Wednesday, June 11, 2014

Sinopsis You’re All Surrounded Episode 9 Part 2


[cerita sebelumnya]


Mobil operasi mereka berjalan cepat di jalan Gangnam. Pan Seok memberitahu target mereka bernama Park Bong Jin. Dia adalah tersangka dalam perampokan yang terjadi 3 bulan yang lalu di Villa Yeoksamdong.

Menurut informasi tersangka masuk dan bersembunyi di sebuah gedung. Dae Gu turun lebih dulu dari mobil diikuti oleh Soo Sun. Pan Seok dan Eung Do duduk di dalam mobil dengan melihat gedung tempat tersangka bersembunyi.

Pan Seok menugaskan Soo Sun dan Dae Gu menunggu di tangga darurat. Mereka berdua pun lari ke tangga darurat. Sementara Ji Gook dan Tae il ditugaskan memerikasa situasi di lantai atas. Pan Seok pergi ke bagian atap gedung, dia melihat tidak ada Tae il dan Ji Gook disana.

Dia binggung kemana sebenarnya mereka berdua itu. Eung Do juga ikut binggung kemana dua anak buah itu berada. Pan Seok melihat Tae il keluar dengan berjalan mundur, dia menyedorkan sebuah alat untuk mempertahankan diri.

Pan Seok langsung menanyakan apa yang dilakukan Tae il. Tae il menjawab dengan lirikan matanya. Sebuah pisau juga terlihat dari balik dari alat-alat besar. Pan Seok mencoba menangkap tangan tersangka. Tapi Bona Jin lebih sigap dia mengancam Pan Seok dengan pisaunya.

Untuk kesekian kalinya, Ji Gook disandera oleh tersangka kejahatan. Bong Jin mengancam kalau Pan Seok mendekat, dia akan menusuk Ji Gook. Pan Seok meminta Bong Jin lebih hati-hati lagi, karena dia bukan orang yang ahil dalam mengunakan pisau.

Eung Do mengeluh pada Ji Gook kenapa dia selalu menjadi orang yang disandera oleh pelaku. Ji Gook hanya bisa meminta maaf sambil menangis. Bong Ji menyuruh mereka semua tidak mendekat.
Dae Gu dan Soo Sun melewati tangga darurat melihat Ji Gook yang disandera oleh pelaku menuruni tangga. Bong Ji panik ternyata mereka membawa bayak orang. Dia mengancam kalau mereka mendekat dia akan menusuk Ji Gook.
 
Ji Gook menangis ketakutan. Pan Seok meminta Bong Ji untuk tenang dan jangan bertindak bodoh. Eung Do juga menyuruh Bong Jin untuk lebih tenang lagi. Pan Seok menyuruh Dae Gu dan Soo Sun untuk tidak melakukan apapun.Dia menyuruh Dae Gu dan Soo Sun mundur.

Saat akan turun, Ji Gook menahan tarikan Bong Jin. Dia memegang erat pegangan tangga dan berusaha menahan sekuat tenaga. Bong Jin mencoba terus menarik dan berteriak menyuruh Ji Gook mengikutinya. Bong Jin menendanga tangan Ji Gook yang memegang erat pegangan tangan.

Tangan Ji Gook sempat terlepas, Dia meminta Bong Jin untuk melepaskanya. Semua ketakutan, mereka takut terjadi apa-apa dengan Ji Gook. Ji Gook kembali memegang erat pengangan tangga, kali jni dia memegang dengan kedua dua tangannya.

Bong Jin bertindak kasar, dia memukul kepala Ji Gook dan membentukan ke pengangan tangga. Dia menyuruh Ji Gook untuk melepaskan tanganya. Dae Gu tidak bisa menahan amarahnya melihat Ji Gook yang dipukul pelaku. Soo Sun menahan supaya Dae Gu tidak bertindak gegabah.

Ji Gook terus mempertahannkan pegangannya dan tidak mau melepaskannya. Tae il meminta Bong Jin untuk menahan tindakannya. Ji Gook berteriak selama ia menjadi detektif, dia sudah menjadi sandera selama 3 kali. Dia tidak akan melepas pegangan ini walaupun Bong Jin membunuhnya.

Pan Seok meminta Ji Gook untuk melepaskan pegangannya. Bong Ji mengancam kalau Ji Gook benar-benar ingin mati. Tae il membujuk Ji Gook untuk melepaskannya, dia melihat sikap ini bukan seperti Ji Gook yang ia kenal. Ji Gook berpikir Tae il senang melihat dirinya diseret seperti orang bodoh. Tae il tak mengerti maksud dari perkataan Ji Gook, dia binggung dengan sikap Ji Gook yang berubah. Dia meminta Ji Gook mengunakan akal sehatnya.

Pisau semakin dekat dengan leher Ji Gook, dia berteriak kalau ia masih waras. Kalau Tae il dokter, harusnya dia bisa melihat sikap seperti ini itu masih waras. Pan Seok, Eung Do binggung dengan perkataan Ji Gook. Dae Gu dan Soo Sun tidak mengerti apa sebenarnya yang dikatakan Ji Gook.

Bong Jin terus mengancam Ji Gook yang lebih memilih untuk mati. Ji Gook menceritakan Tae il gagal menjadi dokter dan akhirnya menjadi seorang detektif. Tae il berteriak memperingatkan Ji Gook. Lalu Ji Gook melawan Bong Jin, dia membuka sedikit bajunya, menyuruh Bong Jin untuk menusuk saja dibagian badannya. Soo Sun mencoba menenangkan Ji Gook dari bawah.

Ji Gook menangis dan mengatakan kalau ia tidak ingn menjadi beban untuk timnya lagi. Dia berteriak menyuruh Bong Jin untuk menusuk dirinya saja. Bong Jin malah panik sendiri dengan permintaan Ji Gook. Eung Do berteriak apa sebenarnya yang Ji Gook lakukan. Tae il hanya bisa menghela nafas.

Dengan sekuat tenaga, Ji Gook mendorong Bong Jin. Pisaunya terlepas dari tangan Bong Jin, mereka berdua bergulingan di tangga. Dae Gu dan Soo Sun memegang Bong Jin dan memborgolnya. Tae il berlari mengikuti Pan Seok dan Eung Do yang lebih dulu menuruni tangga.

Soo Sun melihat keadaan Ji Gook yang terjatuh dengan berguling-guling di tangga. Eung Do juga menanyakan keadaan Ji Gook, Ji Gook seperti menahan rasa sakitnya. Pan Seok tersenyum melihat tindakan Ji Gook yang ternyata berani sendiri saat dia menjadi sandera untuk yang ketiga kalinya.

Kepala Ji Gook sedikit berdarah, dia melihat Pan Seok yang memberikan senyuman kepadanya dari atas tangga. Tae il menatap Ji Gook seperti terlihat pasrah dan kesal pada Ji Gook. Tapi dia menghela nafas lega, pelaku bisa ditangkap.

Tae il membeli minuman di dalam mesin. Ji Gook keluar dari ruangan kantor dengan kaki yang pincang. Dia melihat Tae il yang sedang membeli minuman. Dia berjalan mendekati Tae il. Ji Gook langsung meminta maaf pada Tae il. 

Dia mengakui sebenarnya dia tidak bermaksud untuk membocorkan rahasia Tae il. Dia meminta maaf sekali lagi pada Tae il. Tae il memperlihatkan wajah kesalnya pada Tae il. Dia menyindir Ji Gook, itu bagus kalau Ji Gook sadar dengan kesalahannya.

Ji Gook menceritakan dulu dia dikenal sebagai pria yang luar biasa di Buyeo. Tapi dia disini selalu dibanding-bandingkan dengan Tae il. Padahal saat ia lulus ujian kepolisian, keluarganya membuatkan pesta untukya di Buyeo. Dia mendapatkan julukan si jenius di Buyeo.

Tae il memandang sinis pada Ji Gook. Ji Gook tak enak hati, dia menanyakan apa yang seharusnya dia lakukan sekarang. Dia merasa seperti pencundang, sambil memukul-mukul kepalanya. Tae il menegaskan tindakan Ji Gook tidak akan meredakan kemarahannya.

Ji Gook terdiam dan menunduk. Tae II merasa dikhianati oleh teman yang sangat ia pecayai. Dia merasa bodoh sekali, dia menyesal seharusnya dia juga membuka rahasia Ji Gook juga saat kejadian itu. Ji Gook merayu Tae il untuk tidak melakukan hal itu. Dia nanti bisa binggung menghadapi Soo Sun.

Tae il melihat wajah Ji Gook yang terlihat panik. Lalu dia menyuruh Ji Gook untuk duduk, Ji Gook binggung. Tae il akhirnya mendorong Ji Gook untuk dudu. Ji Gook heran apa sebenarnya yang akan dilakukan Tae il padanya. Tae il mengeluarkan sesuatu dari plastik.

Ji Gook bertanya sejak kapan Tae il menyiapkan ini semua. Tae il berlutut dia menaikan sedikit celana dan menurunkan kaos kaki Ji Gook. Ji Gook berteriak kesakitan. Tae il menyemprotkan spray untuk pereda rasa sakit. Ji Gook masih berteriak kesakitan.


Tae il memberitahu hari ini ia akan menyemprotkan spray yang dingin, besok Ji Gook harus menyemprotkan spray yang panas. Dia melihat pembengkakan pada kaki Ji Gook tidak terlalu parah. Menurutnya itu akan baik-baik saja. Tapi kalau Ji Gook masih merasa sakit selama tiga sampai empat hari ke depan, lebih baik Ji Gook pergi ke dokter.

