Bo Won mendatangi gedung mal yang
belum beroperasi. Grand Mall gedung C, ruang nomor 207. Di situlah tempat
pertemuan Bo Won dengan saksi yang
meneleponnya. Gedung itu masih sepi, hanya sedikit pegawai toko yang lalu
lalang untuk memajang display di toko mereka masing-masing. Tak sengaja salah
seorang pegawai yang membawa manekin menubruknya hingga terjatuh.
Orang itu segera minta maaf namun
Bo Won tak mempermasalahkannya dan menggunakan kesempatan itu untuk menanyakan
lift. Orang itu langsung menunjukkan arahnya.
Bo Won segera naik lift yang
ditunjuk. Di lantai 2 malah jauh lebih sepi dari lantai di bawahnya. Ruangan
belum diterangi oleh lampu dan tak ada orang, hanya manekin yang berjajar di
kiri kanan Bo Won. Bo Won menjadi waspada.
Dan benar saja, pria Jaeshin itu
mengintai dari balik salah satu manekin. Bo Won berhenti melangkah saat
merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.
Kelompok Tae Kyung dan Cha Young
memisahkan diri karena ada gedung yang harus mereka cari. Cha Young ke gedung A
dan Tae Kyung ke gedung C. Gedung B adalah bioskop yang banyak orang hingga
sulit jika digunakan untuk membunuh seseorang. Tae Kyung berlari dan berhenti
di tengah jalan.
Tangan Bo Won pelan-pelan
mengambil pistol, tapi terlambat. Saat ia berbalik, pria Jaeshin itu menembak
Bo Won. Seketika itu juga Bo Won roboh. Pria itu mengarahkan pistol untuk
menembak kembali, tapi berhenti karena terdengar suara denting lift.
Tae Kyung berlari dan mendorong
pria itu hingga keduanya jatuh ke lantai dasar, tertahan oleh meja besar.
Pistol terlempar dari tangan pria itu dan Tae Kyung menendang pistol itu.
Mereka pun berkelahi saling memukul, yang dimenangkan oleh Tae Kyung yang
berhasil melumpuhkan pria itu.
“Kenapa kau membunuh ayahku?
Siapa yang menyuruhmu untuk membunuh ayahku?” tanya Tae Kyung. Tapi pria itu
tak menjawab, membuat Tae Kyung marah, “Siapa?!”
Cha Young muncul, kaget melihat
Tae Kyung yang ada di bawah dan memanggilnya. Tae Kyung menoleh dan kesempatan itu digunakan oleh
pria Jaeshin untuk menyerang Tae Kyung dan mengambil pistol.
Hampir saja pria
itu berhasil menembak Tae Kyung jika Cha Young tak segera menembaknya. Pria itu
akhirnya melarikan diri, namun dikejar oleh Cha Young dan kelompoknya.
Tae Kyung teringat pada Bo Won
dan segera kembali menemui Bo Won yang tergeletak di lantai. Bo Won tak
mengeluarkan darah, tapi ia tak merespon panggilan Tae Kyung. Tae Kyung semakin
panik.
Pria Jaeshin itu ternyata tak
sendiri. Pria bertato sudah menunggunya di mobil yang berada di depan pintu.
Cha Young mencoba menghentikannya tapi gagal. Sekejap saja Cha Young kehilangan
pria Jaeshin itu. Cha Young terengah-engah, kesal.
Pria itu lapor pada Kim Do Jin
yang tersenyum saat menutup telepon. Pada kroninya, ia berkata, “Semua sudah
diatasi. Mari kita semua kembali ke tempat masing-masing.”
Min Hyung Ki langsung pergi,
diikuti dengan Jenderal Kwon yang berdiri dengan menghentakkan kaki. Sementara
Chief Byun berdiri paling akhir dan melangkah pergi. Kim Do Jin menutup botol
liquornya.
Ia langsung pergi ke kantornya
dan mengadakan rapat penting. Semua CEO sudah hadir menunggunya. Ada CEO Jaesin
Motors, CEO Force One dan petinggi-petinggi perusahaan lainnya. Dari posisi duduk
yang ia tempati, Kim Do Jin adalah pemegang posisi tertinggi di Grup Jaeshin.
