7 Maret – Pukul 05.30
33 jam 30 menit setelah penembakan
Cha Young kembali ke Choongsoodae, dan memeriksa pintu
gerbang lapangan tenis. Saat diinterogasi ia mendapat sebuah pertanyaan, Kudengar lapangan tenis tertutup saat
terjadi penembakan. Apakah itu benar?
Pertanyaan itu menimbulkan sebuah pertanyaan baru di
benaknya. Dari lapangan tenis, Cha Young melihat villa Chief Ham tempat ia
menembak Presiden. Pintu itu harus dibuka agar Chief Ham dapat menembak
Presiden, dan lapangan ini cukup jauh tempatnya dari vila.
Ia pun menyetel stopwatch di handphone dan mulai berlari
sekencang-kencangnya menuju ruangan Chief Ham.
Ia sampai di ruangan Chief Ham dan melihat handphonenya.
Seorang wanita butuh 7 menit untuk sampai, kalau Chief Ham mungkin hanya butuh
5 menit. Di jendela yang mengarah ke danau, ia mengangkat tangannya,
berpura-pura sebagai Chief Ham, mengambil posisi menembak target.
Tapi ia tak bisa membidik target dengan baik karena ia masih
terengah-engah setelah lari untuk dari lapangan tenis. Padahal mati lampu dan
penembakan terjadi hampir bersamaan. Dan ia menyimpulkan, “Chief adalah
penembaknya. Tapi ada orang lain yang membuka gerbang.”
Wajah Cha Young menjadi pias saat tersadar, “Masih ada
pelaku di dalam PSS.”
Presiden mengintruksikan Chief Shin untuk tak melibatkan
NIS, polisi dan komite dalam tim investigasi penembakan kemarin. Ia juga
menginginkan daftar orang-orang yang dapat mereka percayai dari kejaksaan.
“Seperti yang kau katakan, temukan siapa dalang di balik semua ini.”
Chief Shin menyanggupi hal itu. Mereka sudah di depan lift,
dan Chief Shin mendapat telepon dari Cha Young. Komandan regu 3 mengingatkan
untuk tak menerima telepon saat bersama Presiden. Padahal telepon itu dari Cha
Young yang panik ingin melaporkan temuannya.
Sementara itu Tae Kyung juga menelepon salah satu rekan
kerjanya, tapi karena orang itu sedang bertugas, orang itu tak mengangkatnya.
Sementara Presiden sudah masuk dengan dikawal oleh Direktur
Kim, Yoon Jae, dan 3 orang agen PSS lain.
Tae Kyung masih terus mencoba menelepon yang lainnya dan
memandangi foto itu. Ada satu orang yang ia kenal, memakai kaca mata dan
tersenyum penuh kebahagiaan.
Orang itu adalah Yoon Jae. Ia adalah salah satu anggota
marinir yang selamat dari insiden berdarah di dalam gudang Yangjinri. Ia hanya
bisa menangis tersedu-sedu menatap Chief Ham yang terdiam mati rasa.
Perlahan, tangannya mulai merayap menggapai pistolnya,
seakang menunggu sesuatu. Dan benar saja. Tiba-tiba lift mati saat berada di
lantai 3, diikuti dengan mati lampu.
Agen PSS lain yang berjaga di luar segera menuju ke lantai
3. Tapi Yoon Jae sudah bersiap untuk mengambil pistol dan mengarahkan ke
Presiden. Sekejap saja terdengar bunyi letusan.
Tapi sepersekian detik sebelumnya, Direktur Kim telah
mengangkat tangan Yoon Jae dan mendorong Yoon Jae ke dinding. Mereka pun
berkelahi sementara para agen PSS menjadi tameng Presiden. Direktur Kim akhirnya
berhasil menelikung Yoon Jae, namun Yoon Jae masih mencoba untuk menembak
presiden, dan terdengar 2 kali tembakan.