Ji Gook menunduk mendengar Tae il yang berbicara layaknya dokter. Ji Gook malah berkomentar, Tae il itu benar-benar menjengkelkan. Dia memuji Tae il yang sangat sempurna. Tae il tersenyum, dengan sombongnya ia menyadari kalau dirinya itu sempurna.


Ji Gook seperti salah mengucapkan kata-kata itu, dia menarik perkataannya pada Tae il. Dia tidak ingin menerima kesombongan Tae il. Tae il malah menarik kaki Ji Gook dengan keras. Ji Gook berteriak kesakitan. Ji Gook melotot, dia tahu Tae il itu sengaja melakukannya.

Tae il sengaja menarik keras kain untuk melilit kaki Ji Gook. Ji Gook semakin berteriak kesakitan. Tae il memberikan senyuman pada Ji Gook. Ji Gook seperti malu sendiri dan tidak bisa membalas kebaikan Tae il tapi dia mendorong Tae il untuk melepaskannya, dia bis melakukannya. Tae il jahil, dia sengaja menarik kain dari kaki Ji Gook.


Seorang pria muda berdiri di depan kepolisian Gangnam. Soo Sun keluar dan mengagetkan pria itu dengan memanggil Nam Chun. Dia adalah adik Soo Sun. Nam Chun merasa ketakutan dengan cara Soo Sun mengagetkannya.

Nam Chun tak percaya dengan pakaian yang ada didalam jaket Soo Sun. Rompi untuk menaruh pistol terlihat dari dekat. Soo Sun malah mengejek adiknya. Nam Chun melihat Soo Sun membuatnya malu, lalu ia mengajak Soo Sun untuk pergi dari tempat itu.

Soo Sun memeluk adiknya, dia berkata kalau Nam Chun yang membuat dirinya malu. Nam Chun melihat Soo Sun yang berbeda, dia terlihat seperti wanita.

Soo Sun membawa Nam Chun kedai kue dan roti. Soo Sun memesan dua es krim untuk mereka. Nam Chun meminta tambahan kue. Soo Sun yang baik hati membiarkan adiknya untuk memesan kue yang dia suka.

Pelayan membawakan pesanan mereka. Dua bolu gulung dan dua gelas es krim. Soo Sun mengambil es krim yang terlihat sangat enak. Nam Chun mendengar suasa Soo Sun itu semakin keras. Soo Sun menceritakan, dia sudah berusaha untuk membuat suara pelan karena dia sekarang seorang detektif. Dia menanyakan komentar tentang dirinya sekarang pada sang adik.


Soo Sun menanyakan apa yang berbeda selain suaranya. Nam Chun melihat garis bahu dan ekpresi wajah Soo Sun sangat tajam. Soo Sun bergaya dengan mamerkan bahu yang tajam menuru sang adik. Lalu dia membandingkan dengan Soo Sun yang ia lihat dulu.


Dengan tegasnya Nam Chun mengatakan Soo Sun terlihat sangat tua. Soo Sun yang tersenyum dan menunggu pujian yang bagus berubah menjadi wajah kesal. Sang adik membandingkan dirinya dengan Soo Sun. Dia membanggakan dirinya yang masih terlihat muda dan tidak berubah sama sekali. Dia terus mengejek Soo Sun yang sangat berbeda dan terlihat semakin tua.

Soo Sun jadi tidak nafsu untuk memakan es krimnya. Nam Chun mengerti, sekarang Soo Sun sudah berumur dari setengah dari 50 tahun, bahkan dia lebih sedikit. Soo Sun mengancam Nam Chun yang ingin mati karena membicarakan tentang hal itu. Dia mengambil es krim yang dimakan adiknya.

Nam Chun tak sengaja melihat Dae Gu yang berjalan di depan cafe tempat mereka duduk. Dia melihat lebih jelas lagi, dia melihat pria itu lagi yang dia lihat sekarang di gangnam. Soo Sun binggung melihat Nam Chun yang melihat Dae Gu seperti sudah mengenal lama.

Sang adik menyakini kalau pria itu Kim Ji Yong. Soo Sun melonggo. Nam Chun mengingatkan Ji Yong murid yang ada dikelas delapan di sekolah menengah Boomha. Soo Sun tidak yakin adiknya itu menganggap Dae Gu itu Ji Yong. Nam Chun yakin, dia melihat pria itu datang ke Masan sebelumnya.


Soo Sun masih tak percaya tapi dia berusaha untuk menyakini ucapan adiknya.

Soo Sun dan Dae Gu duduk berduan di dalam mobil. Soo Sun teringat dengan ucapan adiknya kalau Dae Gu itu Ji Yong dari kelas delapan di sekolah Boomha. Dia melihat Dae Gu yang duduk disebelahnya. Dia juga ingat sang adik mengatakan ia pernah melihat Dae Gu di Masan sebelumnya.

Dae Gu tetap duduk terdiam dan memandang lurus ke depan. Soo Sun berdeham, dia menanyakan mengapa Dae Gu tidak mengunakan kacamata lagi, padahal itu cocok untuk Dae Gu. Dia menyuruh Dae Gu memakainya lagi kalau ia membawa kaca matanya. Dae Gu menolaknya.

Soo Sun benggong. Dia tidak percaya Dae Gu tidak membawanya, dia merayu Dae Gu untuk memakainya. Dae Gu tidak suka dipegang Soo Sun, dia berteriak kalau ia tidak mau. Soo Sun mengerti kalau begitu. Dia menanyakan apakah Dae Gu marah padanya, karena selalu bersikap dingin padanya.
Dae Gu melirik sinis pada Soo Sun. Soo Sun meminta Dae Gu untuk mengatakan yang sejujurnya saja kalau ia marah padanya. Dia mengira kalau mereka akan semalaman di tempat ini, jadi menurutnya agak sulit untuk mereka berdua kalau bertengkar. Dengan nada sinisnya, Dae Gu menanyakan apakah dia pernah bersikap baik padanya.

Soo Sun rasa Dae Gu tidak pernah bersikap baik. Dae Gu menegaskan jadi buat apa mereka Soo Sun binggung dengan sikap dinginnya. Soo Sun terdiam, tapi dia menegaskan. Dae Gu memang tidak pernah bersikap baik tapi sikap Dae Gu tidak pernah sedingin ini.

Dae Gu menduga Soo Sun itu terkena flu burung. Soo Sun mengatakan kalau ia sudah tidak demam lagi. Dae Gu menatap Soo Sun. Soo Sun pasrah, dia membiarkan sikap Dae Gu seperti itu. Keduanya menatap lurus ke depan dan keduanya bergantian saling menghela nafas.

Dae Gu melihat ke arah spion di depannya, lalu ke spion bagian kirinya. Dia melihat seseorang yang berjalan ke arah mobil mereka. Dae Gu menarik Soo Sun untuk menunduk, Soo Sun kaget. Dia menanyakan apakah Dae Gu melihat Lee Jong Gi.
Dae Gu melihat ke arah depan, apakah orang yang ia lihat itu sudah berlalu didepan mereka. Tapi Dae Gu kaget melihat pria itu sedang melihat ke dalam mobil mereka. Soo Sun melihat ke arah depan mobil mereka.

Jong Gi dan Dae Gu sama-sama kaget. Dae Gu keluar dari mobil dan mengejar Jong Gi yang sudah cepat berlari. Soo Sun ikut mengejar dibelakangnya. Da Gu berteriak untuk berhenti. Soo Sun mencoba berlari mengikuti langkah Dae Gu, tapi dia malah terselengkat dengan tali sepatunya.


Soo Sun terjatuh, dia melihat Dae Gu sudah tidak ada didepannya. Dia memasukan tali sepatunya ke dalam sepatu dan berusaha untuk berdiri lalu berlari lagi. Dae Gu terus berlari, tapi dia kehilangan Jong Gi. Ternyata Jong Gi keluar dengan mengunakan motor.

Dae Gu mencoba mengejarnya tapi tenaganya sudah tidak kuat. Soo Sun datang, dia melihat Dae Gu kehilangan Jong Gi yang sudah ada di depan mata. Dae Gu memarahi Soo Sun yang baru datang dan memarahinya.

Soo Sun mengatur nafasnya yang masih terengah-engah. Dae Gu melihat ada luka lecet di tangan Soo Sun. Dia mengejek Soo Sun yang ceroboh karena bisa jatuh saat berlari. Soo Sun mengakui kesalahannya dan menarik tangannya yang dipegang Dae Gu.

Dia mengeluh tali sepatunya yang bodoh membuat tangannya menjadi luka. Saat Soo Sun akan mengikat tali sepatunya, Dae Gu menahannya. Diamenyuruh Soo Sun untuk diam. Dia berlutut dan mengikat tali sepatu Soo Sun.

Soo Sun teringat saat Ji Yong menalikan sepatunya saat hujan deras. Saat itu dia hanya bisa terdiam melihat Ji Yong yang mengikat tali sepatunya. Dae Gu melirik sebentar lalu berdiri dan berlalu. Soo Sun memanggil Dae Gu dengan panggilan Kim Ji Yong. 

Dae Gu melihat Soo Sun, Soo Sun yakin Dae Gu itu Kim Ji Yong murid kelas delapan di sekolah Boomha. Dae Gu menyangkalnya dengan tegas. Soo Sun menahan Dae Gu berjalan, dia sangat yakin Dae Gu itu Ji Yong. Dia sangat mengenal cara mengikat sepatu Dae Gu seperti cara Ji Yong mengikat sepatunya dulu.