Cha Young dan Jaksa Gu menemui
Chief Shin yang kecewa karena Cha Young kehilangan tersangka, tepat di depan
mata. “Beginikah caramu menanganani para saksi?” tanya Chief Shin kecewa.
Cha Young pun bercerita tentang
apa yang terjadi. Sebelumnya, Cha Young menelepon anak buahnya yang seharusnya
menemui Bo Won. Saat itu Tae Kyung sedang menelepon seseorang. Ternyata Tae
Kyung sedang mendengarkan voicemail dari Bo Won. Tae Kyung membenarkan dugaan
Cha Young kalau ini adalah jebakan.
Ia mengulang voicemail itu untuk
Cha Young. Bo Won berkata, “Ada telepon dari saksi yang berkaitan dengan
kecelakaan ayahmu. Aku akan menemuinya di Grandmal dekat Seoul. Aku punya
firasat buruk tentang ini. Tapi ini kesempatan yang bagus untuk mendapatkan si
pelaku. Agen Han, kumohon datanglah kalau kau mendengar pesan ini.”
Chief Shin pun bertanya,
dimanakah saksi itu (Bo Won)? Cha Young menjawab kalau saksi itu selamat.
Rupanya, saat Tae Kyung menemukan
Bo Won, Bo Won hanya pingsan.Walau peluru mengenai badan Bo Won, nyawa Bo Won
selamat karena Bo Won memakai rompi anti peluru.
Saat rapat berlangsung, Kim Do
Jin melihat asisten CEO Force One masuk dan berbisik pada atasannya.
Bo Won diinterogasi tentang
ledakan EMP oleh Jaksa Gu. Bo Won mengakui kalau ia melihat tulisan di bawah
EMP, yang hurufnya dimulai dengan F-O. Jaksa Gu pun menunjukkan website Force
One dan bertanya, “Apakah tulisannya seperti ini?”
Bo Won mengingat tulisan yang ia
lihat malam itu. Bentuk tulisannya sama persis dengan yang ada di website Force
On. Ia membenarkan hal ini dan Jaksa Gu menyandarkan tubuhnya. Bo Won bertanya
perusahaan apakah itu. Jaksa Gu menjelaskan kalau Force One adalah Pabrik
Tekhnologi Militer milik Jaesin.
Tim investigasi bertindak cepat.
Dengan dipimpin Jaksa Gu sendiri, mereka pergi ke kantor Force One dengan surat
perintah. Mereka menyita dokumen, mengambil komputer dan menahan para pegawai.
Asisten Jaksa Choi melaporkan
temuannya. Kim Ki Beom dan Kim Woo Hyung mati di tempat yang sama, pada hari
yang sama dengan kematian Penasihat Han Ki Joon. Begitu juga dengan Kolonel
Yang yang juga terbunuh di rumah. Ada juga Agen Hwang Yoon Jae yang mati.
“Semua yang berkaitan dengan insiden 1998 mati. Apakah Anda pikir ini adalah
kebetulan?”
Jaksa Choi menghela nafas, dan
asistennya pun menambahkan, “Seseorang.. Presiden, sedang melenyapkan
bukti-bukti dari tahun 1998.”
Jaksa Choi ingat pada ucapan Han
Tae Kyung saat pertama kali bertemu di kereta. Saat itu Tae Kyung berkata kalau
ayahnya mati karena dokumen rahasia itu dan bertanya dokumen itu tentang apa.
Ia pun berpikir.
Chief Shin menemui Presiden dan
melaporkan temuan dari penggeledahan Force One. Force One berhasil membuat 15
unit EMP, tapi hanya 11 yang ada di gudang.
Temuan tim investigasi lainnya
setelah menginterogasi para konsultan Force One, saat satu dari empat EMP yang
hilang itu diledakkan pada ketinggian tertentu, akan memberikan hal yang sama
seperti saat kejadian Choonsoodae. Tapi mereka belum dapat menemukan hubungan
antara Ham Bong Soo dengan Force One karena semua pegawai yang diinterogasi tak
ada yang bicara.
Semua ini menjadi buntu jika
mereka tak menemukan hubungan, bagaimana Ham Bong Soo bisa mengeluarkan EMP.
Cha Young pun mengusulkan agar mereka memerintahkan pemanggilan orang yang bertanggung
jawab di Force One.