Agen PSS dan SAT membuka paksa lift itu. Presiden langsung
diamankan dan dibawa pergi, menyisakan Yoon Jae yang dicekal oleh Direktur Kim,
berteriak putus asa, “Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku harus membunuhnya!”
Dan mereka mendapat kabar kalau Agen Hwang Yoon Jae berhasil
dilumpuhkan dan Presiden sekarang kembali ke Blue House. Kabar yang
mengecewakan. Jendral Kwon meyakinkan teman-temannya kalau Yoon Jae tak akan
membuka mulut dengan mudahnya.
“Yoon Jae memang tak akan buka mulut. Tapi jika Yoon Jae
tahu kalau ia hanya diperalat, maka ceritanya akan lain,” duga Min Hyung Ki.
Tae Kyung diberitahu oleh rekannya kalau Yoon Jae berhasil
ditangkap. Tae Kyung terduduk dan memandangi foto pasukan Chief Ham. Perasaan
lega dan sedih bercampur aduk dalam hati Tae Kyung. Tak sengaja matanya tertumbuk ke kolong
lemari. Ada dokumen yang terselip di sana.
Ia menarik dokumen itu. Di sampul tertulis : Rahasia 98.
Berita tentang Yangjinri telah mengejutkan seluruh Korea
Selatan. Menurut media, rakyat sangat marah dan membuat petisi online untuk
pemakzulan (impeachment) presiden. Walau begitu masih banyak yang tak percaya
dengan berita ini dan Presiden Lee diharapkan memberi informasi resmi untuuk
menhentikan kekacauan.
Para demonstran yang berasal dari keluarga korban Yangjiri telah
memblokir jalan masuk ke Blue House. Mereka menuntut agar Presiden berkata
jujur dan minta maaf pada keluarga korban. Keadaan semakin memanas setelah para
demonstran meringsek maju untuk menemui Presiden. Para tentara yang berjaga di
depan cukup kewalahan menghadang mereka.
Keadaan semakin kacau saat Presiden dan rombongan akan
memasuki Blue House. Walau rombongan sudah mengambil jalan samping, para
demonstran berhasil mendekati rombongan mobil Presiden dan menggedor-gedor
jendela mobil. Presiden yang duduk di dalam hanya terdiam dengan wajah kalut.
Para staf Presiden sudah ada di Blue House untuk menyambut
Presiden. Chief Shin menerima laporan kalau partai Presiden Lee tak memberi
tanggapan baik akan kasus ini, apalagi partai oposisi. Chief Park Wong Young menyarankan
agar mereka melakukan sesuatu sebelum
rakyat meninggalkan mereka. Tapi usulan itu disanggah karena mereka belum cukup
bukti sehingga memberi pengumuman sekarang hanya memperburuk suasana.
Presiden mendengar semua argument para stafnya. Sebelum
masuk ke ruangan, Presiden berkata pada Chief Shin, “Siapkan konferensi pers.”
Mereka terkejut, karena seperti yang dikemukakan sebelumnya,
mereka sama sekali tak punya alasan untuk berdalih. Tapi Presiden bersikeras,
ia tak membutuhkannya dan minta mereka untuk mempersiapkan konferensi pers
secepat mungkin.
Chief Shin dan para menteri saling berpandangan,
bertanya-tanya apa isi konferensi pers yang akan diberikan oleh Presiden.
Konferensi Pers Khusus digelar Blue House dan semua
menantikan apakah Blue House melakukan pembelaan diri atas tuduhan yang
diberikan kemarin malam.
Chief Shin yang akan memberi pernyataan. Para wartawan
memberondongnya dengan memberi pertanyaan seputar insiden Yang jinri dan apakah
Presiden memang memiliki hubungan dengan Falcon. Bagaimana tanggapan Presiden
dan apakah beliau mengakui semua yang dituduhkan?
