Ibu Ji Yong
menemui Pan Seok dan berkata ia akan bersaksi. Pan Seok berterima kasih pada
ibu Ji Yong. Ia berkali-kali mengatakan ia pasti akan melindungi ibu Ji Yong.
Soo Sun
kehujanan saat pulang sekolah. Tiba-tiba seseorang menayunginya. Ternyata itu Ji
Yong, Ji Yong menyuruh Soo Sun memakai payungnya. Soo Sun berkata ia tidak akan
merasa bersalah meski ji Yong bersikap
seperti ini. Ia sama sekali tidak bersalah.
“Ibuku
bukan wanita simpanan. Dia seorang ibu tunggal,” kata Ji Yong dengan
tenang.”Dan aku putera seorang ibu tunggal. Tapi aku tidak malu sedikitpun
karena ibuku, Aku berterima kasih dan bangga. Karena ibuku tidak menyerah
melahirkan dan membesarkanku.”
Soo Sun
semakin tidak enak hati. Ia menolak payung yang diulurkan Ji Yong. Namun ia
malah tersandung tali sepatunya yang terurai lepas. Saat ia hendak
menalikannya, ji Yong menaruh payungnya di tangan Soo Sun lalu menalikan
sepatunya.
Soo Sun
mengulurkan payung itu untuj memayungi Ji Yong. Setelah selesai, Ji Yong
berlari menerobos hujan.
Ibu Ji Yong
sedang memasak ketika ia mendengar suara pintu dibuka. Ia mengira Ji Yong sudah
kembali. Namun ia sangat terkejut melihat siapa yang datang.
Ji Yong
pulang ke rumah dalam keadaan basah kuyup karena kehujanan. Ia menemukan sebuah
kalung di pekarangan rumahnya. Ia menganggap kalung itu keren dan ia masukkan
ke saku jas.
Ketika ia
masuk, ia melihat seisi rumahnya berantakan. Laci-laci terbuka dan
barang-barang berserakan. Ia menemukan ibunya di kamar. Terkapar dengan luka di
kepalanya. Ji Yong memanggil ibunya sambil menangis.
Untunglah
ibunya masih hidup. Ji Yong berkata ia pasti akan menyelamatkan ibunya.
Tangannya gemetar saat ia hendak mencari pertolongan. Namun belum sempat
menelepon, terdengar suara bel tanda pintu di buka. Ji Yong tertegun.
Pernjahat
itu rupanya kembali masuk ke dalam rumah. Ia masuk ke kamar dan hanya melihat
ibu Ji Yong yang masih terkapar. Ternyata Ji Yong bersembunyi di bawah tempat
tidur. Penjahat itu mengobrak-abrik barang seakan sedang mencari sesuatu.
Ji Yong
berusaha tidak bersuara saat ia melihat penjahat itu dengan seenaknya
menggulingkan tubuh ibunya. Penjahat itu terus mencari ke seluruh sudut kamar.
Terakhir di tempat tidur.
Penjahat
itu membuka sprei, lalu membungkuk hendak melihat ke kolong tempat tidur. Tapi
tiba-tiba ibu Ji Yong memegang kaki penjahat itu hingga perhatiannya
teralihkan. Ji Yong ingin keluar tapi ibunya memberi isyarat dengan menggelengkan
kepalanya pelan menatap puteranya.
Ji Yong
menangus tanpa suara menyaksikan ibunya di cekik sampai mati oleh penjahat itu.
Sebelum mati. Ibunya sempat menggeleng lagi agar Ji Yong tidak keluar.
Penjahat
itu lalu menerima sebuah telepon dan mengatakan bahwa anak ibu Ji Yong belum
kembali. Rupanya ia kembali ke rumah itu untuk mencari kalung namun ia tidak
tahu bentuk liontin kalung tersebut seperti apa. Ia juga sempat meminta
peneleponnya agar tidak perlu khawatir. Karena mereka memiliki Detektif Seo,
mereka tidak boleh membiarkan ada jejak yang tertinggal.
Setelah
penjahat itu pergi, Ji Yong keluar dari tempat persembunyiannya dan menangis
meratapi kepergian ibunya.
Polisi
memeriksa rumah Ji Yong dan menjadikan TKP. Pan Seok mengkhawatirkan Ji Yong
yang terus menangis. Ia bertanya apakah Ji Yong benar-benar tidak terluka. Ia
menawarkan agar Ji Yong tinggal dirumahnya dulu untuk sementara waktu.
Ji Yong
menepis uluran tangan Pan Seok. Ia bertanya mengapa tiba-tiba ibunya berubah
pikiean untuk bersaksi. Apakah Pan Seok membujuknya lagi? Jika Pan Seok memang
begitu ingin ibunya menjadi saksi, seharusnya Pan Seok menepati janjinya.