Soo Sun semakin yakin kalau Dae Gu itu adalah Ji Young. Mata Dae Gu berlari-lari seperti mencari alasan yang lain. Soo Sun mengatakan kalau Nam Chun adiknya melihat Dae Gu juga dan menyakin kalau Dae Gu adalah Kim Ji Yong.

Dae Gu agak sedikit kesal sendiri, penyamarannya bisa terbongkar. Soo Sun mendesak Dae Gu untuk mengakui kalau dirinya adalah Ji Yong. Dae Gu tetap menyangkal, wajahnya kesa melihat Soo Sun yang terus mendesak dirinya untuk mengaku.


Soo Sun berteriak, dia sangat yakin Dae Gu adalah Kim Ji Yong. Dae Gu menatap Soo Sun dan mengatakan kalau ia bukan Kim Ji Yong. Soo Sun tetap yakin kalau Dae Gu itu Ji Yong. Dae Gu tak bisa menahan kesabarannya.
 
Dia mengancam Soo Sun akan menciumnya kalau Soo Sun berbicarsa seperti itu padanya. Soo Sun terdiam. Dae Gu mengingat saat ia mencium Soo Sun terakhir kalau karena Soo Sun memanggilnya dan menyakin kalau dia adalah Kim Ji Yong.

Dae Gu bertanya apakah Soo Sun ingin ia menciumnya lagi. Soo Sun hanya bisa diam. Dae Gu menantang Soo Sun memangil dia Kim Ji Yong, maka ia akan mencium lagi. Soo Sun diam melihat Dae Gu yang berjalan meninggakannya. Dia melihat ikatan tali sepatunya. Itu benar-benar mirip dengan ikatan Ji Yong saat itu.
Yoo Moon Bae sedang memeriksa berkas di kantornya. Pintunya diketuk, dia menyuruh masuk. Tapi dia kaget melihat orang yang datang ke kantornya. Pria pembunuh ibu Ji Yong datang. Dia menanyakan keadaan Moon Bae.

Moon Bae gugup, dia menanyakan kenapa pria itu bisa ada di korea. Pria itu memberitahu kalau ia sekarang sudah kembali. Moon Bae berpikir kalau pria itu datang hanya untuk sebentar saja.

Pria itu menyangkalnya, dia tidak tinggal di korea untuk selamanya. Moon Bae mengejek itu keputusan bodoh yang diambil oleh pria itu. Lalu Pria itu memberitahu satu rahasia. Dia mengatakan sebenarnya 11 tahun yang lalu, dia tidak bisa membunuh anak itu. *ternyata.... ternyata Moon Bae yang menyuruh pria itu ngebunuh Ji Yong dan ibunya* dari dulu perannya jadi orang tua yang jahat trus ni bapak...waktu jadi ayahnya kim tan jg begitu... bpknya jaksa di i hear ur voice jg sama jahatnya ckckckck



Moon Bae terlihat panik, dia berteriak mengapa Pria itu baru memberitahunya sekarang. Pria itu menyindir Moon Bae bukan memiliki sifat pemarah seperti yang ia lihat sekarang. Moon Bae semakin marah, dia berteriak memanggil pria itu bajingan.

Pria itu meminta Moon Bae tidak usah khawatir, dia sudah tau dimana anak itu berada. Wajah Moon Bae memerah menahan amarahnya. Pria itu berpesan kalau Moon Bae memberikan perintah, dia akan menyingikirka anak itu kapan saja.

Moon Bae melonggo dan kaget, dia menanyakan dimana sebenarnya anak itu berada.

Pan Seok menarik nafas, di tangannya sudah terlihat amplop hasil DNA. Dia menarik nafas untuk menenangkan diri sebelum membukanya. Beberapa menit kemudian dia melihat, hasilnya 99,9% hasil DNA Dae Gu dan Ji Yong itu sama.
 
Dia merasa tak percaya, semua kecurigaannya terbukti. Dae Gu dan Ji Yong adalah orang yang sama. Matanya berkaca-kaca.
Pan Seok berjalan masuk ke dalam ruangan. Dia duduk melihat Dae Gu yang sedang mengetik, dia melihat ada banyangan Ji Yong yang masih SMP duduk di depannya. Ji Yong duduk terdiam diruangan sambil melamun.

Dia ingat Ji Yong berkata ibunya tidak mau bersaksi, tapi Pan Seok terus mendesak supaya ibunya bisa bersaksi. Ji Yong meminta Pan Seok bertanggung jawab dengan hal itu. Dia melihat Dae Gu lebih dalam lagi.
Dengan mata berkaca-kaca dia memanggil Dae Gu. Dae Gu menoleh, dia melihat mimik wajah sedih Pan Seok. Pan Seok mengajak Dae Gu untuk berbicara. Dae Gu berpikir apa sebenarnya yang akan mereka bicarakan.

Pan Seok mengajak Dae Gu ke bagian atap. Dae Gu berjalan mengikutinya dibelakang. Pan Seok berhenti, dia memangil Dae Gu dengan panggilan Ji Yong. Dae Gu binggung dan menatap tajam Pan Seok.

Dae Gu menunduk, dia melihat amlop hasil Tes DNA yang dibawa Pan Seok. Dae Gu melihat wajah Pan Seok yang menangis. Pan Seok berterimakasih karena Dae Gu masih hidup. Dia senang melihat Dae Gu bisa tumbuh dengan baik.


Dengan terbata-bata, Pan Seok berterimakasih banyak pada Dae Gu. Dae Gu berpura-pura bodoh, dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Pan Seok. Pan Seok menceritakan kalau ia sudah mencarinya kemana-mana. Dia berpikir sesuatu yang buruk terjadi. Dia mengakui keadaan itu sangat sulit untuknya.



Dae Gu menegaskan kembali, dia bukan Ji Yong. Pan Seok mengerti mengapa Dae Gu menolak dan menyangkal semua yang ia katakan. Dia mengerti akan hal itu. Pan Seok mengakui ibunya meninggal itu adalah kesalahannya.

Dia juga mengakui kalau ia kehilangan liontin yang ada disaku jasnya. Tangan Dae Gu terpekai sangat erat. Dia mencoba menahan amarahnya supaya Pan Seok tidak curiga. Suara Dae Gu bergetar, Dia berteriak apa sebenarnya yang Pan Seok katakan. Dia mengatakan sekali lagi kalau ia bukan Dae Gu.


Dae Gu berkali-kali mengatakan kalau ia bukan Ji Yong. Dia berjalan meninggalkan Pan Seok. Pan Seok memberitahu berkas yang ia bawa adalah analisis DNA. Dia mengatakan berapa kalipun Dae Gu menyangkalnya, dia yakin Dae Gu itu adalah Ji Yong.

Dae Gu tidak bisa menahan amarahnya, dia berteriak histeris dan mengatakan kalau ia bukan Ji Yong beberapa kali. Dae Gu berbalik dan menunjuk Pan Seok, Dia menyuruh Pan Seok mempercayai perkataannya, dengan bahasa yang kasar.

Pan Seok menatak sedih melihat Dae Gu yang marah dan terus menyangkal dia bukan Ji Yong. Dae gu menujuk Pan Seok, dia meminta Pan Seok untuk memahami dan mengkonfirmasi tentang dirinya. Dia tetap menyangkal, dia bukan Ji Yong.

Dae Gu memperingati, lebih baik Pan Seok hidup seperti ini untuk sisa hidupnya di dunia dan sampai ia mati nanti. Pan Seok menatap sedih Dae Gu.


Dae Gu meninggalkan Pan Seok sendirian. Dia berjalan di lorong, nafasnya masih terengah-engah karena marah-marah. Lalu dia menelukupkan wajahnya di tembok. Nafasnya masih belum teratur.
 
Soo Sun masih tidak percaya dengan semua yang disangkal Dae Gu. Di depan laptop dia memikirkan itu semua. Dia merasa yakin Dae Gu itu Ji Yong, tapi Dae Gu tetap tidak mau mengakuinya. Lalu dia melihat jam ditangannya. Dia menutup laptop dan mematikan lampu meja. Lalu pergi.
Dae Gu membuka pintu rumahnya. Dia kaget melihat yang datang ke rumahnya. Dengan senyum sumirngahnya Soo Sun menyapa partner kerjanya. Dae Gu berkata kalau ia sedang sibuk. Soo Sun menahan pintu dengan kakinya.

Soo Sun meminta waktu sebentar hanya 30 menit saja. Dae Gu menutup kembali pintunya. Soo Sun memohon meminta waktu 30 menit saja. Lalu dia meralat kalau ia butuh 10 menit saja berbicara pada Dae Gu.

Dae Gu tak bisa menolaknya, dia memperbolehkan Soo Sun masuk. Soo Sun menanyaka kemana teman-teman yang lainnya. Dae Gu memberitahu semua sedang pergi keluar membeli sesuatu. Soo Sun mengerti. Dae Gu menegaskan waktu Soo Sun tinggal 9 menit 30 detik.

Soo Sun mengerti, dia mengatakan semakin ia pikirkan, dia semakin penasaran. Dae Gu melihat kearah Soo Sun. Soo Sun yakin sekali Dae Gu adalah Ji Yong. Dae Gu membalikan badan. Soo Sun meminta Dae Gu untuk tidak menciumnya.

Dae Gu mengingatkan waktu Soo Sun tinggal 8 menit lagi. Soo Sun sekarang semakin tak mengerti tapi dia merasa kalau ia berhak untuk bertanya. Dia memberitahu dirinya sangat khawatir waktu tahu ibu Ji Yong meninggal dan Ji Yong juga ikut hilang.

