Pan Seok melangkah mendekati Dae Gu, dia tak percaya kalau dia melihat orang yang ada di depannya masih hidup. Dengan mata berkaca-kaca dia memanggil Dae Gu dengan panggilan Kim Ji Yong.
Mata Dae Gu ikut berkaca-kaca, dia bertanya "siapa?" . Dengan yakin Pan Seok mengatakan Dae Gu adalah Ji Yong. Beberapa kali Dia sangat yakin kalau Dae Gu adalah Kim Ji Yong. Dae Gu tidak mau kalah, dia tetap menanyakan "siapa nama yang disebut itu".
Dengan pandangan tajam, Dae Gu sekarang tahu, dia melihat akhir-akhir jni Pan Seok sangat tertarik pada dirinya. Dia menedengar Pan Seok mengunjungi panti asuhannya sepeti kucing di malam hari. Dia mengejek Pan Seok terlihat buruk dengan menyelinap datang ke panti asuhannya.
Dae Gu menegaskan, kalau Pan Seok penasaran tentang dirinya lebih baik dia bertanya langsung padanya. Dia mengatakan kalau ia akan menjawab dengan jujur. Lalu Dae Gu memberi hormat dan berjalan meninggalkan Pan Seok.
Pan Seok berteriak dia menanyakan alasan Dae Gu datang ke rumah duka. Dae Gu berhenti dan membalikan padanya. Pan Seok terus mendesak Dae Gu untuk memberikan alasannya. Dae Gu melihat dari kejauhan Ji Gook datang dengan membawa map besar.
Dae Gu mengatakan kalau ia datang untuk mengotopsi mayat. Ji Gook datang memanggil Dae Gu, dia kaget melihat Pan Seok yang datang juga ke rumah duka. Dia menanyakan Pan Seok apa yang dia lakukan di tempat ini. Pan Seok memandangi Dae Gu, wajahnya antara percaya dan tidak percaya. Lalu Ji Gook memperlihatkan map yang ia bawa pada Pan Seok.
Pan Seok masuk ke kamar otopsi. Dia melihat orang yang ditemukan meninggal. Eung Do datang, dia melihat Pan Seok datang lebih cepat dibanding dirinya. Dia menanyakan apakah mayat itu Park Seung Oh. Pan Seok mengangguk-anggukan kepala dengan wajah sedih.
Lalu dia menanyakan pada petugas otopsi, apakah Dae Gu dari kepolisian gangnam mengidentifikasi orang ini juga. Petugas itu mengatakan tidak, Dae Gu tidak mengidentifikasi mayat ini. Pan Seok menanyakan sekali lagi untuk menyakinkan. Petugas pun menjawab dengan yakin kalau Dae Gu tidak datang untuk mengidentifikasi mayat yang dilihat Pan Seok.
Eung Do terlihat binggung dengan pertanyaan Pan Seok pada petugas otopsi. Pan Seok mulai yakin apa yang dikatakan Dae Gu itu benar dan tidak berbohong. Tapi wajahnya masih tetap penasaran dengan Dae Gu yang tidak tahu asal usulnya.
Dae Gu berjalan terburu-buru dari rumah duka, dibelakangnya berjalan juga Ji Gook dan Tae il. Dae Gu bergumam dalam hati, dia melihat pertugas penjaga bagian otopsi berganti shift. Dia pikir itu akan baik-baik saja.
Ji Gook memanggil-manggil Dae Gu. Dia menanyakan apa yang dilakukan Dae Gu di rumah duka ini. Dae Gu menjawab dengan tenang, dia datang hanya ingin melihat mereka berdua berkerja. Tae il dan Ji Gook tak percaya dengan perkataan Dae Gu. Ji Gook tersenyum dengan sikap Dae Gu yang menurutnya terlihat simpati dengan pekerjaan mereka.
Episode 9 !
Rahasia Besar
Ji Gook baru bangun dari tidurnya. Dia mengulet sebentar lalu mengambil kacamatanya. Sambil mengumpulkan nyawanya, dia memikirkan Soo Sun. Dia khawatir dengan Soo Sun, dimana dia tidur semalam karena hujan deras. Lalu dia melihat ponselnya.
