Monday, May 19, 2014

Drama Korea "Three Days" Episode 9 Part 2



Bo Won mencoba meyakinkan Tae Kyung lagi kalau yang ia lihat tadi adalah benar, tapi dengan dingin Tae Kyung menyuruhnya untuk pulang saja. 

Langkah Tae Kyung terhenti saat beberapa orang muncul dan memperkenalkan diri kalau mereka dari kejaksaan. Mereka meminta Tae Kyung untuk mengikuti mereka untuk menjalani interogasi. Tae Kyung tahu tentang interogasi para agen PSS yang dilakukan oleh Jaksa Lee sehubungan dengan pemadaman listrik saat konferensi pers dan ia menolak diinterogasi karena ia tak termasuk dalam tim PSS yang bertugas di gedung konferensi pers.



Tapi interogasi Tae Kyung ini bukan untuk kasus tersebut tapi tentang Lee Chul Kyu. Tae Kyung pun bersedia mengikuti mereka. Di ruang interogasi, Jaksa Lee sudah menunggunya.


Tae Kyung menjelaskan kalau ia melihat Lee Chul Kyu diculik dan ia mengikutinya hingga ke sana. Tapi sayangnya saat ia tiba di lokasi, Lee Chul Kyu sudah didorong dari atas gedung.


Jaksa Lee tak percaya kalau Lee Chul Kyu diculik malah menuduh Tae Kyung yang membawanya ke sana. “Menurut keterangan yang kami peroleh, hanya kau satu-satunya orang yang ada di TKP. Dengan kata lain, hanya satu-satunya orang yang mungkin mendorongnya adalah dirimu.”

“Aku mendorong Lee Chul Kyu? Apa alasannya?”

Jaksa Lee menuduh kalau Tae Kyung membawa Lee Chul Kyu di konferensi pers atas perintah presiden dan agen PSS melakukan apa yang telah mereka lakukan (melakukan pemadaman). “Dan kau , Agen Han, diperintahkan untuk menculik dan menutup mulutnya. Beginikah skenario yang kau miliki?”

Jaksa Lee tertawa kecil  dan bertanya apakah Han Ki Joon adalah ayah Tae Kyung. Han Ki Joon adalah salah satu pelaku di insiden Yangjinri. “Apakah kau membunuh Lee Chul Kyu untuk menutupi kejahatan ayahmu?”


Tae Kyung mengiyakan kalau Han Ki Joon adalah ayahnya. Tapi Jaksa Lee tak punya bukti akan semua tuduhannya. “Apa Anda melihat aku menculiknya? Apakah ada yang melihatku mendorong Lee Chul Kyu?!” Ia menggebrak meja. “Atau Anda sedang berusaha untuk menjebakku?”


Jaksa Lee mengakui kalau ia tak punya bukti. Tapi ia akan menemukannya. “Tak akan butuh waktu lama untuk menemukannya. Kita akan bertemu lagi. Kau tak mungkin lolos setelah kau melakukan pembunuhan ini.” Jaksa Lee berdiri dan meninggalkannya Tae Kyung.


Para wartawan sudah menunggunya di luar untuk menanyai tentang dirinya sebagai tersangka pembunuhan Lee Chul Kyu dan kemungkinan motif pembunuhan itu atas perintah Presiden atau motif pribadi untuk menutupi kesalahan ayahnya, Han Ki Joon. 


Ketegaran Tae Kyung sudah di ambang batas. Seakan linglung, Tae Kyung hanya diam mendengar teriakan para wartawan yang mendesaknya agar memberikan jawaban.


Mendadak terdengar suara klakson mobil dan sebuah sedan kecil menembus kerumunan itu. Bo Won. Tak mempedulikan para wartawan, tanpa banyak bicara Bo Won membimbing Tae Kyung ke dalam mobil.


Dengan khawatir Bo Won menatap Tae Kyung yang serasa kosong dan ia pun segera melarikan mobilnya meninggalkan kerumunan yang mencoba mengejarnya.