Soo Sun sangat yakin Dae Gu adalah Ji Yong. Wajah Dae Gu berubah memerah, dia mengatakan waktu So Sun tinggal 5 menit lagi. Soo Sun heran mengapa Dae Gu harus menutupi semua identitasnya.

Dae Gu mengingatkan waktu Soo Sun tinggal 4 menit lagi. Soo Sun ingin Dae Gu mengatakan yang sejujurnya. Dia berjanji tidak akan bertanya lagi kalau memang Dae Gu harus menyembunyikan identitasnya. 

Soo Sun berharap Dae Gu bisa mengatakan kalau ia benar Ji Yong. Mereka berdua saling menatap, tapi yang keluar dari mulut Dae Gu, waktu yang tersisa untuk Soo Sun tinggal 3 menit lagi. Soo Sun akhirnya pasrah. Dia akan keluar dari rumah.

Dae Gu berkata sekali lagi kalau ia bukan Kim Ji Yong. Soo Sun membalikan badan, dengan kesal dia sudah tahu dengan yang dikatakan Dae Gu. Dae Gu mengatakan tapi dia mengenal sedikit tentang Ji Yong. Ji Yong ingin memberitahu sesuatu pada Soo Sun.

Ji Yong mengatakan dia tidak menyangka otak udang seperti Soo Sun bsia mengenalinya. Dia membenarkan, Ji Yong punya alasan untuk menyembunyikan identitas yang sebenarnya. Dae Gu meminta Soo Sun untuk tidak menanyakan hal seperti ini lagi. Soo Sun terdiam, matanya tak percaya dengan pengakuan Dae Gu padanya.


Dae Gu meminta Soo Sun untuk tidak memberitahu yang lainnya. Soo Sun masih terdiam, matanya seperti ingin menangis. Soo Sun mengerti dengan perkataan Dae Gu. Dia meminta tolong pada Dae Gu untuk memberitahu temannya Ji Yong kalau ia mengerti apa permintaan Ji Yong padanya. Dae Gu menyuruh Soo Sun untuk pulang.

Soo Sun memanggil Dae Gu, dia berkata ada pasar yang dekat sini. Dia menawarkan Dae Gu untuk makan bersama, karena Dia belum makan malam. Dae Gu hanya menatap Soo Sun, mata sinisnya sudah tidak terlihat lagi.
Mereka cheers dan minum soju, di warung tenda.

Soo Sun tersenyum senang melihat Dae Gu yang ada didepannya. Dae Gu menanyakan kenapa wajah Soo Sun seperti itu. Soo Sun meminta Dae Gu untuk menebaknya. Dae Gu menduga Soo Sun itu sudah gila senyum-senyum sendiri. Soo Sun tersenyum mendengar ejekan Dae Gu.

Dia mengakui dirinya sangat senang. Dae Gu melihat Soo Sun sambil mengaduk-ngaduk makananya. Soo Sun pikir kalau kau.... Lalu dia mengubah menjadi dia pikir temanmu Ji Yong itu sudah meninggal. Dia menceritakan semua orang di Masan berpikir Ji Yong sudah meninggal.

Dae Gu tertunduk dan diam. Soo Sun menceritakan lagi setelah ibu teman Dae Gu meninggal, Ji Yong juga ikut menghilang dan semua orang di Masan heboh dan kaget. Dae Gu meminum Soju untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Soo Sun mengakui, dia juga ikut sedih mendengar berita itu. Dia meminta Dae Gu untuk memberitahu temannya Ji Yong. Dia ingat dengan kejadian waktu di depan sekolah, dia ingin meminta maaf karena sudah membicarakan ibunya seperti itu.

Dae Gu berkata tidak apa-apa. Dia buru-buru meralat perkataanya, dia berkata Ji Yong tidak masalah dengan hal itu. Soo Sun ingin berbicara lagi. Dae Gu kesal, menurutny Soo Sun sudah cukup berbicara dan tidak banyak tanya lagi.

Soo Sun meminta sekali lagi dia bertanya. Dia menanyaka bagaimana Teman Dae Gu itu bisa bertahan hidup. Dia menduga Temannya Ji Yong tinggal di panti asuhan dan mengubah namanya disana.

Dae Gu merasa hari ini Soo Sun memaksakan kemampuan otaknya. Dia melihat Soo Sun sedang berpikir keras. Soo Sun tahu dari Eung Do kalau Dae Gu itu tinggal di panti asuhan. Dae Gu meminta Soo Sun untuk tidak melihatnya seperti itu.

Dia menceritakan hidupnya beruntung memiliki ibu pengasuh yang baik dan ada orang yang mau menyumbang untuknya. Soo Sun tersenyum mendengar cerita itu. Dae Gu tak percaya ternyata di dunia itu tidak semuanya kejam.
Soo Sun tersenyum, dia bersyukur mendenga cerita Dae Gu. Lalu dia ingin menanyakan yang terakhir kalinya. Dae Gu pikir itu sudah cukup, Soo Sun tidak boleh bertanya lagi. Soo Sun merayu Dae Gu untuk memberinya satu kesempatan lagi.

Dae Gu tak bisa menolaknya melihat wajah Soo Sun yang memohon dengan tersenyum. Soo Sun meminta Dae Gu memberitahu temannya Ji Yong. Apabila Ji Yong membutuhkannya, Ji Yong boleh menghubungi ia kapanpun yang dia mau. Dae Gu menatap Soo Sun tanpa berkedip.

Soo Sun mengatakan dia memaafkan Ji Yong tidak memanggilnya Nuna. Dae Gu pikir tak mungkin Ji Yong memanggil Soo Sun Nuna. Soo Sun ingin marah, tapi dia menahannya. Dia tersenyum, dia merasa kalau hari ini adalah hari spesial untuk dirinya.

Dae Gu mencoba untuk terlihat gugup dengan mengaduk-aduk mienya. Soo Sun memberitahu teman Dae Gu bernama Ji Yon itu usianya lebih muda 2 tahun dari dirinya, dulu Ji Yong memanggilnya Nuna.



Dia meminta Dae Gu memberitahu pada Ji Yong kalau dia memaafkannya dan berjanji akan menjaga rahasia dari Ji Gook dan Tae il. Dae Gu mendengus. Soo Sun meminta Dae Gu memberitahu Ji Yong kalau dia membutuhkannya, Ji Yong bisa menelpnya.

Dae Gu seperti tak percaya dengan ucapan tulus Soo Sun. Soo Sun sadar dia tidak tahu alasan Ji Yong menyembunyikan identitasnya tapi dia akan menjaga rahasianya. Dia mencontohkan kalau Ji Yong butuh wanita yang bisa dipercaya atau butuh bantuan. Ji Yong bisa memberitahunya dirinya.

Dia berkata, dia akan selalu mendukung Kim Ji Yong. Dae Gu tetap melihat Soo Sun tanpa berkata-kata. Soo Sun selesai berkata-kata. Dia mengajak Dae Gu bersulang. Dia berjanji tidak akan memaksa Dae Gu berbicara lagi.

Soo Sun melihat mie mereka sudah mulai mekar, dia mengajak Dae Gu untuk makan. Dia menyuruh Dae Gu memakan kimchinya juga. Mereke berdua makan bersama. Soo Sun tersenyum melihat Dae Gu yang makan dengan lahap di depannya. Dae Gu melirik sedikit pada Soo Sun.
 

Mereka berdua berjalan di taman. Soo Sun masih tersenyum bahagia melihat Dae Gu yang ada di depannya. Dae Gu menyuruh Soo Sun pulang lebih dulu. Soo Sun mengangguk mengerti. Dae Gu berjalan selangkah. Soo Sun memeluknya dari belakang.

Dae Gu melihat Soo Sun yang memeluknya dari belakang. Soo Sun mengucapkan terimakasih banyak, dia sangat bangga pada Dae Gu. Soo Sun mulai menangis. Dae Gu mencoba melepaskan, dia merasa tak nyaman dengan pelukan Soo Sun.
Soo Sung mengatakan sekali lagi, dia bangga. Dae Gu memegang tangga Soo Sun. Dia tidak berusaha untuk melepaskan tangan Soo Sun. Dae Gu ikut menangis seperti Soo Sun yang menangis dibelakang pundaknya.

[Bersambung ke episode 10]

Sinopsis You’re All Surrounded Episode 9 Part 1

[cerita sebelumnya]

Pan Seok melangkah mendekati Dae Gu, dia tak percaya kalau dia melihat orang yang ada di depannya masih hidup. Dengan mata berkaca-kaca dia memanggil Dae Gu dengan panggilan Kim Ji Yong.

Mata Dae Gu ikut berkaca-kaca, dia bertanya "siapa?" . Dengan yakin Pan Seok mengatakan Dae Gu adalah Ji Yong. Beberapa kali Dia sangat yakin kalau Dae Gu adalah Kim Ji Yong. Dae Gu tidak mau kalah, dia tetap menanyakan "siapa nama yang disebut itu".

Dengan pandangan tajam, Dae Gu sekarang tahu, dia melihat akhir-akhir jni Pan Seok sangat tertarik pada dirinya. Dia menedengar Pan Seok mengunjungi panti asuhannya sepeti kucing di malam hari. Dia mengejek Pan Seok terlihat buruk dengan menyelinap datang ke panti asuhannya.

Dae Gu menegaskan, kalau Pan Seok penasaran tentang dirinya lebih baik dia bertanya langsung padanya. Dia mengatakan kalau ia akan menjawab dengan jujur. Lalu Dae Gu memberi hormat dan berjalan meninggalkan Pan Seok.


Pan Seok berteriak dia menanyakan alasan Dae Gu datang ke rumah duka. Dae Gu berhenti dan membalikan padanya. Pan Seok terus mendesak Dae Gu untuk memberikan alasannya. Dae Gu melihat dari kejauhan Ji Gook datang dengan membawa map besar.