Dia binggung, apakah terlalu pagi untuk menanyakan keadaan Soo Sun. Tapi dia tidak mau mendengar kata hatinya, dia menelp Soo Sun untuk mengurangi rasa penasarannya. Dengan mata masih tertutup dia menelp Soo Sun, dia menekan video call pada Soo Sun.
Ji Gook menanyakan apakah Soo Sun sudah bangun. Lalu dia meligat gambar yang dilihat dari Soo Sun. Lalu dia tersenyum melihat gambar itu. Dia memberitahu Soo Sun, kalau ia mengunakan video call. Sekarang dia hanya bisa melihat telinga Soo Sun saja.
Soo Sun masih mengantuk mencoba melihat ponselnya. Dia heran mengapa mereka harus video call sepagi ini. Ji Goo meminta maaf, dia salah menekan saat menelp. Soo Sun mencoba tersenyum di depan camera ponselnya.
Ji Gook menanyakan Soo Sun tidur dimana, karena semalam hujan deras. Lalu dia melihat layar ponselnya, dia melihat ada langit-langit rumah. Dia yakin Soo Sun ada dalam sebuah ruangan. Soo Sun menyakinkan kalau ia sedang ada di tenda. Lalu dia mulai tersadar dari rasa ngantuknya.
Dia menutup ponselnya sebentar di atas kasur. Soo Sun terlihat binggung, dia melihat sekeliling ruangan. Dia tersadar sekarang dia berada di ruma Pan Seok. Lalu dia mengangkat lagi ponselnya, dia berkata kalau ia sedang ada dirumah temannya. Dia menjelaskan semalam hujan deras dan tidak mungkin untuk tidur di tenda.
Soo Sun berpura-pura temannya memanggilnya. Dia memberitahu Ji Gook, kalau temannya memanggil. Lalu dia mengucapakan selamat tinggal, sambil melambaikan tangan. Dan langsung menekan tombol merah untuk memutuskan telp.
Ji Gook belum membalas, tapi hubungan telp Soo Sun sudah terputus. Dia mengeluh, Soo Sun menutup telpnya lebih dulu. Tapi dia tersenyum melihat Soo Sun yang baru bangun, dia berkata Soo Sun itu terlihat lucu. Sementara Soo Sun menghela nafasnya, dia baru menyadari sekarang dia tidur di kamar Pan Seok. Lalu dia merasakan sangat dingin yang menusuk badannya.
Ji Gook keluar dari kamar dengan mata yang masih tertutup dengan tersenyum. Dia berjalan akan masuk ke kamar mandi. Tae il baru keluar kamar mandi dengan handuk yang ada di kepalanya. Tak sengaja mereka saling bertemu.
Tae il menatap sinis Ji Gook, lalu berjalan dengan wajah sinis dan tak peduli. Ji Gook berpikir Tae il mengabaikan dirinya hanya karena dia mengabaikan Tae il. Wajahnya mendengus kesal dan berjalan ke kamar mandi.
Sementara Tae il meminum jus di ruang makan. Dia melihat Ji Gook yang masuk kamar mandi dengan pandangan sedih. Tapi dia seperti membiarkan kejadian seperti ini.
Soo Sun membereskan tempat tidur lalu turun kebawah. Dia mengelus lengannya untuk menghilangkan rasa kedinginnya. Dia melihat meja kerja Pan Seok, awalnya ia hanya melirik. Tapi karena penasaran dia mendekat ke meja kerja Pan Seok.
Dia memegang bungkus coklat yang berserakan di meja sambil tersenyum. Setelah itu dia melihat bingakai foto seorang anak laki-laki sedang tersenyum. Soo Sun bisa menduga kalau itu adalah anak Pan Seok yang meninggal. Dia menaruh bingkai di tempat semula.
Soo Sun mengambil tasnya dan keluar dari rumah Pan Seok.
Dae Gu duduk sendirian di dalam cafe, wajahnya telihat gelisah. Matanya melihat keluar jendela, dia melihat Ketua Kang turun dari mobil. Dae Gu teringat dengan masa lalunya.
Dae Gu diberitahu oleh ibu panti, dia sekarang sudah memiliki wali. Dia mendapatkan sebuah paket besar, ibu panti memberitahu Dae Gu bisa mendapatkan bimbingan dan mempelajari semua yang ia inginkan dari buku yang diberikan oleh wali.