Kim Do Jin mendengar tentang
pemanggilan itu di telepon, dan dengan santainya ia mengijinkan. Sambil
memotong tangan tentara mainannya ia berkata, “Suruh dia (CEO Force One)
ceritakan saja semuanya. Suruh saja dia untuk bersaksi. Ini kan tentang
percobaan pembunuhan Presiden.”
“Apa kita akan berpindah ke
rencana B?” tanya Min Hyung Ki. Kim Do Jin hanya menatapnya dan tersenyum
samar.
Chief Shin melaporkan kalau
mereka sedang menyelidiki sumber EMP sehingga mereka dapat mengetahui siapa
orang di balik Chief Ham. Tapi Presiden tak sependapat. “Plan B. Apa yang
terjadi saat seekor tikus terpojok? Tikus itu akan melakukan segala sesuatu
agar tetap hidup. Itulah yang sedang aku tunggu.”
Chief Shin mencerna apa yang
dimaksud Presiden. Presiden pun melanjutkan, “Karena jika aku menunjukkan jalan
keluar pada mereka, aku akan bisa memperoleh yang aku inginkan.”
Rupanya Jenderal Kwon yang merasa
resah karena adanya penggeledahan di Force One. Ia menelepon Kim Do Jin
menanyakan hal itu, yang dijawab dengan santai oleh Kim Do Jin, menenangkannya.
Ia juga mencegah Jenderal Kwon yang ingin menemuinya karena hal itu tak ada
untungnya bagi mereka berdua.
“Akulah yang melibatkan Ham Bong
Soo dan Hwang Yoon Jae,” sahut Jenderal Kwon keras.
“Saya yang terluka karena
kata-kata Anda,” jawab Kim Do Jin. “Tenanglah, percayalah pada saya.
Bersabarlah sampai saatnya tiba.”
Hubungan telepon terputus, dan
Jenderal Kwon hanya bisa menghela nafas, cemas.
Chief Shin masih belum mengerti
maksud Presiden, mendapatkan apa yang
Presiden inginkan. Tapi Presiden tak menjawab.
Sementara itu Jenderal Kwon
membuka laci dan mengambil sebuah dokumen. Dokumen Rahasia 98, yang ada darah
di amplopnya. Sepertinya itu adalah dokumen yang dibawa oleh ayah Tae Kyung.
Di ruang perawatan, Bo Won
terbangun, sedikit panik melihat ruangan asing itu, namun kembali tenang saat melihat
Tae Kyung duduk di sisinya.
Tae Kyung melemparkan kunci mobil
dinas Bo Won dan berkata, “Simpanlah itu. Barang itulah yang telah
menyelamatkanmu.”
Rupanya Tae Kyung dapat langsung
menemukan jejak Bo Won, karena Bo Won menjatuhkan kunci mobilnya saat tertabrak
pegawai yang membawa manekin di lantai 1. Saat itu juga Tae Kyung menelepon Cha
Young dan memberitahukan tentang keberadaan Bo Won di gedung C.
Bo Won tersenyum, tapi langsung meringis
kesakitan. Tae Kyung menjelaskan tentang
tulang rusuknya yang retak dan mulai sekarang Bo Won harus lebih berhati-hati
lagi.
Bo Won heran melihat Tae Kyung
yang terus di ruangannya. Tae Kyung menjawab kalau ia sedang melindungi saksi
dan Bo Won adalah saksi penting. Bo Won memandang Tae Kyung yang mengambilkan
segelas air untuknya dan memintanya untuk beristirahat. “Banyak yang terjadi
padamu dalam hitungan hari. Kudengar rekanmu ada yang meninggal.”
Tae Kyung terdiam. Kenangan akan sosok
Yoon Jae yang meregang nyawa di depan matanya kembali muncul di dalam
ingatannya. Begitu pula Chief Ham yang ia tembak dengan tangannya sendiri. Ia pun
memandang Bo Won, “Jadi kau tak boleh mati.”
Bo Won menatap Tae Kyung yang meraih
tangannya dan menggenggamkan gelas ke tangan. Sambil tersenyum kecil, Tae Kyung
menyuruhnya untuk beristirahat.