Dae Gu mengatakan kalau ia datang untuk mengotopsi mayat. Ji Gook datang memanggil Dae Gu, dia kaget melihat Pan Seok yang datang juga ke rumah duka. Dia menanyakan Pan Seok apa yang dia lakukan di tempat ini. Pan Seok memandangi Dae Gu, wajahnya antara percaya dan tidak percaya. Lalu Ji Gook memperlihatkan map yang ia bawa pada Pan Seok.

Pan Seok masuk ke kamar otopsi. Dia melihat orang yang ditemukan meninggal. Eung Do datang, dia melihat Pan Seok datang lebih cepat dibanding dirinya. Dia menanyakan apakah mayat itu Park Seung Oh. Pan Seok mengangguk-anggukan kepala dengan wajah sedih.

Lalu dia menanyakan pada petugas otopsi, apakah Dae Gu dari kepolisian gangnam mengidentifikasi orang ini juga. Petugas itu mengatakan tidak, Dae Gu tidak mengidentifikasi mayat ini. Pan Seok menanyakan sekali lagi untuk menyakinkan. Petugas pun menjawab dengan yakin kalau Dae Gu tidak datang untuk mengidentifikasi mayat yang dilihat Pan Seok.

Eung Do terlihat binggung dengan pertanyaan Pan Seok pada petugas otopsi. Pan Seok mulai yakin apa yang dikatakan Dae Gu itu benar dan tidak berbohong. Tapi wajahnya masih tetap penasaran dengan Dae Gu yang tidak tahu asal usulnya.

Dae Gu berjalan terburu-buru dari rumah duka, dibelakangnya berjalan juga Ji Gook dan Tae il. Dae Gu bergumam dalam hati, dia melihat pertugas penjaga bagian otopsi berganti shift. Dia pikir itu akan baik-baik saja.

Ji Gook memanggil-manggil Dae Gu. Dia menanyakan apa yang dilakukan Dae Gu di rumah duka ini. Dae Gu menjawab dengan tenang, dia datang hanya ingin melihat mereka berdua berkerja. Tae il dan Ji Gook tak percaya dengan perkataan Dae Gu. Ji Gook tersenyum dengan sikap Dae Gu yang menurutnya terlihat simpati dengan pekerjaan mereka.


Episode 9 !
Rahasia Besar

Ji Gook baru bangun dari tidurnya. Dia mengulet sebentar lalu mengambil kacamatanya. Sambil mengumpulkan nyawanya, dia memikirkan Soo Sun. Dia khawatir dengan Soo Sun, dimana dia tidur semalam karena hujan deras. Lalu dia melihat ponselnya.

Dia binggung, apakah terlalu pagi untuk menanyakan keadaan Soo Sun. Tapi dia tidak mau mendengar kata hatinya, dia menelp Soo Sun untuk mengurangi rasa penasarannya. Dengan mata masih tertutup dia menelp Soo Sun, dia menekan video call pada Soo Sun.

Soo Sun tertidur lelap, dia bangun dengan kaget karena bunyi telpnya. Dia mengangkat dengan mata merem dan menaruh ponselnya di kuping. Ji Gook baru sadar, dia menelp Soo Sun dengan mengunakan video call.

Ji Gook menanyakan apakah Soo Sun sudah bangun. Lalu dia meligat gambar yang dilihat dari Soo Sun. Lalu dia tersenyum melihat gambar itu. Dia memberitahu Soo Sun, kalau ia mengunakan video call. Sekarang dia hanya bisa melihat telinga Soo Sun saja.


Soo Sun masih mengantuk mencoba melihat ponselnya. Dia heran mengapa mereka harus video call sepagi ini. Ji Goo meminta maaf, dia salah menekan saat menelp. Soo Sun mencoba tersenyum di depan camera ponselnya.

Ji Gook menanyakan Soo Sun tidur dimana, karena semalam hujan deras. Lalu dia melihat layar ponselnya, dia melihat ada langit-langit rumah. Dia yakin Soo Sun ada dalam sebuah ruangan. Soo Sun menyakinkan kalau ia sedang ada di tenda. Lalu dia mulai tersadar dari rasa ngantuknya.


Dia menutup ponselnya sebentar di atas kasur. Soo Sun terlihat binggung, dia melihat sekeliling ruangan. Dia tersadar sekarang dia berada di ruma Pan Seok. Lalu dia mengangkat lagi ponselnya, dia berkata kalau ia sedang ada dirumah temannya. Dia menjelaskan semalam hujan deras dan tidak mungkin untuk tidur di tenda.

Soo Sun berpura-pura temannya memanggilnya. Dia memberitahu Ji Gook, kalau temannya memanggil. Lalu dia mengucapakan selamat tinggal, sambil melambaikan tangan. Dan langsung menekan tombol merah untuk memutuskan telp.

Ji Gook belum membalas, tapi hubungan telp Soo Sun sudah terputus. Dia mengeluh, Soo Sun menutup telpnya lebih dulu. Tapi dia tersenyum melihat Soo Sun yang baru bangun, dia berkata Soo Sun itu terlihat lucu. Sementara Soo Sun menghela nafasnya, dia baru menyadari sekarang dia tidur di kamar Pan Seok. Lalu dia merasakan sangat dingin yang menusuk badannya.
Ji Gook keluar dari kamar dengan mata yang masih tertutup dengan tersenyum. Dia berjalan akan masuk ke kamar mandi. Tae il baru keluar kamar mandi dengan handuk yang ada di kepalanya. Tak sengaja mereka saling bertemu.

Tae il menatap sinis Ji Gook, lalu berjalan dengan wajah sinis dan tak peduli. Ji Gook berpikir Tae il mengabaikan dirinya hanya karena dia mengabaikan Tae il. Wajahnya mendengus kesal dan berjalan ke kamar mandi.

Sementara Tae il meminum jus di ruang makan. Dia melihat Ji Gook yang masuk kamar mandi dengan pandangan sedih. Tapi dia seperti membiarkan kejadian seperti ini.

Soo Sun membereskan tempat tidur lalu turun kebawah. Dia mengelus lengannya untuk menghilangkan rasa kedinginnya. Dia melihat meja kerja Pan Seok, awalnya ia hanya melirik. Tapi karena penasaran dia mendekat ke meja kerja Pan Seok.

Dia memegang bungkus coklat yang berserakan di meja sambil tersenyum. Setelah itu dia melihat bingakai foto seorang anak laki-laki sedang tersenyum. Soo Sun bisa menduga kalau itu adalah anak Pan Seok yang meninggal. Dia menaruh bingkai di tempat semula.

Soo Sun mengambil tasnya dan keluar dari rumah Pan Seok.


Dae Gu duduk sendirian di dalam cafe, wajahnya telihat gelisah. Matanya melihat keluar jendela, dia melihat Ketua Kang turun dari mobil. Dae Gu teringat dengan masa lalunya.


Dae Gu diberitahu oleh ibu panti, dia sekarang sudah memiliki wali. Dia mendapatkan sebuah paket besar, ibu panti memberitahu Dae Gu bisa mendapatkan bimbingan dan mempelajari semua yang ia inginkan dari buku yang diberikan oleh wali.

Teman sekamar Dae Gu takjub melihat buku yang ada di dalam kardus. Dia menanyakan darimana Dae Gu mendapatkan buku sebanyak itu. Dae Gu tersenyum membuka buku-buku yang diberikan oleh walinya. Dia membawa tidak ada nama pengirim, hanya tertulis dari "Wali mu".
Malam harinya Dae Gu menulis surat untuk walinya.

Dia mengucapkan terimakasih karena dia sudah mendapatkan buku-buku itu. Dia sangat menyukai semua bukunya lalu dia diam sejenak. Dae Gu merasa seperti harus lebih banyak menulis tapi dia tidak bisa memikirkan apapun.

Dae Gu menulis kembali, dia menuliskan ucapan terimakasihnya pada walinya. Dia memasukan surat ke dalam amplop berwarna pink.

Beberapa hari kemudian, Dae Gu mendapat paket lagi. Dia mendapatkan kartu ucapan ulang tahun dari walinya. Sang wali ingin membelikan hadiah yang lebih baik tapi dia tidak bisa memikirkan apapun. Dae Gu membuka kotak biru, di dalamnya ada topi dan kemeja.


Seterusnya surat demi surat dikirim oleh walinya dan dia juga membalasnya. Walinya juga memberikan selamat Dae Gu sudah masuk SMA. Dae Gu membalas surat kepada Walinya. Dia menceritakan, dia sangat menikamti pilihan novel misteri yang walinya kirimkan kepadanya, walaupun tidak berurut tapi dia masih bisa mengikutinya.

Dae Gu menuliskan surat lagi, dia menceritakan saat ia mengikuti pelajaran tambahan bahasa inggris. Sampai akhirnya dia akan lulus SMA, dia memberitahu walinya kalau ia sudah masuk kuliah jurusan hukum dan besok ia akan meninggalkan panti asuhan. Dia mengucapkan terimakasih karena walinya sudah memberikan apa yang ia butuhkan selama ini.

Semua anak panti mengantarkan Dae Gu sampai depan. Semua melambaikan tangan mengantar kepergian Dae Gu.

Dae Gu baru selesai mengikuti mata kuliah hukum. Seorang wanita menghampirinya, menyapa apakah kau Eun Dae Gu.Dae Gu membenarkan, dia menanyakan wanita itu siapa. Wanita itu membuka kotak yang ia bawa, memperlihatkan surat yang dikirim Dae Gu padanya.