Teman sekamar Dae Gu takjub melihat buku yang ada di dalam kardus. Dia menanyakan darimana Dae Gu mendapatkan buku sebanyak itu. Dae Gu tersenyum membuka buku-buku yang diberikan oleh walinya. Dia membawa tidak ada nama pengirim, hanya tertulis dari "Wali mu".
Malam harinya Dae Gu menulis surat untuk walinya.
Dia mengucapkan terimakasih karena dia sudah mendapatkan buku-buku itu. Dia sangat menyukai semua bukunya lalu dia diam sejenak. Dae Gu merasa seperti harus lebih banyak menulis tapi dia tidak bisa memikirkan apapun.
Dae Gu menulis kembali, dia menuliskan ucapan terimakasihnya pada walinya. Dia memasukan surat ke dalam amplop berwarna pink.
Beberapa hari kemudian, Dae Gu mendapat paket lagi. Dia mendapatkan kartu ucapan ulang tahun dari walinya. Sang wali ingin membelikan hadiah yang lebih baik tapi dia tidak bisa memikirkan apapun. Dae Gu membuka kotak biru, di dalamnya ada topi dan kemeja.
Seterusnya surat demi surat dikirim oleh walinya dan dia juga membalasnya. Walinya juga memberikan selamat Dae Gu sudah masuk SMA. Dae Gu membalas surat kepada Walinya. Dia menceritakan, dia sangat menikamti pilihan novel misteri yang walinya kirimkan kepadanya, walaupun tidak berurut tapi dia masih bisa mengikutinya.
Dae Gu menuliskan surat lagi, dia menceritakan saat ia mengikuti pelajaran tambahan bahasa inggris. Sampai akhirnya dia akan lulus SMA, dia memberitahu walinya kalau ia sudah masuk kuliah jurusan hukum dan besok ia akan meninggalkan panti asuhan. Dia mengucapkan terimakasih karena walinya sudah memberikan apa yang ia butuhkan selama ini.
Semua anak panti mengantarkan Dae Gu sampai depan. Semua melambaikan tangan mengantar kepergian Dae Gu.
Dae Gu baru selesai mengikuti mata kuliah hukum. Seorang wanita menghampirinya, menyapa apakah kau Eun Dae Gu.Dae Gu membenarkan, dia menanyakan wanita itu siapa. Wanita itu membuka kotak yang ia bawa, memperlihatkan surat yang dikirim Dae Gu padanya.
Dia memberikan senyuman paling manis pada Dae Gu. Dae Gu membuka kacamatanya, dia tak menyangka wanita itu adalah walinya selama ini yang selalu mengirimnya ucapan dan buku-buku kepadanya.
Wajahnya melonggo dan tak menyangka, dia memiliki wali yang sangat memperhatikan dirinya selama ini melalui surat dan paket yang diberikan olehnya. Dialah ketua Kang.
Mereka berdua minum teh bersama. Dae Gu memberitahu ketua Kang, dia menduga Pan Seok sudah mengetahui identitas dirinya. Ketua Kang tampak kaget dengan pemberitahuan itu. Dae Gu menceritakan ia tak sengaja bertemu dengan Pan Seok setelah melihat jasad Park Seong Oh.
Ketua Kang tak menyangka, Pan Seok bisa cepat tahu tidak sesuai dengan dugaan yang ia kira. Dae Gu seperti terlihat frustasi dengan memegang kepalanya. Dia pikir semuanya akan berantakan. Dia kesal melihat Pria bersepatu bergerigi itu hilang dan Park Seung Oh ditemukan tewas.
Dae Gu juga mengeluh dengan tingkah Pan Seok yang membuatnya kesal. Ketua Kang melihat Dae Gu masih mencurigai Pan Seok. Dae Gu menatap tajam ketua Kang. Ketua Kang memberitahu Dae Gu dia sengaja memasukannya ke dalam Tim Pan Seok agak dia bisa menilai Pan Seok lebih mengenal Pan Seok lebih dalam lagi.