Chief Shin tak menjawab pertanyaan itu dan berkata kalau
Blue House sudah mendengar tentang berita yang membingungkan masyarakat pagi
ini. Dan Presiden meyakini akan adanya investigasi yang imbang dan tak berpihak,
oleh karena itu beliau bersedia bekerja sama secara aktif dalam setiap
penyelidikan.
Chief Shin kembali membaca, “Dan selanjutnya, keadilan harus
ditegakkan untuk insiden yang terjadi kemari malam. Pada 5 Maret, di rumah
peristirahatan Presiden, Choongsoodae, Presiden , yang merupakan pemimpin Korea
dan komandan tertinggi militer, berhasil lolos dari percobaan pembunuhan.”
Berita tersebut sangat mengejutkan. Para wartawan langsung
mengetik berita yang mencengangkan tersebut. Chief Shin menceritakan kronologis
yang terjadi pada 5 Maret pukul 20.00, terjadi ledakan EMP yang mengakibatkan
gangguan yang menyebabkan padamnya elektronik dalam radius 15 km. Terjadi 3
tembakan dan 2 agen PSS dan 1 orang pegawai vila tewas.
Seluruh Korea tercengang mendengar hal ini. Chief Shin juga
menyebutkan fakta tentang EMP, tekhnologi mutakhir yang bahkan Al Qaeda pun
kesulitan untuk mendapatkannya. “Hal ini berarti percobaan pembunuhan ini
adalah percobaan pertama dan terbesar yang dialami oleh pemerintahan sekarang.”
Chief Shin menyatakan kalau insiden tersebut telah menantang
mereka, oleh karena itu pemerintah aan membentuk tim investigasi khusus yang
terdiri dari kejaksaan, polisi dan Blue House. “Kami berjanji akan menemukan
siapa dalang di balik penyerangan ini.”
Mendapat pertanyaan tentang keselamatan Presiden, Chief Shin
menjawab Presiden menderita luka ringan tapi ia selamat. Salah satu wartawan
bertanya tentang pelaku penembakan, apakah sudah tertangkap. Chief Shin
menjawab salah seorang penembak tertembak saat pengejaran dan seorang lagi
tertangkap di tempat.
Konferensi pers ini sangat mengejutkan. Berbagai kantor
berita di seluruh dunia berlomba-lomba melaporkan insiden penembakan ini.
Masyarakat pun mencari berita penembakan tersebut, yang bahkan berspekulasi
liar kalau Korea Utara adalah dalang di balik semua ini dan kemungkinan akan
terjadi perang saudara lagi.
Yang jelas berita hari ini menenggelamkan berita semalam.
Dan berita itu jelas membuat kelompok Kim Do Jin gusar. Kim Do Jin : “Orang
yang menempatkanmu di posisi itu.. adalah aku.”
Presiden menyentuh papan nama di mejanya, dan menatap
lambang negara di tembok ruangannya. Ia teringat akan kejadian 16 tahun yang
lalu. Setelah insiden Yangjinri terjadi, ia marah dan mencengkeram jas Kim Do
Jin yang sedang merakit mainan di ruangannya.
Kim Do Jin beralasan kalau semua itu hanyalah kecelakaan.
Kapal selam Korea Utara mengalami kerusakan mesin dan harus berlabuh. Tapi Lee Dong
Hwi tak percaya dan malah memukul Kim Do Jin. Kim Do Jin kesal dan berkata
kalau semua itu adalah kesalahan tentara mereka yang ketakutan sendiri.
Tapi Lee Dong Hwi malah melemparkan barang-barang di atas
mejanya, membuat Kim Do Jin berteriak marah, “Semuanya ini salah paham. Apa aku
harus bertanggung jawab karena mereka yang ketakutan sendiri sehingga menyerang
lebih dulu?”
Lee Dong Hwi tak percaya hal itu. Ia menarik kerah jas Kim
Do Jin dan menggeram, “Segera setelah aku meninggalkan gedung ini, aku akan
langsung ke kantor polisi. Aku akan mengakui semua yang aku lakukan. Kau harus
putuskan sendiri, masuk penjara atau melompat dari jendela.”
