekarang. Ji Yong tidak mau memberitahunya, tapi bunyi bel sekolah berbunyi sehingga terdengar oleh Pan Seok melalui telepon sehingga mudah untuk ditebak. Pan Seok berkata ia akan menjemput Ji Yong dalam 30 menit.




Rupanya Ji Yong tidak pergi ke sekolahnya, melainkan ke sekolah Soo Sun. Dan Soo Sun masih di ruang penyiaran. Ia sempat melihat Ji Yong ada di koridor gedung sebelah lalu ia melambaikan tangannya. Tapi Ji yong tidak melihatnya.



Ji Yong mendengar suara langkah kaki menghampirinya. Ia mengira Pan Seok yang datang menjemputnya. Namunn yang berdiri di hadapannya adalah si pembunuh, karena Ji Yong mengingat sepatu yang dipakainya sama dengan orang yang masuk kerumah Ji Yong.

Ji Yong segera berbalik dan melarikan diri. Pembunuh itu mengejarnya.



Sementara itu Soo Sun berbicara melalui pengeras suara sekolah. Ia berbicara pada Ji Yong.
“Kim Ji Yong, disini Oh Soo Sun. Ada sesuatu yang ingin ku katakan. Aku pengecut dan jahat. Aku seharusnya tidak menyinggung cerita soal ibumu. Aku tak bisa menahan kemarahanku saat itu. Ini sepenuhnya kesalahanku, jadi kau akan menerima permintaan maafku, kan?” 

Ji Yong sama sekali tidak mendengar atau menerima apapun karena ia sibuk berlari sekuat tenaga menyelamatkan diri.

“Jika kau menerimanya, angkat tangan kananmu,” sambung Soo Sun. Tapi Ji Yong sudah tidak terlihat lagi di tempat yang tadi.

Ji Yong berlari menuruni tangga lalu dengan cepat bersembunyi di sebuah lorong. Ia merasa lega karena si pembunuh ters berlari turun melewatinya.

“Kim Ji Yong! Kau berdiri di dekat tembok lantai 2,” ujar Soo Sun lewat pengeras suara. “Hei, aku bisa melihat semuanya dari sini.” Waduuuh jadi kethuan deh ngumpetnya dimana... gemes juga nontonnya >.<



Si pembunuh dan Ji Yong mendengar “pengumuman” Soo Sun itu. Ji Yong terpaksa kembali berlari karena si pembunuh kembali mengejarnya. Setelah tahu keberadaanya.

“Apa kau benar-benar tidak mau menerima permintaan maafku?” tanya Soo Sun lagi.
Ji Yong masuk ke dalam Lab lalu mengunci pintunya.

“Kenapa kau masuk Lab IPA? Kau mau membuat masalah, kan?” terdengar suara Soo Sun lagi dari speaker.

“Tutup mulutmu sekarang juga!!!” seru Ji Yong frustasi.

Soo Sun jadi tersinggung, mengira Ji Yong tidak mau mendengar permintaan maafnya.
“Dasar orang picik,” gerutunya. “Kau adalah seseorang yang akan mati akibat stress karena hal-hal kecil.”

Si pembunuh berusaha membuka pintu lap IPA yang di kunci Ji Yong dari dalam. Ji Yong berusaha membuka sebuah lemar yang terkunci dengan menggunakan bangku. (Sepertinya itu lemari untuk menyimpan bahan-bahan kimia berbahaya)



Si pembunuh mendobrak pintu namun tidak melihat Ji Yong. Tiba-tiba Ji Yong muncul dan melemparkan bahan kimia (sepertinya asam kuat) ke wajah si pembunuh. Pembunuh itu mengerang kesakitan sambil memegangi wajahnya yang mengeluarkan asap. Lalu ia jatuh ke lantai. Dari sakunya keluar kalung yang di temukan Ji Yong sebelumnya. Ji Yong tertegun selama beberapa saat.




Ia tidak memungut kalung itu dan segera pergi. Soo Sun berjalan hendak menyusul kemana Ji Yong pergi ke arah lab IPA dan melihat sosok pria berjalan menutupi sebelah matanya. Merasa curiga, Soo Sun bersembunyi di balik dinding. Ia sempat melihat bekas luka di belakang telinga pembunuh itu. 