Alasan ia memasukan Dae Gu ke dalam tim Pan Seok karena Dae Gu itu sangat keras kepala. Dia tak yakin Pan Seok ikut masuk ke dalam aksi pembunuhan ibunya. Dae Gu mengingatkan tersangka itu memiliki liontin di tangannya dan pelaku menyebut nama detektif Seo sebanyak dua kali.
pertama kalinya selama 11 tahun. Ketua Kang pikir masalah liontin, dia
menduga Pan Seok diancam oleh si pelaku. Dae Gu tak terima dengan dugaan
Ketua Kang. Dia tidak bisa memaafkan alasan Pan Seok karena diancam oleh
pelaku. Dia ingat Pan Seok yang terus mendesak ibunya untuk menjadi saksi.
Suara Dae Gu terdengar jelas dan nyaring. Ketua Kang melihat sekeliling takut ada orang yang mendengar perkataan Dae Gu. Dae Gu tersadar dia terlalu emosi sampai tidak bisa mengontrok volume suaranya.
Dae Gu menegaskan, dirinya tidak bisa bertindak lembut seperti Ketua Kang. Dia pikir inilah kesempatan pertamanya setelah ia menunggu selama 11 tahun. Kalau ia sampai melewatkan kesempatan ini, maka kasus ibunya selamanya tidak akan pernah terpecahkan. Dia tidak ingin ini terjadi.
Dia tidak peduli dengan apapun, dia harus menangkap pelakunya dengan tangannya sendiri. Dae Gu mencoba menahan emosinya lagi dengan mengatur nafasnya. Ketua Kang menatap sedih Dae Gu yang sedang emosi. Lalu dia mengingatkan Dae Gu dengan janji mereka berdua.
Ketua Kang mengingatkan, tidak peduli apapun. Pelaku harus dihakimi sesuai hukum. Mereka sudah berjanji, kalau Dae Gu tidak akan membalas dendam dengan tangannya sendiri. Dae Gu tertunduk mendengar pengulangan janjinya. Ketua Kang berharap Dae Gu bisa menepati janjinya.
Dae Gu hanya terdiam tanpa berkomentar. Ketua Kang meminta Dae Gu menjawab apa yang dia katakan tadi. Dae Gu akhirnya menjawab, dia ingat tidak akan membalas dendam lalu dia menghela nafas. Ketua Kang juga ikut mengatur nafasnya untuk tetap tenang.
Soo Sun masuk ke dalam ruangan masih merasa kedinginan. Tae il datang dan memanggil Soo Sun, dibelakangnya ada Dae Gu. Dia menanyakan kabar Soo Sun, karena kemarin hujan deras sekali Soo Sun tidak dimana. Soo Sun agak gugup mendengar pertanyaan Tae il.
Dae Gu melihat Soo Sun dengan tatapan curiga. Soo Sun mengatakan kalau ia tidur di tempat temannya. Dae Gu tak menyangka Soo Sun berbohong, padahal ia tahu Soo Sun tinggal dirumah Pan Seok.
Tae il melihat Soo Sun terlihat pucak, apakah kau sakit Soo Sun, tanyanya. Lalu dia mengecek dahi Soo Sun. Soo Sun rasa dia Cuma demam bisa, tapi dia merasa baik-baik saja sekarang. Dia menanyakan hasil otopsi korban. Dia penasaran siapa tersangka dari kematian ayah korban.
Soo Sun mengajak mereka untuk cepat datang ke ruangan intergasi. Dae Gu melihat Soo Sun dengan tatapan kecewa. Tae il mengajak Dae Gu untuk cepat pergi juga.
Di ruang interogasi, sudah duduk dua pelaku. Pan Seok berdiri disebelah Ji Gook. Dae Gu, Tae il dan Soo Sun masuk ke dalam ruangan bersamaan. Sementara Eung Do duduk dengan melipat tangannya di depan kedua anak korban.
Dae Gu memberikan hormat paling akhir pada Pan Seok, mata mereka saling bertemu. Mereka berdua saling menatap penuh arti. Dae Gu seperti memiliki dendam, sementara Pan Seok masih penasaran dengan Dae Gu.
Pan Seok membuka kertas hasil otopsi. Dia membacakan penyebab kematian yang sudah ditetapkan. Sang adik langsung berkomentar, dia merasa apa yang ia ceritakan itu adalah kebenaran. Dia menuduh kakaknya yang membunuh sang ayah.
