Monday, May 19, 2014

Sinopsis Drama Korea "Three Days" Episode 6 Part 2



Bo Won mendatangi gedung mal yang belum beroperasi. Grand Mall gedung C, ruang nomor 207. Di situlah tempat pertemuan Bo Won dengan saksi  yang meneleponnya. Gedung itu masih sepi, hanya sedikit pegawai toko yang lalu lalang untuk memajang display di toko mereka masing-masing. Tak sengaja salah seorang pegawai yang membawa manekin menubruknya hingga terjatuh.

Orang itu segera minta maaf namun Bo Won tak mempermasalahkannya dan menggunakan kesempatan itu untuk menanyakan lift. Orang itu langsung menunjukkan arahnya.



Bo Won segera naik lift yang ditunjuk. Di lantai 2 malah jauh lebih sepi dari lantai di bawahnya. Ruangan belum diterangi oleh lampu dan tak ada orang, hanya manekin yang berjajar di kiri kanan Bo Won. Bo Won menjadi waspada.


Dan benar saja, pria Jaeshin itu mengintai dari balik salah satu manekin. Bo Won berhenti melangkah saat merasakan kehadiran seseorang di belakangnya.


Kelompok Tae Kyung dan Cha Young memisahkan diri karena ada gedung yang harus mereka cari. Cha Young ke gedung A dan Tae Kyung ke gedung C. Gedung B adalah bioskop yang banyak orang hingga sulit jika digunakan untuk membunuh seseorang. Tae Kyung berlari dan berhenti di tengah jalan.


Tangan Bo Won pelan-pelan mengambil pistol, tapi terlambat. Saat ia berbalik, pria Jaeshin itu menembak Bo Won. Seketika itu juga Bo Won roboh. Pria itu mengarahkan pistol untuk menembak kembali, tapi berhenti karena terdengar suara denting lift.


Tae Kyung berlari dan mendorong pria itu hingga keduanya jatuh ke lantai dasar, tertahan oleh meja besar. Pistol terlempar dari tangan pria itu dan Tae Kyung menendang pistol itu. Mereka pun berkelahi saling memukul, yang dimenangkan oleh Tae Kyung yang berhasil melumpuhkan pria itu.


“Kenapa kau membunuh ayahku? Siapa yang menyuruhmu untuk membunuh ayahku?” tanya Tae Kyung. Tapi pria itu tak menjawab, membuat Tae Kyung marah, “Siapa?!”


Cha Young muncul, kaget melihat Tae Kyung yang ada di bawah dan memanggilnya. Tae Kyung menoleh dan kesempatan itu digunakan oleh pria Jaeshin untuk menyerang Tae Kyung dan mengambil pistol. 


Hampir saja pria itu berhasil menembak Tae Kyung jika Cha Young tak segera menembaknya. Pria itu akhirnya melarikan diri, namun dikejar oleh Cha Young dan kelompoknya.


Tae Kyung teringat pada Bo Won dan segera kembali menemui Bo Won yang tergeletak di lantai. Bo Won tak mengeluarkan darah, tapi ia tak merespon panggilan Tae Kyung. Tae Kyung semakin panik.


Pria Jaeshin itu ternyata tak sendiri. Pria bertato sudah menunggunya di mobil yang berada di depan pintu. Cha Young mencoba menghentikannya tapi gagal. Sekejap saja Cha Young kehilangan pria Jaeshin itu. Cha Young terengah-engah, kesal.


Pria itu lapor pada Kim Do Jin yang tersenyum saat menutup telepon. Pada kroninya, ia berkata, “Semua sudah diatasi. Mari kita semua kembali ke tempat masing-masing.”


Min Hyung Ki langsung pergi, diikuti dengan Jenderal Kwon yang berdiri dengan menghentakkan kaki. Sementara Chief Byun berdiri paling akhir dan melangkah pergi. Kim Do Jin menutup botol liquornya.


Ia langsung pergi ke kantornya dan mengadakan rapat penting. Semua CEO sudah hadir menunggunya. Ada CEO Jaesin Motors, CEO Force One dan petinggi-petinggi perusahaan lainnya. Dari posisi duduk yang ia tempati, Kim Do Jin adalah pemegang posisi tertinggi di Grup Jaeshin.