Ji Yong berjalan menyusuri jalan. Ia teringat ucapan si pembunuh di telepon setelah membunuh ibunya. Pembunuh itu berkata ia tidak bisa meninggalkam jejak karena merema memiliki detektif Seo. Lalu kenapa kalung itu ada di tangan si pembunuh? Dan kenapa pembunuh itu tahu ia ada di sekolah? Ia hanya memberitahukan semua hal itu pada Detektif Seo Pan Seok.

Ji Yong menyimpulkan bahwa Detektif Seo Pan Seok adalah komplotan penjahat juga. Orang yang mengkhianatinya dan ibunya.




Kembali ke masa ki ni...

Seorang gadis berdiri di tengah daerah Gangnam yang dipenuhi gedung-gedung dan pertokoan yang tinggi dan mewah. Daerah elit di Seoul. Di salah satu layar iklan multimedia sebuah gedung terpampang tulisan : “Kepolisian Gangnam, memutuskan untuk mereformasi personel demi menghilangkan korupsi”

Namun semua itu terbalik dengan kepolisian Gangnam sendiri. Sebuah bangunan yang tampak tua dan tidak terawat. Gadis itu menghela nafas kecewa.



Lalu seorang pria berkacamata membawa pot bunga berdiri di sebelahnya. Memiliki reaksi yang sama saat melihat gedung tersebut. Ia bergumam sendiri “Apa aku ketempat yang salah?” lalu menoleh melihat Soo Sun.

“oooh, kau dari asrama 1-287! Benar benar benarkan..? siapa namamu? Namamu Oh S...” Ia menghentikan kata-katanya karena Soo Sun langsung melotot ke arahnya.



Senyum Soo Sun mengembang saat melihat pria tampan yang berdiri di sebelah pria berkacamata itu. Pria berkacamata mengira Soo Sun sudah mengingatnya, tapi Soo Sun hanya melihat si tampan. Lalu seorang pria berjaket hitam berwajah ketus, berdiri di sebelahnya.

Setelah lampu pejalan hijau mereka menyeberang bersama berbaris layaknya foto the beatles. ^^ suka banget sama adegan ini hihihi




Keempat pemuda pemudi itu berbaris di kantor polisi mengenakan seragam.

“Apa kau tidak berpikir kita benar-benar sudah di takdirkan? Kelas yang sama, kepolisian yang sama, tim yang sama,” bisik si kacamata pada Soo Sun.

Soo Sun tidak menanggapinya. Ia menduga ahjusshi di barisan depan mereka adalah pimpinan tim. Hanya dengan melihatnya saja, sudah terlihat ia seorang detektif. Si kacamata membenarkan.

“Apakah menurutmua aku tidak terlalu terlihat pintar dan sensitif untuk menjadi detektif?” tanyanya.

“Tidak,” jawab Soon Sun singkat.




Seorang pria berjalan ke arah barisan. Detektif Seo Pan Seok. Begitu melihatnya, wajah pemuda berjaket hitam langsung berubah. Ia menatap Pan Seok dengan tajam, tatapan penuh dendam. Namun berusaha keras menahan diri. Ia adalah Kim Ji Yong yang sudah dewasa.

Seorang detektif senior mengeluh walau reformasi korupsi itu bagus, mereka seharusnya dibiarkan bekerja dan bukannya rapat seperti ini terus. Lee Eung Do, ahjusshi rekan Pan Seok, memberitahu rekannya bahwa mereka memiliki 4 orang pemula. Seperti tempat penitipan anak saja, simdirnya. Para senior lain (yang umumunya sudah berumur) tertawa mendengarnya.



Kepala polisi Kang Seok Joon (selanjutnya di sebut Chief Kang), menemui mereka, ditemani Kepala Seksi Cha Tae Oh (seterusnya dipanggil Chief Cha). Perekrutan polisi yang baru lulus ini adalah prakarsa Chief Kang yang bertekad menghapuskan korupsi kepolisian. Mereka juga merivisi hampir 70% personel. Dengan darah baru, diharapkan adanya energi baru. Baik Pan Seok maupun Ji Yong tidak nampak mendengarkannya dengan baik.
 



  



Sebagai pimpinan tim, Pan Seok diminta Chief Cha untuk memberikan kata sambutan. Pan Seok maju ke depan.

“Mulai hari ini, aku mengumumkan kepolisian Gangnam ini adalah daerah bencana.”