Kakaknya tak terima. Dia pikir adiknya yang brengsek itulah yang sudah membunuh sang ayah. Pan Seok melanjutkan perkataan, dia berkata penyebab kematian itu karena cedera kepala. Perkiraan waktu kematian jam 11 siang sehari sebelumnya dan ditemukan setelah 26 jam di waktu kejadian.
Keempat detektif muda saling berpandangan dan binggung. Kakak Korban menatap sang adik dengan tatapan curiga. Sang adik tak percaya dengan perkataan Pan Seok, dia tahu Kakaknya tidak ada saat kejadian itu berlangsung.
Dae Gu mencoba melepaskan mereka berdua. Sang adik berteriak, bukan dia pelakunya jadi sang kakak tidak boleh menyalahkan dirinya. Tae il dan Soo Sun menarik sang kakak. Ji Gook mencoba mendorong sang adik, dia meminta keduanya untuk tetap tenang.
Eung Do akhirnya berteriak melihat pertengkaran saling menuduh satu sama lain. Dia menyuruh keduanya untuk duduk dan tenang. Dia menyuruh mereka untuk mendengarkan penjelasan Pan Seok yang belum selesai.
Dae Gu menekan pundak sang adik dan kakak untuk cepat duduk. Pan Seok melanjutkan lagi penjelasannya. Dia membenarkan dugaan kakaknya. Sang adik adalah satu-satunya orang yang ada dirumah. Tapi adiknya bermain games selama 36 jam penuh dan tidak pernah meninggalkan komputer sedetik pun.
Sang kakak tak percaya dengan penjelasan Pan Seok. Dia menanyakan jadi siapa yang membunuh sang ayah. Sang adik hanya tahu Pan Seok mengatakan kalau ayahnya tidak terpeleset dan jatuh, ditambah lengannya tidak patah.
Pan Seok mengangguk, dia membenarkan perkataan sang adik. Dia mendekatkan wajahnya pada dua anak muda itu, dia menanyakan siapa sebenarnya pembunuh sang ayah. Keduanya semakin binggung dengan pertanyaan balik Pan Seok pada mereka. Keempat detektif terlihat penasaran siapa pembunuh ayahnya.
Flash Back saat kejadian
Sang ayah sedang bosan setelah membaca koran. Dia mengambil ponsel yang diberikan anak pertamanya. Dia ingat sang anak memberikan smartphone model terbaru, dengan ponsel itu sang ayah bisa melihat berita dari ponselnya.
Lalu Ayahnya teringat dengan anaknya yang meminta tolong padanya untuk membantu sekali saja. Tapi dia tidak mau menolongnya, sang anak pergi dengan perasaan kecewa. Dia berteriak tidak akan meminta warisan dari sang ayah. Ayahnya melirik anaknya yang pergi dari rumah.
Sang ayah pulang dari pasar dia melihat sepatu anaknya yang sudah kotor. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, dia melihat itu telp dari anak pertamanya. Dia mencoba menekan layar ponsel berkali-kali tapi suara ponsel tetap saja berbunyi.
Ayahnya meminta tolong Suk Ho untuk membantunya untuk mengangkat ponsel kakaknya. Suk Ho tetap saja bermain dan tidak menghiraukan pemintaan tolong ayahnya. Sang ayah keluar dari kamar dan membiarkan anaknya bermain games.
Ponsel tidak berbunyi lagi, sementara sang ayah mencucikan sepatu anaknya yang kotor di kamar mandi. Ayahnya senang melihat hasil cuciannya yang bersih, dia sekarang bisa melihat sepatu yang kelihatan bagus dan bersih. Setelah itu dia menjemurnya.
Lalu dia mendengar ponselnya berbunyi lagi, dia buru-buru mengambil ponselnya di dalam kamar mandi. Sang ayah mencoba terus menekan ponsel untuk menjawab telp dari anak pertamanya. Tapi tetap saja tidak bisa, bunyi telpnya tidak mau berhenti dan terus berdering.
Sang ayah memanggil anaknya lagi, tapi tak sengaja dia menginjak sabun di lantai dan terjatuh. Suk Ho tetap saja konsetrasi bermain games tanpa menghiraukan sang ayah.