Bukankah
Pan Seok yang meminta ibunya mempercayainya dan berjanji untuk melindunginya? Bukankah
Pan Seok berkata akan mengeluarkan surat penahanan untuk mereka yang mengancam
ibunya? Pan Seok termangu diliputi perasaan bersalah. Ji Yong pergi diliputi
amarah dan kesedihan.
Ia
melarikan diri ke sekolah. Di sana ia teringat perkataan si penjahat mengenai
kalung yang di carinya. Ia teringat kalung yang ia pungut di pekarangan rumah.
Maka ia pun mengeluarkan kartu nama Pan Seok lalu meneleponnya. Hmm.. mungkin
ia pikir kalung itu menjadi salah satu petunjuk pelaku yang membunuh ibunya
ya...?
Ia
memberitahunya soal kalung itu dan bahwa kalung itu ada di saku jas seragam
sekolah yang di amankan Pan Seok sebagai barang bukti. Ia bertanya apakah
dengan kalung itu mereka bisa menangkap penjahatnya.
Pan Seok membenarkan.
Ia bertanya Ji Yong ada di mana sekarang. Ji Yong tidak mau memberitahunya,
tapi bunyi bel sekolah berbunyi sehingga terdengar oleh Pan Seok melalui
telepon sehingga mudah untuk ditebak. Pan Seok berkata ia akan menjemput Ji
Yong dalam 30 menit.
Rupanya Ji
Yong tidak pergi ke sekolahnya, melainkan ke sekolah Soo Sun. Dan Soo Sun masih
di ruang penyiaran. Ia sempat melihat Ji Yong ada di koridor gedung sebelah
lalu ia melambaikan tangannya. Tapi Ji yong tidak melihatnya.
Ji Yong
mendengar suara langkah kaki menghampirinya. Ia mengira Pan Seok yang datang
menjemputnya. Namunn yang berdiri di hadapannya adalah si pembunuh, karena Ji
Yong mengingat sepatu yang dipakainya sama dengan orang yang masuk kerumah Ji
Yong.
Ji Yong
segera berbalik dan melarikan diri. Pembunuh itu mengejarnya.
Sementara
itu Soo Sun berbicara melalui pengeras suara sekolah. Ia berbicara pada Ji Yong.
“Kim Ji
Yong, disini Oh Soo Sun. Ada sesuatu yang ingin ku katakan. Aku pengecut dan
jahat. Aku seharusnya tidak menyinggung cerita soal ibumu. Aku tak bisa menahan
kemarahanku saat itu. Ini sepenuhnya kesalahanku, jadi kau akan menerima
permintaan maafku, kan?”
Ji Yong
sama sekali tidak mendengar atau menerima apapun karena ia sibuk berlari sekuat
tenaga menyelamatkan diri.
“Jika kau
menerimanya, angkat tangan kananmu,” sambung Soo Sun. Tapi Ji Yong sudah tidak
terlihat lagi di tempat yang tadi.
Ji Yong
berlari menuruni tangga lalu dengan cepat bersembunyi di sebuah lorong. Ia
merasa lega karena si pembunuh ters berlari turun melewatinya.
“Kim Ji
Yong! Kau berdiri di dekat tembok lantai 2,” ujar Soo Sun lewat pengeras suara.
“Hei, aku bisa melihat semuanya dari sini.” Waduuuh jadi kethuan deh ngumpetnya
dimana... gemes juga nontonnya >.<
Si pembunuh
dan Ji Yong mendengar “pengumuman” Soo Sun itu. Ji Yong terpaksa kembali
berlari karena si pembunuh kembali mengejarnya. Setelah tahu keberadaanya.
“Apa kau
benar-benar tidak mau menerima permintaan maafku?” tanya Soo Sun lagi.
Ji Yong
masuk ke dalam Lab lalu mengunci pintunya.
“Kenapa kau
masuk Lab IPA? Kau mau membuat masalah, kan?” terdengar suara Soo Sun lagi dari
speaker.
“Tutup
mulutmu sekarang juga!!!” seru Ji Yong frustasi.
Soo Sun
jadi tersinggung, mengira Ji Yong tidak mau mendengar permintaan maafnya.
“Dasar
orang picik,” gerutunya. “Kau adalah seseorang yang akan mati akibat stress
karena hal-hal kecil.”
Si pembunuh
berusaha membuka pintu lap IPA yang di kunci Ji Yong dari dalam. Ji Yong
berusaha membuka sebuah lemar yang terkunci dengan menggunakan bangku. (Sepertinya
itu lemari untuk menyimpan bahan-bahan kimia berbahaya)
Si pembunuh
mendobrak pintu namun tidak melihat Ji Yong. Tiba-tiba Ji Yong muncul dan
melemparkan bahan kimia (sepertinya asam kuat) ke wajah si pembunuh. Pembunuh
itu mengerang kesakitan sambil memegangi wajahnya yang mengeluarkan asap. Lalu
ia jatuh ke lantai. Dari sakunya keluar kalung yang di temukan Ji Yong
sebelumnya. Ji Yong tertegun selama beberapa saat.