Kim Do Jin segera berpikir cepat saat melihat Lee Dong Hwi
meninggalkannya. Ia berseru, “Jadilah Presiden.” Lee Dong Hwi terpaku
mendengarnya, maka Kim Do Jin pun mengacungkan koran yang tadi dibawa Lee Dong
Hwi dan berseru, “Bukankah ini yang kau ingin perbaiki? Karena kita lemah, kita
tak punya piilihan lain selain memberikan segalanya pada mereka yang lebih kuat.”
Tahu umpannya sudah tergigit, ia pun melanjutkan dengan nada
membujuk, “Kau benci hal itu dan ingin memperbaikinya. Bukankah seperti itu?”
Ia meyakinkan Lee Dong Hwi kalau insiden ini adalah sebuah kecelakaan yang tak
diharapkan. Ia menantang apakah Lee Dong Hwi akan menyerah pada masa depan
(Korea) karena insiden ini, “Aku akan membantumu. Ambillah Blue House dan rubahlah masa depan.”
Masih menatap lambang negaranya, Presiden Lee berjanji akan
memperbaiki seperti yang diminta Kim Do Jin. “Bagaimanapun caranya, aku akan
memperbaiki keputusan yang salah kuambil.”
Chief Shin mengetuk pintu dan masuk untuk melaporkan kalau
mereka telah membentuk tim investigasi khusus, yang dipimpin oleh Jaksa Gu Ja
Kwang. Dan anggota tim ada dari polisi yaitu Direktur Keamanan, Menteri Urusan
Sipil, PSS. Tim legal dari Blue House dan tim konsultan dipimpin oleh Prof. Kim
Su Byung.
Yang pertama dilakukan oleh tim investigasi khusus ini
adalah melacak jejak EMP, darimana barang ini didapatkan.
Pembentukan tim ini tak disukai oleh kelompok Kim Do Jin
karena NIS dan polisi yang berpihak pada mereka tak dilibatkan dalam
penyelidikan ini. Jenderal Kwon frustasi dan bertanya apa yang akan Kim Do Jin
lakukan sekarang?
Chief Byun yang menjawab. Ham Bong Soo (Chief Ham) yang akan
dijadikan kambing hitam dan disalahkan sepenuhnya atas penembakan yang terjadi.
“Akan disimpulkan kalau semua ini dilakukan oleh Ham Bong Soo dan Hwang Yoon Jae.
Tapi yang tak boleh ketahuan adalah asal EMP tersebut.”
Cha Young melaporkan
kalau ada saksi yang melihat bom EMP diledakkan, yaitu polisi Yoon Bo Won dari
polsek Seojo.
Bo Won kembali melakukan tugas sehari-harinya, yaitu
melayani masyarakat. Saat sedang mengganti lampu di rumah para manula, ia
diberitahu kalau ada telepon dari orang yang katanya menyaksikan kecelakaan
mobil Han Ki Joon.
Bo Won pun segera kembali ke kantor polisi dan si penelepon
tersebut mengatakan kalau ia menyaksikan kecelakaan pada 2 Maret, dan kejadian
tersebut terekam di black box mobilnya. Bo Won bersemangat mendengar ada video
black box dan berkata ia akan menemui saksi itu. Ia pun mencatat alamat
pertemuan mereka.
Dan kita melihat, si penelepon itu adalah orang bertato naga
di pergelangan tangannya. Berdiri di hadapannya adalah seorang pria yang
tersenyum puas. Pria tersebut yang ada di truk Jaeshin. Saya akan menyebutnya
Pria Jaeshin.
Cha Young memberikan surat pemindahan Hwang Yoon Jae kepada
polisi yang bertanggung jawab. Ia terkejut melihat Jaksa Choi muncul untuk
menemui Yoon Jae. Rupanya mereka memiliki niat yang sama untuk menginterogasi .