Sedangkan sang kakak binggung, ayahnya tidak menjawab telpnya dari tadi. Ayahnya sudah terbaring lemas dan mencoba terus mengangkat telp dari anak pertamanya. Kepalanya sudah mengeluarkan darah. Dengan terbata-bata dia memanggil Suk Ho.
Tapi Suk Ho tidak mendengar panggilan ayahnya, dia terus bermain games. Sang ayah masih terus berusaha untuk menekan ponsel supaya ia bisa menjawab telp dari anaknya.
Sang kakak semakin binggung ayahnya yang tidak mengangkat telp darinya. Dia terus mencoba menelp ayahnya. Sang Ayah tetap menekan tanda hijau di ponselnya tapi tetap suara ponselnya tidak berhenti dan masih menyala.
Akhirnya dia tidak kuat lagi, dia meninggal dengan memegang ponsel. Meninggalkan surat asuransi jiwa pada sang anak dan memberikan kenangan sepatu yang bersih untuk adiknya.
Kedua kakak beradik itu benggong mendengar penjelasan dari Pan Seok. Sang adik masih tak percaya apa yang terjadi dengan ayahnya. Sang kakak menduga Pan Seok sedang menulis novel dan mengarang cerita kematian ayahnya.
Pan Seok mengangkat ponsel milik sang ayah, dia sudah memeriksa tidak ada catatan panggilan diterima dari ponsel ini. Hanya ada sidik jadi diatas ponsel itu, tapi dia pikir ayahnya tidak tahu untuk menjawab ponsel itu dengan mengeser bukan menekan ponsel.
Sang kakak benggong mendengar penjelasan Pan Seok. Lalu Pan Seok juga menjelaskan kenapa lengan sang ayah tidak patah, seperti yang biasanya kalau terpeleset atau jatuh. Dia menduga sang ayah mencoba melindungi ponselnya.
Keempat polisi muda terdiam mendengar penjelasaan Pan Seok. Pan Seok pikir kalau saja ayahnya tidak melindungi ponsel ini dan menahan dengan lengan saat jatuh, sang ayah hanya akan terkena patah tulang. Dan kecelakaan seperti ini tidak akan pernah terjadi.
Kedua kakak beradik pun hanya bisa terbenggong dan diam. Pan Seok memberikan kesimpulan kematian Song Ki Duk, ayah keduanya adalah akibat terpeleset dan jatuh. Semua detektif keluar dari ruangan meninggalkan keduanya dengan tatapan benggong dan masih tak percaya.
Tim tiga berjalan keluar dari kantor polisi menuju tempat makan. Keempatnya seperti kurang nafsu makan, mereka tidak menyangkan hasil otopsi beda dengan yang mereka pikirkan. Eung Do menyimpulkan penyebab terjadinya kecelakaan tadi adalah kurangnya anak berbakti pada orang tuanya.
Ji Gook yang mendengar itu seperti terdiam dan bersedih. Dae Gu dan Soo Sun seperti tak enak dengan kesimpulan itu. Eung Do tersenyum, ia memuji kerja mereka yang bagus. Pan Seok menyuruh mereka makan karena sudah berkerja dengan baik.
Tae il dan Ji Gook seperti masih memikirkan pekataan Eung Do antara orang tua dan anak. Dae Gu juga merasakan hal yang sama, dia terlihat tidak nyaman ketika makan.
Ji Gook menghela nafas beberapa kali di depan pintu. Dia menatap layar ponselnya, dia menelp sang ibu. Dia menanyakan apakah ibunya sudah makan siang, dia menasehati ibunya sudah siang dan harus makan.
Lalu dia mengatakan kalau ia ingin makan plum acar. Ji Gook menceritakan dia tidak nafsu makan akhir-akhir ini. Dia memuji acar milik sang ibu itu terbaik.
Tae il duduk diruangan, dia menatap ponselnya dengan nomor ponsel ibunya yang ada di layar. Dia ragu untuk menekan nomor itu, akhirnya dia tidak jadi menelpon ibunya. Dia menaruh ponselnya di meja.
Dae Gu duduk di tangga, dia menuliskan pesan pada ibu. Dia menanyakan apakah ibunya menemukan ayah di surga. Lalu dia menanyakan apakah ayahnya itu baik untuk ibunya. Setelah itu dia menanyakan apakah ibunya lebih bahagia daripada ketika ibunya tinggal dengannya.