Dia memberikan senyuman paling manis pada Dae Gu. Dae Gu membuka kacamatanya, dia tak menyangka wanita itu adalah walinya selama ini yang selalu mengirimnya ucapan dan buku-buku kepadanya.

Wajahnya melonggo dan tak menyangka, dia memiliki wali yang sangat memperhatikan dirinya selama ini melalui surat dan paket yang diberikan olehnya. Dialah ketua Kang.

Mereka berdua minum teh bersama. Dae Gu memberitahu ketua Kang, dia menduga Pan Seok sudah mengetahui identitas dirinya. Ketua Kang tampak kaget dengan pemberitahuan itu. Dae Gu menceritakan ia tak sengaja bertemu dengan Pan Seok setelah melihat jasad Park Seong Oh.

Ketua Kang tak menyangka, Pan Seok bisa cepat tahu tidak sesuai dengan dugaan yang ia kira. Dae Gu seperti terlihat frustasi dengan memegang kepalanya. Dia pikir semuanya akan berantakan. Dia kesal melihat Pria bersepatu bergerigi itu hilang dan Park Seung Oh ditemukan tewas.

Dae Gu juga mengeluh dengan tingkah Pan Seok yang membuatnya kesal. Ketua Kang melihat Dae Gu masih mencurigai Pan Seok. Dae Gu menatap tajam ketua Kang. Ketua Kang memberitahu Dae Gu dia sengaja memasukannya ke dalam Tim Pan Seok agak dia bisa menilai Pan Seok lebih mengenal Pan Seok lebih dalam lagi.

Alasan ia memasukan Dae Gu ke dalam tim Pan Seok karena Dae Gu itu sangat keras kepala. Dia tak yakin Pan Seok ikut masuk ke dalam aksi pembunuhan ibunya. Dae Gu mengingatkan tersangka itu memiliki liontin di tangannya dan pelaku menyebut nama detektif Seo sebanyak dua kali.


Dae Gu berbicara dengan nada ngotot, dia ingin pelaku menelp Pan Seok untuk
pertama kalinya selama 11 tahun. Ketua Kang pikir masalah liontin, dia
menduga Pan Seok diancam oleh si pelaku. Dae Gu tak terima dengan dugaan
Ketua Kang. Dia tidak bisa memaafkan alasan Pan Seok karena diancam oleh
pelaku. Dia ingat Pan Seok yang terus mendesak ibunya untuk menjadi saksi.
 

Suara Dae Gu terdengar jelas dan nyaring. Ketua Kang melihat sekeliling takut ada orang yang mendengar perkataan Dae Gu. Dae Gu tersadar dia terlalu emosi sampai tidak bisa mengontrok volume suaranya.
 

Dae Gu menegaskan, dirinya tidak bisa bertindak lembut seperti Ketua Kang. Dia pikir inilah kesempatan pertamanya setelah ia menunggu selama 11 tahun. Kalau ia sampai melewatkan kesempatan ini, maka kasus ibunya selamanya tidak akan pernah terpecahkan. Dia tidak ingin ini terjadi.
 

Dia tidak peduli dengan apapun, dia harus menangkap pelakunya dengan tangannya sendiri. Dae Gu mencoba menahan emosinya lagi dengan mengatur nafasnya. Ketua Kang menatap sedih Dae Gu yang sedang emosi. Lalu dia mengingatkan Dae Gu dengan janji mereka berdua.
 

Ketua Kang mengingatkan, tidak peduli apapun. Pelaku harus dihakimi sesuai hukum. Mereka sudah berjanji, kalau Dae Gu tidak akan membalas dendam dengan tangannya sendiri. Dae Gu tertunduk mendengar pengulangan janjinya. Ketua Kang berharap Dae Gu bisa menepati janjinya.
 

Dae Gu hanya terdiam tanpa berkomentar. Ketua Kang meminta Dae Gu menjawab apa yang dia katakan tadi. Dae Gu akhirnya menjawab, dia ingat tidak akan membalas dendam lalu dia menghela nafas. Ketua Kang juga ikut mengatur nafasnya untuk tetap tenang.


Soo Sun masuk ke dalam ruangan masih merasa kedinginan. Tae il datang dan memanggil Soo Sun, dibelakangnya ada Dae Gu. Dia menanyakan kabar Soo Sun, karena kemarin hujan deras sekali Soo Sun tidak dimana. Soo Sun agak gugup mendengar pertanyaan Tae il.

Dae Gu melihat Soo Sun dengan tatapan curiga. Soo Sun mengatakan kalau ia tidur di tempat temannya. Dae Gu tak menyangka Soo Sun berbohong, padahal ia tahu Soo Sun tinggal dirumah Pan Seok.

Tae il melihat Soo Sun terlihat pucak, apakah kau sakit Soo Sun, tanyanya. Lalu dia mengecek dahi Soo Sun. Soo Sun rasa dia Cuma demam bisa, tapi dia merasa baik-baik saja sekarang. Dia menanyakan hasil otopsi korban. Dia penasaran siapa tersangka dari kematian ayah korban.

Soo Sun mengajak mereka untuk cepat datang ke ruangan intergasi. Dae Gu melihat Soo Sun dengan tatapan kecewa. Tae il mengajak Dae Gu untuk cepat pergi juga.

Di ruang interogasi, sudah duduk dua pelaku. Pan Seok berdiri disebelah Ji Gook. Dae Gu, Tae il dan Soo Sun masuk ke dalam ruangan bersamaan. Sementara Eung Do duduk dengan melipat tangannya di depan kedua anak korban.

Dae Gu memberikan hormat paling akhir pada Pan Seok, mata mereka saling bertemu. Mereka berdua saling menatap penuh arti. Dae Gu seperti memiliki dendam, sementara Pan Seok masih penasaran dengan Dae Gu.

Pan Seok membuka kertas hasil otopsi. Dia membacakan penyebab kematian yang sudah ditetapkan. Sang adik langsung berkomentar, dia merasa apa yang ia ceritakan itu adalah kebenaran. Dia menuduh kakaknya yang membunuh sang ayah.

Kakaknya tak terima. Dia pikir adiknya yang brengsek itulah yang sudah membunuh sang ayah. Pan Seok melanjutkan perkataan, dia berkata penyebab kematian itu karena cedera kepala. Perkiraan waktu kematian jam 11 siang sehari sebelumnya dan ditemukan setelah 26 jam di waktu kejadian.
 
Keempat detektif muda saling berpandangan dan binggung. Kakak Korban menatap sang adik dengan tatapan curiga. Sang adik tak percaya dengan perkataan Pan Seok, dia tahu Kakaknya tidak ada saat kejadian itu berlangsung.

Kakaknya mulai naik pitam, dia menarik kerah baju adiknya. Dia berteriak adiknya yang membunuh sang ayah. Adiknya meminta kakaknya melepaskannya, dia menyakini kalau bukan dia yang melakukannya. Kakaknya tak percaya, dia malah menuduh adiknya bukan manusia karena melakukan perbuatan keji seperti itu pada sang ayah.

Dae Gu mencoba melepaskan mereka berdua. Sang adik berteriak, bukan dia pelakunya jadi sang kakak tidak boleh menyalahkan dirinya. Tae il dan Soo Sun menarik sang kakak. Ji Gook mencoba mendorong sang adik, dia meminta keduanya untuk tetap tenang.


Eung Do akhirnya berteriak melihat pertengkaran saling menuduh satu sama lain. Dia menyuruh keduanya untuk duduk dan tenang. Dia menyuruh mereka untuk mendengarkan penjelasan Pan Seok yang belum selesai.



Dae Gu menekan pundak sang adik dan kakak untuk cepat duduk. Pan Seok melanjutkan lagi penjelasannya. Dia membenarkan dugaan kakaknya. Sang adik adalah satu-satunya orang yang ada dirumah. Tapi adiknya bermain games selama 36 jam penuh dan tidak pernah meninggalkan komputer sedetik pun.

Sang kakak tak percaya dengan penjelasan Pan Seok. Dia menanyakan jadi siapa yang membunuh sang ayah. Sang adik hanya tahu Pan Seok mengatakan kalau ayahnya tidak terpeleset dan jatuh, ditambah lengannya tidak patah.

Pan Seok mengangguk, dia membenarkan perkataan sang adik. Dia mendekatkan wajahnya pada dua anak muda itu, dia menanyakan siapa sebenarnya pembunuh sang ayah. Keduanya semakin binggung dengan pertanyaan balik Pan Seok pada mereka. Keempat detektif terlihat penasaran siapa pembunuh ayahnya.

Flash Back saat kejadian

Sang ayah sedang bosan setelah membaca koran. Dia mengambil ponsel yang diberikan anak pertamanya. Dia ingat sang anak memberikan smartphone model terbaru, dengan ponsel itu sang ayah bisa melihat berita dari ponselnya.
 
Lalu Ayahnya teringat dengan anaknya yang meminta tolong padanya untuk membantu sekali saja. Tapi dia tidak mau menolongnya, sang anak pergi dengan perasaan kecewa. Dia berteriak tidak akan meminta warisan dari sang ayah. Ayahnya melirik anaknya yang pergi dari rumah.
 
Sang ayah pulang dari pasar dia melihat sepatu anaknya yang sudah kotor. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dia melihat itu telp dari anak pertamanya. Dia mencoba menekan layar ponsel berkali-kali tapi suara ponsel tetap saja berbunyi.

Dia binggung dan mengira ponsel itu rusak dan tidak bisa digunakan lagi. Lalu dia memanggil Suk Ho yang ada di dalam kamar. Dia masuk dan melihat anaknya yang sibuk bermain komputer tanpa sadar sang ayah masuk ke dalam kamar.