Cha Young dan Jaksa Gu menemui Chief Shin yang kecewa karena Cha Young kehilangan tersangka, tepat di depan mata. “Beginikah caramu menanganani para saksi?” tanya Chief Shin kecewa.


Cha Young pun bercerita tentang apa yang terjadi. Sebelumnya, Cha Young menelepon anak buahnya yang seharusnya menemui Bo Won. Saat itu Tae Kyung sedang menelepon seseorang. Ternyata Tae Kyung sedang mendengarkan voicemail dari Bo Won. Tae Kyung membenarkan dugaan Cha Young kalau ini adalah jebakan.


Ia mengulang voicemail itu untuk Cha Young. Bo Won berkata, “Ada telepon dari saksi yang berkaitan dengan kecelakaan ayahmu. Aku akan menemuinya di Grandmal dekat Seoul. Aku punya firasat buruk tentang ini. Tapi ini kesempatan yang bagus untuk mendapatkan si pelaku. Agen Han, kumohon datanglah kalau kau mendengar pesan ini.”


Chief Shin pun bertanya, dimanakah saksi itu (Bo Won)? Cha Young menjawab kalau saksi itu selamat.


Rupanya, saat Tae Kyung menemukan Bo Won, Bo Won hanya pingsan.Walau peluru mengenai badan Bo Won, nyawa Bo Won selamat karena Bo Won memakai rompi anti peluru.

Saat rapat berlangsung, Kim Do Jin melihat asisten CEO Force One masuk dan berbisik pada atasannya.


Bo Won diinterogasi tentang ledakan EMP oleh Jaksa Gu. Bo Won mengakui kalau ia melihat tulisan di bawah EMP, yang hurufnya dimulai dengan F-O. Jaksa Gu pun menunjukkan website Force One dan bertanya, “Apakah tulisannya seperti ini?”


Bo Won mengingat tulisan yang ia lihat malam itu. Bentuk tulisannya sama persis dengan yang ada di website Force On. Ia membenarkan hal ini dan Jaksa Gu menyandarkan tubuhnya. Bo Won bertanya perusahaan apakah itu. Jaksa Gu menjelaskan kalau Force One adalah Pabrik Tekhnologi Militer milik Jaesin.


Tim investigasi bertindak cepat. Dengan dipimpin Jaksa Gu sendiri, mereka pergi ke kantor Force One dengan surat perintah. Mereka menyita dokumen, mengambil komputer dan menahan para pegawai.

Asisten Jaksa Choi melaporkan temuannya. Kim Ki Beom dan Kim Woo Hyung mati di tempat yang sama, pada hari yang sama dengan kematian Penasihat Han Ki Joon. Begitu juga dengan Kolonel Yang yang juga terbunuh di rumah. Ada juga Agen Hwang Yoon Jae yang mati. “Semua yang berkaitan dengan insiden 1998 mati. Apakah Anda pikir ini adalah kebetulan?”


Jaksa Choi menghela nafas, dan asistennya pun menambahkan, “Seseorang.. Presiden, sedang melenyapkan bukti-bukti dari tahun 1998.”


Jaksa Choi ingat pada ucapan Han Tae Kyung saat pertama kali bertemu di kereta. Saat itu Tae Kyung berkata kalau ayahnya mati karena dokumen rahasia itu dan bertanya dokumen itu tentang apa. Ia pun berpikir.


Chief Shin menemui Presiden dan melaporkan temuan dari penggeledahan Force One. Force One berhasil membuat 15 unit EMP, tapi hanya 11 yang ada di gudang.


Temuan tim investigasi lainnya setelah menginterogasi para konsultan Force One, saat satu dari empat EMP yang hilang itu diledakkan pada ketinggian tertentu, akan memberikan hal yang sama seperti saat kejadian Choonsoodae. Tapi mereka belum dapat menemukan hubungan antara Ham Bong Soo dengan Force One karena semua pegawai yang diinterogasi tak ada yang bicara.


Semua ini menjadi buntu jika mereka tak menemukan hubungan, bagaimana Ham Bong Soo bisa mengeluarkan EMP. Cha Young pun mengusulkan agar mereka memerintahkan pemanggilan orang yang bertanggung jawab di Force One.