Tapi cap tuduhan itu tak segera lepas. Di tengah jalan, di sebuah TV besar di atap gedung, Tae Kyung melihat video dirinya yang terkepung para wartawan beberapa menit yang lalu lengkap dengan status barunya : Tersangka Utama Pelaku Pembunuhan.


Bo Won sangat khawatir melihat Tae Kyung. Tapi ia tak bisa  berbuat apa-apa saat Tae Kyung keluar dari mobil tanpa mengeluarkan sepatah kata. Tae Kyung butuh waktu untuk sendiri.


Presiden duduk di ruangan kerjanya yang gelap. Chief Shin masuk dan bertanya apakah Presiden ingin meneruskan konferensi pers-nya. “Anda ingin saya menjadwalkannya lagi? Walau menurut saya lebih baik Anda memutuskan hal itu besok setelah hasil voting muncul. Kita mungkin tak membutuhkan konferensi pers lagi.”

Ucapan yang sopan namun sangat menohok. Chief Shin menunduk menghormat, beranjak pergi. Tapi ia menghentikan langkahnya dan berbalik pada Presiden, “Kenapa Anda harus melakukan hal ini?” Presiden akhirnya menoleh, namun Chief Shin belum selesai, “PSS dianggap sebagai kelompok penipu saat di bawah kendali Anda. Agen Han menjadi tersangka pembunuhan.”


Dengan tenang Presiden mengatakan kalau Chief Shin sendiri tahu kalau semua itu tidak benar. “Bukankah kau adalah bagian dari mereka yang membuat semua ini terjadi?”


Chief Shin tak menyangkal, malah bertanya. “Semua itu telah terjadi 16 tahun yang lalu. Rakyat sudah hidup tenang tanpa tahu mengapa hal itu terjadi. Mengungkapkan kebenaran tak mengubah kebijakan luar negeri maupun kebijakan dalam negeri. Kehidupan rakyat pun juga tak akan membaik dengan mengetahui rahasia itu. Tapi kenapa? Kenapa Anda melakukannya?”

Presiden mengakui apa yang dikatakan Chief Shin benar. Perekonomian tak akan membaik, kehidupan rakyatpun juga tak ada bedanya. “Tapi.. hal itu harus dilakukan. Karena itu adalah sesuatu yang benar terjadi.”

“Tidak.” Chief Shin tetap pada pendapatnya. “Banyak orang membuat kejahatan lebih buruk dari ini dan hidup tenang seolah-olah tak pernah terjadi. Ada yang membunuh ratusan orang atau memulai perang dan mereka mendapat uang milyaran. Tapi mereka hidup baik-baik saja. Jadi kenapa harus kita? Kenapa membuang semua yang pernah kita raih?”


Presiden akhirnya berdiri dan menatap Chief Shin. “Saat aku melihatmu, aku melihat aku di masa lalu. Kau mengetahui kenyataan yang sebenarnya, tapi kau memilih jalan yang mudah karena realitas. Karena itulah saat aku memulai hal ini dengan Penasihat Han, aku tak melibatkanmu.”


Chief Shin membenarkan pernyataan Presiden. Ia pasti akan menentang tindakan Presiden jika ia tahu sejak awal. “Dan saya akan melakukan tugas saya. Saat pemakzulan dikabulkan, saya akan siap mendukung Perdana Menteri. Setelah jam 9 pagi besok, Anda diharapkan untuk mengosongkan ruangan ini.” Chief Shin membungkuk lagi pada Presiden dan meninggalkannya.


Tae Kyung menemui Presiden yang menunggunya di dalam mobil. Presiden pun bisa melihat betapa kosongnya jiwa dan pikiran Tae Kyung saat ini. Ia mengakui kalau ucapan Han Ki Joon yang meminta agar Tae Kyung tak dilibatkan karena terlalu berbahaya itu ada benarnya . “Aku seharusnya tak melibatkanmu dalam hal ini. Ini adalah salahku.”