Ayahnya meminta tolong Suk Ho untuk membantunya untuk mengangkat ponsel kakaknya. Suk Ho tetap saja bermain dan tidak menghiraukan pemintaan tolong ayahnya. Sang ayah keluar dari kamar dan membiarkan anaknya bermain games.


Ponsel tidak berbunyi lagi, sementara sang ayah mencucikan sepatu anaknya yang kotor di kamar mandi. Ayahnya senang melihat hasil cuciannya yang bersih, dia sekarang bisa melihat sepatu yang kelihatan bagus dan bersih. Setelah itu dia menjemurnya.

Lalu dia mendengar ponselnya berbunyi lagi, dia buru-buru mengambil ponselnya di dalam kamar mandi. Sang ayah mencoba terus menekan ponsel untuk menjawab telp dari anak pertamanya. Tapi tetap saja tidak bisa, bunyi telpnya tidak mau berhenti dan terus berdering.

Sang ayah memanggil anaknya lagi, tapi tak sengaja dia menginjak sabun di lantai dan terjatuh. Suk Ho tetap saja konsetrasi bermain games tanpa menghiraukan sang ayah.

Sedangkan sang kakak binggung, ayahnya tidak menjawab telpnya dari tadi. Ayahnya sudah terbaring lemas dan mencoba terus mengangkat telp dari anak pertamanya. Kepalanya sudah mengeluarkan darah. Dengan terbata-bata dia memanggil Suk Ho.


Tapi Suk Ho tidak mendengar panggilan ayahnya, dia terus bermain games. Sang ayah masih terus berusaha untuk menekan ponsel supaya ia bisa menjawab telp dari anaknya.

Sang kakak semakin binggung ayahnya yang tidak mengangkat telp darinya. Dia terus mencoba menelp ayahnya. Sang Ayah tetap menekan tanda hijau di ponselnya tapi tetap suara ponselnya tidak berhenti dan masih menyala.
 
Akhirnya dia tidak kuat lagi, dia meninggal dengan memegang ponsel. Meninggalkan surat asuransi jiwa pada sang anak dan memberikan kenangan sepatu yang bersih untuk adiknya.


Kedua kakak beradik itu benggong mendengar penjelasan dari Pan Seok. Sang adik masih tak percaya apa yang terjadi dengan ayahnya. Sang kakak menduga Pan Seok sedang menulis novel dan mengarang cerita kematian ayahnya.

Pan Seok mengangkat ponsel milik sang ayah, dia sudah memeriksa tidak ada catatan panggilan diterima dari ponsel ini. Hanya ada sidik jadi diatas ponsel itu, tapi dia pikir ayahnya tidak tahu untuk menjawab ponsel itu dengan mengeser bukan menekan ponsel.

Sang kakak benggong mendengar penjelasan Pan Seok. Lalu Pan Seok juga menjelaskan kenapa lengan sang ayah tidak patah, seperti yang biasanya kalau terpeleset atau jatuh. Dia menduga sang ayah mencoba melindungi ponselnya.

Keempat polisi muda terdiam mendengar penjelasaan Pan Seok. Pan Seok pikir kalau saja ayahnya tidak melindungi ponsel ini dan menahan dengan lengan saat jatuh, sang ayah hanya akan terkena patah tulang. Dan kecelakaan seperti ini tidak akan pernah terjadi.

Kedua kakak beradik pun hanya bisa terbenggong dan diam. Pan Seok memberikan kesimpulan kematian Song Ki Duk, ayah keduanya adalah akibat terpeleset dan jatuh. Semua detektif keluar dari ruangan meninggalkan keduanya dengan tatapan benggong dan masih tak percaya.
Tim tiga berjalan keluar dari kantor polisi menuju tempat makan. Keempatnya seperti kurang nafsu makan, mereka tidak menyangkan hasil otopsi beda dengan yang mereka pikirkan. Eung Do menyimpulkan penyebab terjadinya kecelakaan tadi adalah kurangnya anak berbakti pada orang tuanya.

Ji Gook yang mendengar itu seperti terdiam dan bersedih. Dae Gu dan Soo Sun seperti tak enak dengan kesimpulan itu. Eung Do tersenyum, ia memuji kerja mereka yang bagus. Pan Seok menyuruh mereka makan karena sudah berkerja dengan baik.

Tae il dan Ji Gook seperti masih memikirkan pekataan Eung Do antara orang tua dan anak. Dae Gu juga merasakan hal yang sama, dia terlihat tidak nyaman ketika makan.

Ji Gook menghela nafas beberapa kali di depan pintu. Dia menatap layar ponselnya, dia menelp sang ibu. Dia menanyakan apakah ibunya sudah makan siang, dia menasehati ibunya sudah siang dan harus makan.

Lalu dia mengatakan kalau ia ingin makan plum acar. Ji Gook menceritakan dia tidak nafsu makan akhir-akhir ini. Dia memuji acar milik sang ibu itu terbaik.



Tae il duduk diruangan, dia menatap ponselnya dengan nomor ponsel ibunya yang ada di layar. Dia ragu untuk menekan nomor itu, akhirnya dia tidak jadi menelpon ibunya. Dia menaruh ponselnya di meja.
Dae Gu duduk di tangga, dia menuliskan pesan pada ibu. Dia menanyakan apakah ibunya menemukan ayah di surga. Lalu dia menanyakan apakah ayahnya itu baik untuk ibunya. Setelah itu dia menanyakan apakah ibunya lebih bahagia daripada ketika ibunya tinggal dengannya.

Dia menantap ponselnya dengan menangis, setelah itu dia menghapus tulisan itu. Dia sadar kalau pesan itu tidak akan sampai ke pada ibunya.
Pan Seok duduk sendirian di dalam mobil, dia teringat saat dia menduga Dae Gu adalah Ji Yong. Dia pertama kali bertemu Ji Yong saat ia masih SMP. Pan Seok ingat Dae Gu yang hanya memperkenalkan diri tanpa menjelaskan alasanya.

Eung Do meminta Dae Gu memberitahu asal dan alasannya masuk dalam tim detektif. Dae Gu menjawab, dia tidak ingin mengatakan itu semuanya.

Lalu Dae Gu membahas tentang pembunuhan perawat masan yang diakibatkan karena menjadi saksi. Dia teringat terakhir kali melihat Ji Yong dirumahnya. Dia ingat Ji Yong pergi setelah menyalahkan dirinya yang tidak menjaga ibunya.

Pan Seok dan Dae Gu bertengkar saat Dae Gu tidak suka dan berteriak akan membunuh Pan Seok. Keduanya ditahan oleh teman - teman satu tim. Pan Seok ingat semua kejadian itu.


Ji Gook datang dengan mengetuk jendela, Pan Seok menyuruhnya masuk, Ji Gook seperti tak enak. Tapi Pan Seok menyuruh Ji Gook cepat masuk.


Ternyata Ji Gook dan Pan Seok datang ke rumah mereka. Pan Seok melihat rumah dengan dua kamar dan semua fasilitas yang lengkap. Dia bertanya pada Ji Gook dimana kamar mandi mereka. Ji Gook menunjukan kamar mandi mereka.
 
Sampai di kamar mandi, Pan Seok menanyakan dimana sikat gigi Dae Gu. Ji Gook mengira-gira sikat gigi milik Dae Gu.



Pan Seok memasukan sikat gigi Dae Gu ke dalam plastik, dia menyuruh Ji Gook mengaku pada Dae Gu. Kalau Ia tidak sengaja menjatuhkan sikat giginya ke WC dan membuangnya.

Ji Gook takut mengakui itu, dia tahu pasti Dae Gu akan marah padanya. Pan Seok seperti tidak mau tahu, dia keluar dari kamar mandi. Ji Gook binggung dengan yang dilakuan Pan Seok.

Pan Seok masuk ke dalam kamar Dae Gu, dia mengecek laci meja ternyata semua terkunci, lalu dia menyalakan laptop milik Dae Gu. Ji Gook ketakutan, dia mengakui tidak tahu menahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dia tidak mau ikut campur dan tidak mau melihat yang dilakukan Pan Seok di kamar Dae Gu. Dia rasa sangat tidak nyaman dengan keadaan ini. Pan Seok malah menanyakan Password dari laptop Dae Gu. Ji Gook tidak tahu dan tidak mungkin dia bisa tahu dengan hal itu.


Pan Seok menatap password yang tertulis di laptop Dae Gu. Ji Gook semakin ketakutan, dia memilih untuk pamit pergi. Pan Seok tak enak hati, dia akhirnya menutup laptop dan ikut pergi.

Di depan kamar, Pan seok mengingatkan Ji Gook

Dia ingin Ji Gook mengatakan Pan Seok tidak pernah datang ke rumah mereka. Ji Gook menangguk sambil melonggo. Pan Seok keluar rumah duluaan.
 
Ji Gook menduga Pan Seok akan melakukan tes DNA. Dengan pikiran bodohnya, dia berpikir Dae Gu itu anaknya. Ji Gook mengelengkan kepala, itu tidak mungkin karena usianya berbeda. Lalu Dia merasa terlalu banyak nonton drama dan selalu menduga-duga.


Pan Seok menyerahkan Sikat gigi ke bagian Pengecekan DNA. Dia meminta mereka untuk cepat melakukannya karena keaadan sangat mendesak. Petugas akan berusaha yang terbaik untuk Pan Seok.