Tae Kyung meninggalkan kamar Bo
Won. Tak disangka ia bertemu dengan Jaksa Choi yang menunggunya di lobi. Jaksa
Choi menemuinya karena penasaran akan apa yang dikatakan Tae Kyung saat di
kereta. “Katamu ayahmu tewas karena dokumen rahasia itu. Maukah kau beritahukan
padaku, mengapa kau berpikir seperti itu?”
“Kenapa Anda tiba-tiba tertarik?”
Jaksa Choi bercerita kalau ayah
Tae Kyung pernah datang menemuinya. Saat itu Han Ki Joon memintanya untuk menunda
pengumuman karena informasi yang dimilliki Jaksa Choi tentang insiden Yangjinri
itu keliru dan berjanji untuk memberikan informasi yang ia miliki pada Jaksa
Choi.
Saat itu Jaksa Choi skeptis. “Informasi
yang aku punya keliru? Jadi apakah informasi tentang Anda memberikan uang pada
Korea Utara itu salah? Presiden tak berhubungan dengan kejadian itu?” Han Ki
Joon tak membenarkan pernyataan itu, maka Jaksa Choi pun memojokkan, “Apakah
Anda mencoba mempengaruhi untuk menghambat penyelidikan? Anda ini ingin menunda
pengumuman agar bisa memalsukan bukti atau bagaimana?!”
Tae Kyung heran mendengar cerita
Jaksa Choi tentang ayahnya yang mengatakan kalau dokumen itu tidak benar.
Dokumen yang sedang mereka
bicarakan adalah dokumen yang ada di tangan Jaksa Choi.
Jaksa Choi mengambil sebuah dokumen
yang ditinggalkan Tae Kyung saat menemui Agen Hwang Yoon Jae. Ia juga
memberikan sebuah dokumen, yang katanya adalah dokumen yang ia miliki.
Tae Kyung membandingkan kedua
dokumen itu, yang ternyata sama persis. Jaksa Choi tahu kalau Tae Kyung sudah
membaca dokumen tersebut.
Isi dokumen itu adalah Kim Woo
Hyung mengelola dana yang Lee Dong Hee dapatkan dari Falcon. Dan uang itu
dimasukkan ke sebuah rekening NIS dengan meminjam sebuah nama. Penasihat Han
mentransfer uang tersebut ke Korea Utara. Setelah itu Jenderal Kim Ki Bum dan
Kolonel (sebelumnya kami sebut Jenderal) Yang memalsu kesaksian tentara Korea
Utara yang tertangkap. Mereka menghapus bukti tentang penyerbuan Korea Utara
yang direncanakan itu.
“Aku memiliki semua bukti dan
saksi untuk membuktikan semua ini. Bahkan pihak Falcon pun sudah mengakui hal
ini,” kata Jaksa Choi serius. “Aku hanya percaya pada apa yang kulihat dan yang
kudengar. Karena itu aku tak percaya pada ayahmu.”
Jaksa Choi menghadap Tae Kyung
dan menatapnya, “Jadi aku ingin tahu sekarang. Apa yang kau maksud dengan
ayahmu terbunuh karena dokumen itu?”
Tae Kyung menjelaskan tentang
kesaksian seorang polisi yang melihat kematian ayahnya. “Menurut pengakuan
polisi itu, Ayah membawa dokumen yang tertulis ‘Rahasia 98’. Kata ayah saat
itu, ada orang yang mengejar dokumen itu.”
Jaksa Choi kaget mendengar ada
dokumen di mobil Han Ki Joon. Tae Kyung menambahkan kalau dokumen itu diambil
oleh orang tak dikenal setelah kecelakaan terjadi. Jaksa Choi bertanya apakah
polisi itu dapat dipercaya, dan Tae Kyung meyakinkannya.
“Motif adalah hal yang selalu paling
penting dalam sebuah kejahatan. Jika yang dikatakan polisi itu benar, maka hal
terpenting dari kecelakaan ayahmu adalah dokumen yang hilang itu,” Jaksa Choi
menyimpulkan, “Siapa yang menginginkan dokumen itu dan apa alasannya?”
Tae Kyung berkata kalau orang-orang
itu tak mungkin mengambil dokumen tersebut saat membunuh ayahnya jika dokumen
itu sama.
Jaksa Choi menghela nafas.