Kim Do Jin mendengar tentang pemanggilan itu di telepon, dan dengan santainya ia mengijinkan. Sambil memotong tangan tentara mainannya ia berkata, “Suruh dia (CEO Force One) ceritakan saja semuanya. Suruh saja dia untuk bersaksi. Ini kan tentang percobaan pembunuhan Presiden.”

“Apa kita akan berpindah ke rencana B?” tanya Min Hyung Ki. Kim Do Jin hanya menatapnya dan tersenyum samar.


Chief Shin melaporkan kalau mereka sedang menyelidiki sumber EMP sehingga mereka dapat mengetahui siapa orang di balik Chief Ham. Tapi Presiden tak sependapat. “Plan B. Apa yang terjadi saat seekor tikus terpojok? Tikus itu akan melakukan segala sesuatu agar tetap hidup. Itulah yang sedang aku tunggu.”


Chief Shin mencerna apa yang dimaksud Presiden. Presiden pun melanjutkan, “Karena jika aku menunjukkan jalan keluar pada mereka, aku akan bisa memperoleh yang aku inginkan.”


Rupanya Jenderal Kwon yang merasa resah karena adanya penggeledahan di Force One. Ia menelepon Kim Do Jin menanyakan hal itu, yang dijawab dengan santai oleh Kim Do Jin, menenangkannya. Ia juga mencegah Jenderal Kwon yang ingin menemuinya karena hal itu tak ada untungnya bagi mereka berdua.

“Akulah yang melibatkan Ham Bong Soo dan Hwang Yoon Jae,” sahut Jenderal Kwon keras.


“Saya yang terluka karena kata-kata Anda,” jawab Kim Do Jin. “Tenanglah, percayalah pada saya. Bersabarlah sampai saatnya tiba.”

Hubungan telepon terputus, dan Jenderal Kwon hanya bisa menghela nafas, cemas.


Chief Shin masih belum mengerti maksud Presiden, mendapatkan apa yang Presiden inginkan. Tapi Presiden tak menjawab.


Sementara itu Jenderal Kwon membuka laci dan mengambil sebuah dokumen. Dokumen Rahasia 98, yang ada darah di amplopnya. Sepertinya itu adalah dokumen yang dibawa oleh ayah Tae Kyung.


Di ruang perawatan, Bo Won terbangun, sedikit panik melihat ruangan asing itu, namun kembali tenang saat melihat Tae Kyung duduk di sisinya.


Tae Kyung melemparkan kunci mobil dinas Bo Won dan berkata, “Simpanlah itu. Barang itulah yang telah menyelamatkanmu.” 


Rupanya Tae Kyung dapat langsung menemukan jejak Bo Won, karena Bo Won menjatuhkan kunci mobilnya saat tertabrak pegawai yang membawa manekin di lantai 1. Saat itu juga Tae Kyung menelepon Cha Young dan memberitahukan tentang keberadaan Bo Won di gedung C.


Bo Won tersenyum, tapi langsung meringis  kesakitan. Tae Kyung menjelaskan tentang tulang rusuknya yang retak dan mulai sekarang Bo Won harus lebih berhati-hati lagi.


Bo Won heran melihat Tae Kyung yang terus di ruangannya. Tae Kyung menjawab kalau ia sedang melindungi saksi dan Bo Won adalah saksi penting. Bo Won memandang Tae Kyung yang mengambilkan segelas air untuknya dan memintanya untuk beristirahat. “Banyak yang terjadi padamu dalam hitungan hari. Kudengar rekanmu ada yang meninggal.”


Tae Kyung terdiam. Kenangan akan sosok Yoon Jae yang meregang nyawa di depan matanya kembali muncul di dalam ingatannya. Begitu pula Chief Ham yang ia tembak dengan tangannya sendiri. Ia pun memandang Bo Won, “Jadi kau tak boleh mati.”


Bo Won menatap Tae Kyung yang meraih tangannya dan menggenggamkan gelas ke tangan. Sambil tersenyum kecil, Tae Kyung menyuruhnya untuk beristirahat.