Pan Seok duduk sambil berpikir sendirian di dalam ruangan. Eung Do melihat Pan Seok sendirian terlihat penasaran. Dia masuk ke dalam ruangan, dia menanyakan apa yang sudah dilakukan Pan Seok. Pan Seok mengakui, dia sudah mengajukan permohoan untuk Tes DNA Dae Gu.

Dia ingin mengetahui kepastian tentang dugaaan itu. Eung Do pikir itu bagus, sebagai seorang detektif, mereka tidak boleh melepaskan sebuah kecurigaan. Lalu Dia mengingatkan Pan Seok memilki janji bertemu dengan Sa Kyung. Pan Seok panik, dia teringat dengan janjian ketemuan dengan Sa Kyung. Dia menyuruh Eung Do bicara pada anak-anak untuk pulang begitu juga Eung Do untuk pulang dan beristirahat.

Lalu Dia buru-buru menganti pakaiannya di loker. Eung Do berteriak pada Pan Seok seharusnya dia tidak boleh menghilangkan kesempatan seperti ini.



Pan Seok dan Sa Kyung duduk di bagian luar cafe. Pan Seok seperti tak nyaman dengan kafe yang ramai sekali. Dia pikir seharusnya mereka tidak datang ke tempat ini. Sa Kyung rasa semua cafe yang bagus itu keadaanya pasti ramai dengan pengunjung.

Dia merasa tidak masalah dengan keadaan ini. Sa Kyung langsung menanyakan alasan Soo Sun ada didalam rumahnya. Pan Seok sempet tersedak mendengar pertanyaan pertama Sa Kyung. Pan Seok sudah bilang sebelumnya, Soo Sun tidak punya rumah karena ditipu. Dan dia harus tinggal di tenda diatap kantor.

Sa Kyung mendengar penjelasan dengan bibir yang agak manyun. Pan Seok menjelaskan lagi, dia baru tahu hal ini beberapa hari yang lalu. Saat itu dia melihat hari itu hujan deras,dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia pikir dia tidak bisa mengabaikannya.

Pan Seok melihat wajah Sa Kyung yang cemburu. Dia menjelaskan kalau ia pergi setelah Sa Kyung pergi. Sa Kyung malah mengoda, apakah dia menanyakan itu pada Pan Seok. Pan Seok pikir Sa Kyung bertanya tentang hal itu.

Sa Kyung menanyakan apakah Sa Kyu akan tidur dirumahnya kalau hujan itu datang. Pan Seok tidak akan seperti itu. Dia yakin Soo Sun akan menemukan sebelum hujan datang lagi. Sa Kyung pikir dia tidak ada masalah. Lalu dia menanyakan bagaimana Pan Seok menemukan cafe ini. 
Dengan Wajah tersenyum, Pan Seok menceritakan ia mencari di internet dengan mengetik "restoran yang baik untuk kencan". Lalu dia juga mencari "restoran yang bagus kencan bersama oppa" dan ada ribuan tempat yang terdapat di internet.

Dia membaca satu tulisan "aku pergi kesebuah restoran yang bagus dengan oppa di Itaewon hari ini" "aku pergi ke sebuah restoran yang bagus di gangnam dengan oppa hari ini" lalu dia membaca "apa yang enak dan apa yang menjijikan".

Sa Kyung tersenyum mendengar penjelasan mantan suaminya. Tapi Pan Seok heran, banyak orang yang menulis di internet mereka semua pergi ke restoran dengan oppa. Sa Kyung semakin tak bisa menahan tertawanya, dia memalingkan wajahnya ketika tertawa.

Pan Seok pun ikut tertawa. Makanan yang mereka pesan datang. Pan Seok mengambil kulit yang tipis dan langsung memakannya. Sa Kyung tersenyum melihat cara Pan Seok makan. Sementara Sa yung memasukan kulit itu ke dalam air beberapa detik lalu menaruhnya di piring.

Akhirnya Pan Seok yang binggung, ikut menaruh juga sisa kulit yang sudah ia makan. Sa Kyung mengambil macam-macam isi di dalam piring. Sedangkan Pan Seok terlihat bodoh karena di tidak tahu air celupan itu panas. Lalu dia mengeluarkan kulit dari mangkuk dengan sumpit. Sa Kyung semakin tersenyum melihat Pan Seok yang mengeluarkan kulit tidak dalam bentuk bulatan utuh. Pan Seok meniru cara Sa Kyung makan, dia memasukan aneka jenis isi ke dalam kulitnya yang tidak utuh.

Sa Kyung berhasil melipat seperti lumpia. Sedangkan Pan Seok hanya bisa melipat dua kulit yag ia miliki. Setelah Sa Kyung selesai, dia memberikan hasil buatannya pada Pan Seok dan mengucapkan "mari makan oppa".
Pan Seok kaget dengan panggilan sayang oppa dari Sa Kyung. Sa Kyung memperlihatkan wajah datarnya tanpa ekspresi. Lalu Pan Seok menanyakan mengapa Sa Kyung mengatakan perkataan itu madam Kim, dengan menangkat kedua tanganya.

Sa Kyung akhirnya tak bisa menahan rasa tertawanya. Mereka tertawa bersama-sama. Sa Kyung menyuruh Pan Seok mencobanya, dia melihat makanan yang ia buat itu enak. Pan Seok mencoba dan memuji itu sangat enak. Setelah itu Sa Kyung mengajarkan Pan Seok cara membuatnya.
Dia menjelaskan kulit itu dibuat dari beras. Lalu dia membungkus satu lagi untuk Pan Seok. Pan Seok melihat cara bungkus yang berbeda seperti bulatan kecil. Sa Kyung tersenyum dengan komentar bodoh yang diberikan Pan Seok.

Setelah itu mereka jalan-jalan. Sa Kyung mengajak Pan Seok pergi ke bagian disana. Ternyata Sa Kyung mengajak Pan Seok mengajak mencoba-coba bando. Sa Kyung mencoba beberapa bando, Pan Seok berusaha memilihkan satu bando yang cocok.

Dia memilihkan satu bando yang penuh dengan manik-manik. Menurutnya itu terlihat gemerlapan. Sa Kyung tidak mau, menurutnya itu sangat norak.

***

Lalu Sa Kyung memilihkan baju untuk Pan Seok. Dia memilihkan satu kaos dengan kerah bercorak harimau. Dia mencocokan di badan Pan Seok, menurutya baju itu cocok untuk Pan Seok. Pan Seok melihat lewat kaca jadi toko. Dia merasa itu norak sekali dipakai olehnya.

Sa Kyung tersenyum melihat Kaos yang ia pilih dipakai oleh Pan Seok. Pan Seok protes kalau ia bukan Cheetah dan harus mengunakan kaos seperti itu. Sa Kyung mencoba mencari-cari motif yang lain untuk Pan Seok.

Pan Seok menolak semua pakaian yang dipilihkan Sa Kyung. Sa Kyung seperti sengaja mengoda Pan Seok memilihkan baju yang tidak sesuai karakternya, mulai dari kaos bergambar tengkorak dan kemeja berwarna merah dengan banyak gambar. Pan Seok pikir itu sudah cukup. Dia pergi meninggalkan Sa Kyung. Sa Kyung tersenyum melihat sikap Pan Seok.

Sa Kyung membeli dua buah es krim. Dia memberikan salah satunya pada Pan Seok yang sedang berdiri di toko kamera. Pan Seok menunjukan satu kamera dan menanyakan apakah Sa Kyung suka dengan kamera yang itu. Sa Kyung tidak suka dengan kamera itu.

Lalu Pan Seok menunjuk satu kamera lagi. Sa Kyung seperti tak suka dengan tawaran dari Pan Seok, dia mengajak Pan Seok pergi dengan memanggil Seo Pan Bodoh. Pan Seok bukan kesal, dia malah tersenyum mendengar panggilan itu.
Dengan jalan gaya mengoda, dia berkata "mari kita pergi miss tukang senyum". Dia berjalan mendahului Sa Kyung dengan nyentuh sedikit pipi Sa Kyung. Sa Kyung tersenyum dengan cara mengoda Pan Seok yang lucu. Mereka berdua tertawa karena saling mencela satu sama lain.
Mereka berjalan sampai malam hari, tapi tiba-tiba hujan turun. Mereka buru-buru mencari tempat berteduh. Mereka berteduh didepan sebuah toko. Pan Seok mengeluh hujan yang datang dengan tiba-tiba. Mereka berdua tertawa melihat hujan yang cepat sekali datangan tanpa ada tanda-tanda.
 

Sa Kyung melihat hujannya sangat deras. Di depan toko ada genangan air, sebuah mobil berjalan cepat digenangan itu, Pan Seok menutup Sa Kyung yang akan terciprat genangan air. Dia berusaha membersihkan celananya yang terciprat air genangan.

Dia juga menanyakan keadaan Sa Kyung apakah ia baik-baik saja. Sa Kyung malah tersenyum, wajahnya mendekat dan menatap Pan Seok. Lalu dia mencium Pan Seok di depan Toko. Pan Seok tidak menolak ciuman itu, dia menatap Sa Kyung setelah menciumnya.


Mereka malah berdua saling tertawa karena saling menatap satu sama lain. Pan Seok mengengggam erat tangan Sa Kyung. Mereka menunggu hujan reda di depan toko dengan wajah saling tersenyum.


[Bersambung ke Part 2]

*paling suka sama soundtracknya kalo pas Pan Seok sama Sa Kyung lg nge"date" hihihi 
Lee Seung Chul - I'm in Love - mp3
Lee Seung Chul - I'm in Love - Lyrics

Lee Seung Chul apanya Lee Seung Gie ya...??? suara nya hampir mirip" apa bapaknya kali... hahaha