Para detektif tertawa. Chief Kang berkata ungkapan itu tidaklah salah. Ia berkata bagian kriminal tidak biasanya menerima polisi yang baru lulus. Tapi ia meminta Pan Seok membimbing polisi-polisi baru tersebut. Pan Seok mengangguk dengan tidak bersemangat dan terpaksa.



Pintu kantor terbuka. Seseorang masuk ke ruangan, Pan Seok terkejut melihat wanita yang barusan datang. Seorang wanita berwajah galak. Ia meminta maaf datang terlambat karena pesawatnya diundur. Ia memperkenalkan diri sebagai pimpinan unit orang hilang, Kim Sa Kyung. (ada apakah antara Pan Seok dan Kim Sa Kyung???)




Para polwan berkerumun di depan ruang tim kriminal. Soo Sun menerobos mereka dan membuka pintu. Ketiga teman barunya ternyata sedang berganti pakaian. Soo Sun kaget dan malu langsung menutup pintu kembali, namun membukanya kembali dan masuk karena Pan Seok menyuruhnya.

Mereka berempat memperkenalkan diri mereka masing-masing. Si kacamata berasal dari Buyeo, namanya Ji Gook. Ia ingin tinggal di daerah Gangnam. Karen itu ia dengan sukarela mendaftar ke bagian lalu lintas. Tapi karena di sana tidak ada perekrutan baru, ia ditugaskan di bagian kriminal. Ia terus berbicara sehinggan Eung Do memotongnya dan menyuruh Soo Sun memperkenalkan diri.



Soo Sun berdiri memperkenalkan namanya dan asal daerahnya. Ketika mendengar Masan, Ji Yong nampak kaget. Sepertinya dia mengenal di masa lalu.

Soo Sun berkata ia tipe orang yang tidur awal, ia tahu bahwa ia tidak cocok di bagian patroli. Dan lagi ia dengar bagian kriminal gajinya tinggi.

Pan Seok dan Eung Do memejamkan mata mendengarnya.



Si pemuda tampan memperkenalkan diri sebagai Park Tae Il. Ia lahir dan besar di Seoul. Ia menjadi polisi kriminal karena menganggapnya menarik.

“Sedikit lebih baik,” ujar Eung Do. “Kau.” Tunjuknya pada Ji Yong.

“Namaku Eun Dae Gu.” Ujar Ji Yong singkat. Lalu duduk kembali. 

Semua orang melihatnya dengan heran. Eung Do bertanya dari mana adal Dae Gu dan kenapa ia menjadi polisi kriminal. Dengan singkat Dae Gu berkata ia tidak mau mengatakannya. Pan Seok menoleh melihat Dae Gu dengan tatapan tidak senang.



Eung Do meminta Pan Seok berbicara pada anggota tim mereka yang baru.

“Mereka yang harus pergi, segeralah kemasi barang kalian dan pergi. Jangan mengulur waktu. Terutama kau. Aku tidak pernah melatih anggota berambut panjang. Segera kemasi barangmu dan pergi,” sambil menunjuk pada Soo Sun.

“Itu diskriminasi jenis kelamin,” protes Soo Sun.

“Kau tidak dengar? Kubilang seseorang berambut panjang (bukan wanita).”

Soo Sun pun terdiam dan tidak membalasnya lagi.




Pan Seok berkata mulai sekarang kepolisian Gangnam adalah daerah bencana. Karena itu mereka jangan melakukan apapun. Dan ia mohon agar mereka tidak membunuh sembarang orang.

Mendengar itu, Dae Gu menatap Pan Seok dengan tajam.

“Kenapa? Kenapa kau menatapku seperti itu?” tantang Pan Seok.

Dae Gu memaki sambil berbisik, membuat semua orang terkejut.



Tapi sebelum Pan Seok melakukan sesuatu, terdengar panggilan dari radio bahwa ada gangguan di daerah Gangnam. Ia segera pergi.

“Kenapa kalian tidak bergerak?” tanya Eung Do tak sabar, melihat mereka berempat duduk diam.

“Pak, kalian bilang kami tidak boleh melakukan sesuati,” sahut Ji Gook.

Pan Seok memaki mereka hingga mereka langsung berdiri dan mempersiapkan senjata mereka. Lalu mereka berenam bergerak untuk misi pertama mereka, diiringi tatapan kagum petugas lain.



[Bersambung Episode 2]

 

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah membaca blog saya