Cha Young berkata kalau Jaksa Choi dapat menemui Yoon Jae nanti, setelah tim
investigasi harus diprioritaskan.
“Chief Ham dan Agen Hwang adalah tentara yang selamat dari
insiden Yangjinri. Menurut Anda, mengapa mereka mencoba menembak Presiden?”
tanya Jaksa Choi memojokkan.
“Presiden negara ini ditembak. Saya yakin pertanyaan
bagaimana akan muncul lebih dulu sebelum mengapa,” jawab Cha Young tegas. “Saya
akan menelepon Anda setelah kami selesai menginterogasinya. Anda dapat..”
Belum sempat Cha Young menyelesaikan ucapannya, Tae Kyung
berlari dan menerobos mereka. Ia tak
sempat menghentikan Tae Kyung yang langsung masuk ke ruang Yoon Jae dan
mengunci pintunya.
Tanpa peduli gedoran pintu dan teriakan Cha Young, Tae Kyung
mengeluarkan dokumen Rahasia 98 dan meletakkan di atas meja.
Yoon Jae menghela nafas mendengar Tae Kyung yang bertanya
siapa orang yang telah memberikan dokumen itu. Ia menjawab kalau yang penting
bukanlah siapa pengirim dokumen ini, tapi apa yang tertulis di dalamnya.
Di luar, Cha Young menyuruh Tae Kyung untuk membuka pintu.
Jaksa Choi yang ada di belakang Cha Young melihat dokumen yang ada di atas
meja.
Tae Kyung heran, mengapa Chief Ham dan Yoon Jae melakukannya
sekarang padahal rahasia ini telah tersembunyi selama 16 tahun. “Tapi kenapa sekarang? Kenapa dokumen ini
diserahkan pada kalian? Apa yang orang itu katakan saat ia memberikan ini
padamu? Untuk membunuh presiden? Tidakkah kau pikir kalau orang itu memperalat
kalian untuk membunuh Presiden?”
Yoon Jae dapat menebak apa yang ada di hati Tae Kyung,
“Apakah kau menolak percaya karena ayahmu terlibat di dalamnya?”
Tae Kyung marah dan mencengkeram baju Yoon Jae. Di luar, Cha
Young meminta Tae Kyung untuk berhenti, tapi Tae Kyung tak mempedulikannya. Ia
menggeram, “Aku yang membunuh chief. Aku yang menarik pelatuknya! Aku
membunuhnya dengan kedua tanganku.
Yoon Jae terkejut mendengarnya, apalagi menatap mata Tae
Kyung yang penuh kepedihan. Tae Kyung berkaca-kaca saat melanjutkan, “Tapi jika
chief hanya diperalat, dan kematiannya itu hanyalah sia-sia.. jadi apa yang
telah aku lakukan?! Apa yang telah aku lakukan?”
Yoon Jae akhirnya menyadari apa yang sedang dirasakan Tae
Kyung sekarang. Di luar, polisi membawa kunci cadangan.
Tae Kyung meminta Yoon Jae untuk membuka mulut, siapa yang
memberikan dokumen ini pada Yoon Jae? Tapi belum sempat Yoon Jae memutuskan
apakah bicara atau tidak, pintu sudah terbuka dan beberapa polisi meringkus Tae
Kyung dan yang lainnya membawa Yoon Jae pergi.
Tae Kyung berteriak pada Cha Young, berkata kalau ia belum
selesai. Tapi Cha Young sudah beranjak pergi mengikuti Yoon Jae. Jaksa Choi
melihat Tae Kyung yang digiring pergi. Tapi Tae Kyung berhasil melarikan diri
dari kedua polisi yang tadi meringkusnya.
Massa berkumpul di halaman gedung kejaksaan tempat Yoon Jae
ditahan. Begitu pula dengan wartawan yang berkerumun saat Yoon Jae muncul
memberikan banyak pertanyaan. Tapi Yoon Jae hanya diam tak memberi jawaban. Cha
Young menyuruh petugas untuk menggiring Yoon Jae ke dalam mobil.