Tae Kyung meninggalkan kamar Bo Won. Tak disangka ia bertemu dengan Jaksa Choi yang menunggunya di lobi. Jaksa Choi menemuinya karena penasaran akan apa yang dikatakan Tae Kyung saat di kereta. “Katamu ayahmu tewas karena dokumen rahasia itu. Maukah kau beritahukan padaku, mengapa kau berpikir seperti itu?”

“Kenapa Anda tiba-tiba tertarik?”


Jaksa Choi bercerita kalau ayah Tae Kyung pernah datang menemuinya. Saat itu Han Ki Joon memintanya  untuk  menunda pengumuman karena informasi yang dimilliki Jaksa Choi tentang insiden Yangjinri itu keliru dan berjanji untuk memberikan informasi yang ia miliki pada Jaksa Choi.


Saat itu Jaksa Choi skeptis. “Informasi yang aku punya keliru? Jadi apakah informasi tentang Anda memberikan uang pada Korea Utara itu salah? Presiden tak berhubungan dengan kejadian itu?” Han Ki Joon tak membenarkan pernyataan itu, maka Jaksa Choi pun memojokkan, “Apakah Anda mencoba mempengaruhi untuk menghambat penyelidikan? Anda ini ingin menunda pengumuman agar bisa memalsukan bukti atau bagaimana?!”


Tae Kyung heran mendengar cerita Jaksa Choi tentang ayahnya yang mengatakan kalau dokumen itu tidak benar.

Dokumen yang sedang mereka bicarakan adalah dokumen yang ada di tangan Jaksa Choi.


Jaksa Choi mengambil sebuah dokumen yang ditinggalkan Tae Kyung saat menemui Agen Hwang Yoon Jae. Ia juga memberikan sebuah dokumen, yang katanya adalah dokumen yang ia miliki.


Tae Kyung membandingkan kedua dokumen itu, yang ternyata sama persis. Jaksa Choi tahu kalau Tae Kyung sudah membaca dokumen tersebut.

Isi dokumen itu adalah Kim Woo Hyung mengelola dana yang Lee Dong Hee dapatkan dari Falcon. Dan uang itu dimasukkan ke sebuah rekening NIS dengan meminjam sebuah nama. Penasihat Han mentransfer uang tersebut ke Korea Utara. Setelah itu Jenderal Kim Ki Bum dan Kolonel (sebelumnya kami sebut Jenderal) Yang memalsu kesaksian tentara Korea Utara yang tertangkap. Mereka menghapus bukti tentang penyerbuan Korea Utara yang direncanakan itu.

“Aku memiliki semua bukti dan saksi untuk membuktikan semua ini. Bahkan pihak Falcon pun sudah mengakui hal ini,” kata Jaksa Choi serius. “Aku hanya percaya pada apa yang kulihat dan yang kudengar. Karena itu aku tak percaya pada ayahmu.”


Jaksa Choi menghadap Tae Kyung dan menatapnya, “Jadi aku ingin tahu sekarang. Apa yang kau maksud dengan ayahmu terbunuh karena dokumen itu?”


Tae Kyung menjelaskan tentang kesaksian seorang polisi yang melihat kematian ayahnya. “Menurut pengakuan polisi itu, Ayah membawa dokumen yang tertulis ‘Rahasia 98’. Kata ayah saat itu, ada orang yang mengejar dokumen itu.”

Jaksa Choi kaget mendengar ada dokumen di mobil Han Ki Joon. Tae Kyung menambahkan kalau dokumen itu diambil oleh orang tak dikenal setelah kecelakaan terjadi. Jaksa Choi bertanya apakah polisi itu dapat dipercaya, dan Tae Kyung meyakinkannya.


“Motif adalah hal yang selalu paling penting dalam sebuah kejahatan. Jika yang dikatakan polisi itu benar, maka hal terpenting dari kecelakaan ayahmu adalah dokumen yang hilang itu,” Jaksa Choi menyimpulkan, “Siapa yang menginginkan dokumen itu dan apa alasannya?”

Tae Kyung berkata kalau orang-orang itu tak mungkin mengambil dokumen tersebut saat membunuh ayahnya jika dokumen itu sama.