Ia tidak
memungut kalung itu dan segera pergi. Soo Sun berjalan hendak menyusul kemana
Ji Yong pergi ke arah lab IPA dan melihat sosok pria berjalan menutupi sebelah
matanya. Merasa curiga, Soo Sun bersembunyi di balik dinding. Ia sempat melihat
bekas luka di belakang telinga pembunuh itu.
Ji Yong
berjalan menyusuri jalan. Ia teringat ucapan si pembunuh di telepon setelah
membunuh ibunya. Pembunuh itu berkata ia tidak bisa meninggalkam jejak karena
merema memiliki detektif Seo. Lalu kenapa kalung itu ada di tangan si pembunuh?
Dan kenapa pembunuh itu tahu ia ada di sekolah? Ia hanya memberitahukan semua
hal itu pada Detektif Seo Pan Seok.
Ji Yong
menyimpulkan bahwa Detektif Seo Pan Seok adalah komplotan penjahat juga. Orang
yang mengkhianatinya dan ibunya.
Kembali ke
masa ki ni...
Seorang
gadis berdiri di tengah daerah Gangnam yang dipenuhi gedung-gedung dan
pertokoan yang tinggi dan mewah. Daerah elit di Seoul. Di salah satu layar
iklan multimedia sebuah gedung terpampang tulisan : “Kepolisian Gangnam,
memutuskan untuk mereformasi personel demi menghilangkan korupsi”
Namun semua
itu terbalik dengan kepolisian Gangnam sendiri. Sebuah bangunan yang tampak tua
dan tidak terawat. Gadis itu menghela nafas kecewa.
Lalu
seorang pria berkacamata membawa pot bunga berdiri di sebelahnya. Memiliki
reaksi yang sama saat melihat gedung tersebut. Ia bergumam sendiri “Apa aku
ketempat yang salah?” lalu menoleh melihat Soo Sun.
“oooh, kau
dari asrama 1-287! Benar benar benarkan..? siapa namamu? Namamu Oh S...” Ia menghentikan
kata-katanya karena Soo Sun langsung melotot ke arahnya.
Senyum Soo
Sun mengembang saat melihat pria tampan yang berdiri di sebelah pria
berkacamata itu. Pria berkacamata mengira Soo Sun sudah mengingatnya, tapi Soo
Sun hanya melihat si tampan. Lalu seorang pria berjaket hitam berwajah ketus,
berdiri di sebelahnya.
Setelah lampu
pejalan hijau mereka menyeberang bersama berbaris layaknya foto the beatles. ^^
suka banget sama adegan ini hihihi
Keempat
pemuda pemudi itu berbaris di kantor polisi mengenakan seragam.
“Apa kau
tidak berpikir kita benar-benar sudah di takdirkan? Kelas yang sama, kepolisian
yang sama, tim yang sama,” bisik si kacamata pada Soo Sun.
Soo Sun tidak
menanggapinya. Ia menduga ahjusshi di barisan depan mereka adalah pimpinan tim.
Hanya dengan melihatnya saja, sudah terlihat ia seorang detektif. Si kacamata
membenarkan.
“Apakah
menurutmua aku tidak terlalu terlihat pintar dan sensitif untuk menjadi detektif?”
tanyanya.
“Tidak,”
jawab Soon Sun singkat.
Seorang
pria berjalan ke arah barisan. Detektif Seo Pan Seok. Begitu melihatnya, wajah
pemuda berjaket hitam langsung berubah. Ia menatap Pan Seok dengan tajam,
tatapan penuh dendam. Namun berusaha keras menahan diri. Ia adalah Kim Ji Yong
yang sudah dewasa.
Seorang
detektif senior mengeluh walau reformasi korupsi itu bagus, mereka seharusnya
dibiarkan bekerja dan bukannya rapat seperti ini terus. Lee Eung Do, ahjusshi
rekan Pan Seok, memberitahu rekannya bahwa mereka memiliki 4 orang pemula.
Seperti tempat penitipan anak saja, simdirnya. Para senior lain (yang umumunya
sudah berumur) tertawa mendengarnya.
Kepala
polisi Kang Seok Joon (selanjutnya di sebut Chief Kang), menemui mereka,
ditemani Kepala Seksi Cha Tae Oh (seterusnya dipanggil Chief Cha). Perekrutan
polisi yang baru lulus ini adalah prakarsa Chief Kang yang bertekad
menghapuskan korupsi kepolisian. Mereka juga merivisi hampir 70% personel.
Dengan darah baru, diharapkan adanya energi baru. Baik Pan Seok maupun Ji Yong
tidak nampak mendengarkannya dengan baik.