Tapi para demonstran melihat Yoon Jae dan kericuhan pun
terjadi. Demonstran pro dan kontra berdesak-desakan maju, membuat para penjaga
kewalahan. Tak butuh lama untuk demonstran menerobos pagar betis dan mendekati
Yoon Jae.
Cha Young tertinggal di belakang dan mulai panik. Begitu
pula dengan Yoon Jae pun terdorong ke sana ke mari. Tae Kyung yang baru saja
berhasil melarikan diri dan keluar gedung melihat kekacauan itu.
Ia teringat saat praktek pengawalan VIP. Saat itu Chief Ham
berkata, di area yang ramai, yang paling penting adalah mengawasi
tangan-tangan. Tangan yang mungkin
melempar bom, mencabut pisau atau menarik pistol.
Tae Kyung segera berlari. VIP sekarang bukanlah Presiden,
tapi Yoon Jae. Ia segera menerobos kerumunan dan mengawasi tangan-tangan yang
ada. Salah satu tangan bertato mengambil pisau, tapi tangan itu hilang karena
orang yang berdesak-desakan.
Ia berteriak memanggil Cha Young dan menyuruhnya untuk
menghentikan orang itu. Cha Young menoleh, melihat Tae Kyung memberithunya
kalau ada orang yang memegang pisau. Cha Young yang berada lebih dekat dengan
Yoon Jae segera meringsek maju, tapi kerumunan sangat susah ditembus.
Tinggal selapis orang lagi yang perlu ditembus, tapi
terdengar teriakan kaget orang-orang di depan, membuat mereka terpaku.
Tae Kyung terbelalak menatap leher Yoon Jae yang bersimbah
darah. Sesaat Yoon Jae juga nampak terkejut, namun sesaat kemudian badannya jatuh
berkelojotan, meregang nyawa.
Tae Kyung berteriak menyuruh Cha Young menelepon 911! dan menekan leher Yoon Jae agar darah
tak muncrat keluar. “Kau tak boleh mati! Apa yang kau lakukan? Telepon 911!
Jangan mati, Hwang Yoon Jae! Jangan!”
Tapi terlambat, Tae Kyung melihat Yoon Jae semakin susah
bernafas dan disaksikan oleh Jaksa Choi yang baru saja tiba di tempat, Yoon Jae
menghembuskan nafas terakhir. Cha Young shock, tangannya gemetar memegang
handphone yang tak jadi ia gunakan.
Sementara itu, si pria bertato sudah melepaskan diri dari
kerumunan. Sambil bersiul, ia membuang topi dan jaket yang ia pakai dan kemudian
membakarnya di dalam tong. Ia kemudian menelepon, melaporkan, “Target berhasil
dieliminasi. Bagaimana di sana?”
Pria Jaeshin itu berkata kalau ia akan menyelesaikan dengan
segera. Tak lama kemudian, ia melihat Bo Won melewati mobilnya. Target
berikutnya.
Tae Kyung termangu saat mayat Yoon Jae dibawa pergi. “Mereka
membunuhi para saksi,” katanya. Ia pun menyadari sesuatu dan menoleh pada Cha
young yang masih tetap termangu, ”Polisi Yoon. Apakah kau memerintahkan
pemanggilan Polisi Yoon?”
Cha Young menjawab kalau orang-orang dari pengadilan sedang
menemui Bo Won. Namun setelah Cha Young menghubungi orang-orang itu, diketahui
kalau Bo Won taka da di kantor polisi, Bo Won pergi setelah menerima telepon
satu setengah jam yang lalu.
Cha Young memberitahu hal ini pada Tae Kyung yang juga
sedang menelepon dan mengatakan kecurigaannya, “Seorang saksi tak mungkin
muncul tiba-tiba.”
Tae Kyung menutup telepon dan berkata, “Kau benar. Ini
adalah jebakan.”
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah membaca blog saya