Jaksa Choi menghela nafas. Dipandanginya kedua dokumen identik itu dan berkata, “Ada kemungkinan lain.  Dokumen rahasia lain yang diceritakan ayahmu itu akan membuktikan ketidakbenaran informasi dalam dokumen ini.”


CEO Force One  memenuhi panggilan penyelidikan dan Jaksa Gu langsung bertanya tentang EMP yang hilang itu. CEO itu menjawab kalau mereka baru mengetahui kalau EMP itu dicuri dan ia baru akanme menyelidiki hal itu.


Cha Young menganggap hal itu mustahil karena Force One adalah perusahaan teknologi militer yang keamanannya jauh lebih baik daripada Blue House. CEO Force One menjawab kalau EMP itu hilang saat diujicoba di area pegunungan.  Force One melakukan uji coba dan bekerja sama dengan perusahaan pihak ketiga dan orang yang bertanggung jawab akan uji coba ini adalah Kwon Jae Youn.

Ketiga penyelidik itu kaget mendengar nama Kwon Jae Youn disebut.


Sebelum Jaksa Choi pergi, Tae Kyung bertanya apakah ini berarti Jaksa Choi akan menyelidik ulang kecelakaan ayahnya? Tapi Jaksa Choi tak akan melakukannya, karena yang ia tahu, dokumen yang diberikan Kwon Jae Yeon adalah dokumen yang akurat.


Tae Kyung terkejut mendengar siapa yang memberikan dokumen Rahasia 98 itu pada Jaksa Choi. Menurut Jaksa Choi, Kwon Jae Yeon memberikan dokumen itu agar kebenaran bisa ditegakkan.”Kwon jae Yeon adalah komandan brigade pasukan Ham Bong Soo. Ia tak percaya pada laporan tentang insiden yang menewaskan orang-orangnya dan ia menyeldiki hal ini sendiri.”


Cha Young melaporkan kalau pihak yang menguji coba tutup mulut akan hal ini, tapi ia menemukan hal yang lain. Kwon Jae Yeon adalah direktur perusahaan yang menguji coba dan juga komandan pasukanHam Bong Soo.


“Tiga orang yang mengetahui tentang korupsi Presiden dan mereka bersama-sama mencuri EMP?” Jaksa Gu menganalisa. Cha Young mengusulkan untuk menanyai Jenderal Kwon  langsung.


Tae Kyung mendatangi gedung apartemen Jenderal Kwon dan dapat membayangkan bagaimana Chief Ham mendapat dokumen tersebut dari Jenderal Kwon yang menunjukkan keburukan Presiden yang selalu Chief Ham lindungi. Dan hanya Jenderal Kwon yang mengetahui semua jawabannya. Hanya Jenderal Kwon yang dapat menjelaskan tentang kematian ayahnya.


Bersamaan dengan itu, pria Jaeshin dan pria bertato juga mendatangi apartemen Jenderal Kwon. Rencana mereka adalah melenyapkan target dan menghilangkan dokumen ‘Rahasia 98’.


Jenderal Kwon menunggu di apartemennya. Bel berbunyi dan dari dalam ia berkata, “Apakah kau dari Blue House?”


Cha Young juga mendatangi gedung dengan membawa beberapa anak buah. Belum juga ia masuk ke dalam gedung, ada sesuatu jatuh dari atas dan menimpa mobil yang parkir. Cha Young berteriak kaget saat kaca mobil pecah, dan sesuatu terguling dari atap mobil, jatuh ke tanah.


Ia terpaku melihat yang jatuh bukanlah sesuatu, melainkan seseorang yang tewas seketika dengan kepala mengucurkan darah. “Kwon Jae Yeon.”


Mereka segera berlari ke gedung apartemen, berpencar mencari pelaku pembunuhan yang pastinya masih ada dalam gedung. Cha Young terkejut melihat pintu apartemen sudah terbuka. Ia pun masuk dan menemukan seorang pria berdiri di depan jendela yang terbuka.


Cha Young mengacungkan pistol ke orang itu dan menyuruhnya untuk angkat tangan dan berbalik sekarang juga.


Pria itu perlahan-lahan berbalik dan Cha Young terkesiap melihatnya.

Tae Kyung.


8 Maret, 05.20
57 jam 20 menit sebelum penembakan.

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah membaca blog saya