Tae Kyung membantah. Keterlibatannya ini bukan kesalahan Presiden, melainkan sudah menjadi keputusannya. Ia melaporkan kalau Lee Chul Kyu menitipkan sesuatu sebelum ia meninggal. Insiden Yangjinri ini berawal saat Perundingan Kerjasama Ekonomi rahasia 16 tahun yang lalu. Delegasi Korea Selatan dan delegasi Korea Utara mendiskusikan hal ini.  “Tapi tak hanya itu saja..”


Presiden terkejut melihat foto yang disodorkan Tae Kyung padanya. Foto yang diberikan Lee Chul Kyu adalah foto yang diambil pada bulan Januari 2014. Dugaan Tae Kyung adalah, “Kim Do Jin sedang merencanakan sesuatu. Insiden Yangjinri lagi.”


Dugaan Tae Kyung benar. Kim Do Jin sekarang sedang bersama dengan utusan Falcon (yang sepertinya sama dengan utusan 16 tahun yang lalu) yang meminta agar semua sudah siap karena Hari H sudah semakin dekat. Kim Do Jin meyakinkan kalau semua sudah dibawah kendali, demikian juga dengan Presiden. 


Apa yang direncanakan Kim Do Jin? Presiden khawatir akan hal ini. Tapi ia meminta Tae Kyung untuk berhenti sampai di sini saja karena ia sendiri yang akan menanganinya. Tae Kyung menolak karena seperti yang ia katakan sebelumnya, semua ini adalah keputusannya dan ia akan membebaskan dirinya dari segala tuduhan. “Dan saya akan membebaskan ayah saya.”

Tae Kyung mengatakan rencananya yang akan mengambil data komputer Kim Do Jin di kediaman Kim Do Jin. Jika 16 tahun yang lalu uang yang dikirim ke Korea Utara adalah milik Kim Do Jin, maka sekarang mereka akan menemukan hal yang seperti itu lagi.”

Presiden mencoba mencegah Tae Kyung, tapi Tae Kyung tetap pada keputusannya.


Kim Do Jin sedang bekerja dengan menghadapi komputer-komputernya (Sembilan! Sudah dihitung oleh Fanny) saat Presiden menelepon dan meminta untuk bertemu.


Pihak keamanan gedung apartemen Kim Do Jin menemukan sinyal merah (tanda mencurigakan) di CCTV toilet pria. Salah seorang staf diperintahkan untuk memeriksa.


Di dalam, Tae Kyung sudah menunggu untuk melumpuhkan staf itu dan menyamar menggunakan seragam staf yang pingsan itu sambil melaporkan pada ruang kendali kalau sinyal tadi salah.


Kim Do Jin menemui Presiden yang telah menunggunya. Alasan pertemuan itu adalah Presiden meminta agar Kim Do Jin menghentikan penyelidikan tentang pemadaman total saat di konferensi pers pada agen PSS-nya dan penyelidikan akan tuduhan pembunuhan terhadap Han Tae Kyung.


Untuk menuju ke penthouse Kim Do Jin, Tae Kyung bertemu dengan dua satpam lainnya. Saat salah seorang memanggilnya, tak ada cara lain selain melumpuhkan kedua satpam itu. Tentu saja hal ini terlihat di CCTV.


Tae Kyung bertindak cepat. Ia segera menyerbu ruang CCTV dan melumpuhkan mereka semua. Ia pun mengambil alih ruang CCTV dan muncullah Bo Won di gedung itu.


Atas panduan Tae Kyung yang memiliki denah gedung, CCTV dan akses semua pintu yang tertutup, Bo Won bisa masuk ke dalam penthouse Kim Do Jin.