Dipandanginya kedua dokumen identik itu dan berkata, “Ada kemungkinan lain. Dokumen rahasia lain yang diceritakan ayahmu
itu akan membuktikan ketidakbenaran informasi dalam dokumen ini.”
CEO Force One memenuhi panggilan penyelidikan dan Jaksa Gu
langsung bertanya tentang EMP yang hilang itu. CEO itu menjawab kalau mereka
baru mengetahui kalau EMP itu dicuri dan ia baru akanme menyelidiki hal itu.
Cha Young menganggap hal itu
mustahil karena Force One adalah perusahaan teknologi militer yang keamanannya
jauh lebih baik daripada Blue House. CEO Force One menjawab kalau EMP itu
hilang saat diujicoba di area pegunungan.
Force One melakukan uji coba dan bekerja sama dengan perusahaan pihak
ketiga dan orang yang bertanggung jawab akan uji coba ini adalah Kwon Jae Youn.
Ketiga penyelidik itu kaget
mendengar nama Kwon Jae Youn disebut.
Sebelum Jaksa Choi pergi, Tae Kyung
bertanya apakah ini berarti Jaksa Choi akan menyelidik ulang kecelakaan
ayahnya? Tapi Jaksa Choi tak akan melakukannya, karena yang ia tahu, dokumen
yang diberikan Kwon Jae Yeon adalah dokumen yang akurat.
Tae Kyung terkejut mendengar
siapa yang memberikan dokumen Rahasia 98 itu pada Jaksa Choi. Menurut Jaksa
Choi, Kwon Jae Yeon memberikan dokumen itu agar kebenaran bisa ditegakkan.”Kwon
jae Yeon adalah komandan brigade pasukan Ham Bong Soo. Ia tak percaya pada
laporan tentang insiden yang menewaskan orang-orangnya dan ia menyeldiki hal
ini sendiri.”
Cha Young melaporkan kalau pihak yang
menguji coba tutup mulut akan hal ini, tapi ia menemukan hal yang lain. Kwon
Jae Yeon adalah direktur perusahaan yang menguji coba dan juga komandan pasukanHam
Bong Soo.
“Tiga orang yang mengetahui
tentang korupsi Presiden dan mereka bersama-sama mencuri EMP?” Jaksa Gu
menganalisa. Cha Young mengusulkan untuk menanyai Jenderal Kwon langsung.
Tae Kyung mendatangi gedung
apartemen Jenderal Kwon dan dapat membayangkan bagaimana Chief Ham mendapat
dokumen tersebut dari Jenderal Kwon yang menunjukkan keburukan Presiden yang
selalu Chief Ham lindungi. Dan hanya Jenderal Kwon yang mengetahui semua
jawabannya. Hanya Jenderal Kwon yang dapat menjelaskan tentang kematian
ayahnya.
Bersamaan dengan itu, pria
Jaeshin dan pria bertato juga mendatangi apartemen Jenderal Kwon. Rencana
mereka adalah melenyapkan target dan menghilangkan dokumen ‘Rahasia 98’.
Jenderal Kwon menunggu di
apartemennya. Bel berbunyi dan dari dalam ia berkata, “Apakah kau
dari Blue House?”
Cha Young juga mendatangi gedung
dengan membawa beberapa anak buah. Belum juga ia masuk ke dalam gedung, ada
sesuatu jatuh dari atas dan menimpa mobil yang parkir. Cha Young berteriak
kaget saat kaca mobil pecah, dan sesuatu terguling dari atap mobil, jatuh ke
tanah.
Ia terpaku melihat yang jatuh bukanlah
sesuatu, melainkan seseorang yang tewas seketika dengan kepala mengucurkan
darah. “Kwon Jae Yeon.”
Mereka segera berlari ke gedung
apartemen, berpencar mencari pelaku pembunuhan yang pastinya masih ada dalam
gedung. Cha Young terkejut melihat pintu apartemen sudah terbuka. Ia pun masuk
dan menemukan seorang pria berdiri di depan jendela yang terbuka.
Cha Young mengacungkan pistol ke
orang itu dan menyuruhnya untuk angkat tangan dan berbalik sekarang juga.
Pria itu perlahan-lahan berbalik
dan Cha Young terkesiap melihatnya.
Tae Kyung.
8 Maret, 05.20
57 jam 20 menit sebelum penembakan.
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah membaca blog saya