Sebagai pimpinan
tim, Pan Seok diminta Chief Cha untuk memberikan kata sambutan. Pan Seok maju
ke depan.
“Mulai hari
ini, aku mengumumkan kepolisian Gangnam ini adalah daerah bencana.”
Para
detektif tertawa. Chief Kang berkata ungkapan itu tidaklah salah. Ia berkata
bagian kriminal tidak biasanya menerima polisi yang baru lulus. Tapi ia meminta
Pan Seok membimbing polisi-polisi baru tersebut. Pan Seok mengangguk dengan
tidak bersemangat dan terpaksa.
Pintu
kantor terbuka. Seseorang masuk ke ruangan, Pan Seok terkejut melihat wanita
yang barusan datang. Seorang wanita berwajah galak. Ia meminta maaf datang
terlambat karena pesawatnya diundur. Ia memperkenalkan diri sebagai pimpinan
unit orang hilang, Kim Sa Kyung. (ada apakah antara Pan Seok dan Kim Sa
Kyung???)
Para polwan
berkerumun di depan ruang tim kriminal. Soo Sun menerobos mereka dan membuka
pintu. Ketiga teman barunya ternyata sedang berganti pakaian. Soo Sun kaget dan
malu langsung menutup pintu kembali, namun membukanya kembali dan masuk karena
Pan Seok menyuruhnya.
Mereka
berempat memperkenalkan diri mereka masing-masing. Si kacamata berasal dari
Buyeo, namanya Ji Gook. Ia ingin tinggal di daerah Gangnam. Karen itu ia dengan
sukarela mendaftar ke bagian lalu lintas. Tapi karena di sana tidak ada
perekrutan baru, ia ditugaskan di bagian kriminal. Ia terus berbicara sehinggan
Eung Do memotongnya dan menyuruh Soo Sun memperkenalkan diri.
Soo Sun
berdiri memperkenalkan namanya dan asal daerahnya. Ketika mendengar Masan, Ji
Yong nampak kaget. Sepertinya dia mengenal di masa lalu.
Soo Sun
berkata ia tipe orang yang tidur awal, ia tahu bahwa ia tidak cocok di bagian
patroli. Dan lagi ia dengar bagian kriminal gajinya tinggi.
Pan Seok
dan Eung Do memejamkan mata mendengarnya.
Si pemuda
tampan memperkenalkan diri sebagai Park Tae Il. Ia lahir dan besar di Seoul. Ia
menjadi polisi kriminal karena menganggapnya menarik.
“Sedikit
lebih baik,” ujar Eung Do. “Kau.” Tunjuknya pada Ji Yong.
“Namaku Eun
Dae Gu.” Ujar Ji Yong singkat. Lalu duduk kembali.
Semua orang
melihatnya dengan heran. Eung Do bertanya dari mana adal Dae Gu dan kenapa ia
menjadi polisi kriminal. Dengan singkat Dae Gu berkata ia tidak mau
mengatakannya. Pan Seok menoleh melihat Dae Gu dengan tatapan tidak senang.
Eung Do
meminta Pan Seok berbicara pada anggota tim mereka yang baru.
“Mereka
yang harus pergi, segeralah kemasi barang kalian dan pergi. Jangan mengulur
waktu. Terutama kau. Aku tidak pernah melatih anggota berambut panjang. Segera
kemasi barangmu dan pergi,” sambil menunjuk pada Soo Sun.
“Itu
diskriminasi jenis kelamin,” protes Soo Sun.
“Kau tidak
dengar? Kubilang seseorang berambut panjang (bukan wanita).”
Soo Sun pun
terdiam dan tidak membalasnya lagi.
Pan Seok
berkata mulai sekarang kepolisian Gangnam adalah daerah bencana. Karena itu
mereka jangan melakukan apapun. Dan ia mohon agar mereka tidak membunuh
sembarang orang.
Mendengar
itu, Dae Gu menatap Pan Seok dengan tajam.
“Kenapa? Kenapa
kau menatapku seperti itu?” tantang Pan Seok.
Dae Gu
memaki sambil berbisik, membuat semua orang terkejut.
Tapi
sebelum Pan Seok melakukan sesuatu, terdengar panggilan dari radio bahwa ada
gangguan di daerah Gangnam. Ia segera pergi.
“Kenapa
kalian tidak bergerak?” tanya Eung Do tak sabar, melihat mereka berempat duduk
diam.
“Pak,
kalian bilang kami tidak boleh melakukan sesuati,” sahut Ji Gook.
Pan Seok
memaki mereka hingga mereka langsung berdiri dan mempersiapkan senjata mereka. Lalu
mereka berenam bergerak untuk misi pertama mereka, diiringi tatapan kagum
petugas lain.
[Bersambung
Episode 2]
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah membaca blog saya