Kim Do Jin tertawa sinis mendengar permintaan Presiden dan bertanya apa yang akan ia dapatkan jika ia mengabulkan permintaan itu? Presiden diam tak menjawab dan itu sudah cukup bagi Kim Do Jin. Ia berdiri dan berkata kalau Presiden bisa berunding jika memiliki sesuatu yang ditawarkan. “Tentunya Anda sudah tahu hal itu. Hubungi saya jika Anda memiliki sesuatu yang lain, walau saya meragukan Anda memilikinya.”


Dari jendela, Presiden hanya mengawasi Kim Do Jin yang masuk ke dalam mobil. Pertemuan Presiden dengan Kim Do Jin ini sebenarnya adalah bagian dari rencana Tae Kyung yang membutuhkan waktu untuk menerobos security gedung penthouse Kim Do Jin agar bisa mencuri informasi dari komputer Kim Do Jin.


Bo Won berhasil masuk ke dalam ruang kerja Kim Do Jin dan menghadapi komputer Kim Do Jin. Tak ada kamera di dalam penthouse sehingga Bo Won harus mendeskripsikan pada Tae Kyung tentang apa yang sedang dihadapinya. Bo Won menyalakan komputer dan ternyata komputer itu ber-password. Dugaan Bo Won, seperti pada komputer di kepolisian, komputer Kim Do Jin pasti memiliki security ganda, CMOS dan Windows.

Menurut Tae Kyung, satu-satunya cara mereset password CMOS adalah dengan mencopot baterai komputer dan mendiamkan selama 5 menit. Bo Won pun melakukannya.


Di saat yang sama, Kim Do Jin sedang dalam perjalanan pulang. Jalanan Seoul yang lengang di malam hari membuat perjalanan itu menjadi singkat.


Lima menit sudah berlalu dan Bo Won pun menyalakan komputer lagi, sehingga menyisakan satu password yang harus dibuka, yaitu password Windows. Bo Won memasukkan CD yang sudah ia siapkan sebelumnya.


Dari kamera CCTV luar gedung, Tae Kyung melihat iring-iringan mobil Kim Do Jin. Ia memberitahukan hal ini pada Bo Won. Untungnya password Windows berhasil dibongkar dan Bo Won mulai mencari-cari file yang diinginkan. File tentang semua transaksi finansial yang dilakukan Kim Do Jin. Dan ketemu. Bo Won pun memasukkan flash disc untuk meng-copy semua file itu.


Namun sial. File itu juga terproteksi read only. “Aku harus bagaimana?”


Tae Kyung menghela nafas kecewa karena file seperti itu berarti tak bisa di-copy, di-print atau dipindahkan jika tak mengetahui passwordnya. Sementara waktu sudah semakin sempit. “Menyerah dan tinggalkan ruangan. Sekarang!”


Tapi Bo Won tak mau karena mereka sudah berusaha keras untuk bisa masuk hingga ke dalam. Ia tak menggubris perintah Tae Kyung yang menyuruhnya keluar sekarang juga.


Sementara Tae Kyung terus memerintahkan Bo Won untuk keluar sekarang, matanya tertumbuk pada layar CCTV. Dan ia terperangah. Sesaat kemudian ia berlari keluar.


Kim Do Jin tiba di basement, dan ia turun di depan pintu masuk gedung. Di saat yang sama, Tae Kyung berlari menuruni tangga darurat. Dan mereka pun bertemu.


Tae Kyung ditahan oleh pria bertato. Kim Do Jin bertanya, “Apa yang sedang kau lakukan di sini, Agen Han Tae Kyung?”

“Apa yang kau lakukan di sini?” Tae Kyung balik bertanya.


Pertanyaan yang absurd bagi Kim Do Jin yang memilik penthouse di gedung ini. Tapi Kim Do Jin sadar kalau pertanyaan itu tak ditujukan padanya, karena Tae Kyung tak menatap kepadanya melainkan ke orang di belakangnya.

Pada Cha Young.


Cha Young nampak panik. Tae Kyung merasa terkhianati dan berteriak, "Apa yang sedang kau lakukan?!” 

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah membaca blog saya