Dia menantap ponselnya dengan menangis, setelah itu dia menghapus tulisan itu. Dia sadar kalau pesan itu tidak akan sampai ke pada ibunya.
Eung Do meminta Dae Gu memberitahu asal dan alasannya masuk dalam tim detektif. Dae Gu menjawab, dia tidak ingin mengatakan itu semuanya.
Lalu Dae Gu membahas tentang pembunuhan perawat masan yang diakibatkan karena menjadi saksi. Dia teringat terakhir kali melihat Ji Yong dirumahnya. Dia ingat Ji Yong pergi setelah menyalahkan dirinya yang tidak menjaga ibunya.
Pan Seok dan Dae Gu bertengkar saat Dae Gu tidak suka dan berteriak akan membunuh Pan Seok. Keduanya ditahan oleh teman - teman satu tim. Pan Seok ingat semua kejadian itu.
Ji Gook datang dengan mengetuk jendela, Pan Seok menyuruhnya masuk, Ji Gook seperti tak enak. Tapi Pan Seok menyuruh Ji Gook cepat masuk.
Ternyata Ji Gook dan Pan Seok datang ke rumah mereka. Pan Seok melihat rumah dengan dua kamar dan semua fasilitas yang lengkap. Dia bertanya pada Ji Gook dimana kamar mandi mereka. Ji Gook menunjukan kamar mandi mereka.
Sampai di kamar mandi, Pan Seok menanyakan dimana sikat gigi Dae Gu. Ji Gook mengira-gira sikat gigi milik Dae Gu.
Ji Gook takut mengakui itu, dia tahu pasti Dae Gu akan marah padanya. Pan Seok seperti tidak mau tahu, dia keluar dari kamar mandi. Ji Gook binggung dengan yang dilakuan Pan Seok.
Pan Seok masuk ke dalam kamar Dae Gu, dia mengecek laci meja ternyata semua terkunci, lalu dia menyalakan laptop milik Dae Gu. Ji Gook ketakutan, dia mengakui tidak tahu menahu apa yang sebenarnya terjadi.
Dia tidak mau ikut campur dan tidak mau melihat yang dilakukan Pan Seok di kamar Dae Gu. Dia rasa sangat tidak nyaman dengan keadaan ini. Pan Seok malah menanyakan Password dari laptop Dae Gu. Ji Gook tidak tahu dan tidak mungkin dia bisa tahu dengan hal itu.
Pan Seok menatap password yang tertulis di laptop Dae Gu. Ji Gook semakin ketakutan, dia memilih untuk pamit pergi. Pan Seok tak enak hati, dia akhirnya menutup laptop dan ikut pergi.
Di depan kamar, Pan seok mengingatkan Ji Gook
Dia ingin Ji Gook mengatakan Pan Seok tidak pernah datang ke rumah mereka. Ji Gook menangguk sambil melonggo. Pan Seok keluar rumah duluaan.
Ji Gook menduga Pan Seok akan melakukan tes DNA. Dengan pikiran bodohnya, dia berpikir Dae Gu itu anaknya. Ji Gook mengelengkan kepala, itu tidak mungkin karena usianya berbeda. Lalu Dia merasa terlalu banyak nonton drama dan selalu menduga-duga.
Pan Seok menyerahkan Sikat gigi ke bagian Pengecekan DNA. Dia meminta mereka untuk cepat melakukannya karena keaadan sangat mendesak. Petugas akan berusaha yang terbaik untuk Pan Seok.
Pan Seok duduk sambil berpikir sendirian di dalam ruangan. Eung Do melihat Pan Seok sendirian terlihat penasaran. Dia masuk ke dalam ruangan, dia menanyakan apa yang sudah dilakukan Pan Seok. Pan Seok mengakui, dia sudah mengajukan permohoan untuk Tes DNA Dae Gu.
Dia ingin mengetahui kepastian tentang dugaaan itu. Eung Do pikir itu bagus, sebagai seorang detektif, mereka tidak boleh melepaskan sebuah kecurigaan. Lalu Dia mengingatkan Pan Seok memilki janji bertemu dengan Sa Kyung. Pan Seok panik, dia teringat dengan janjian ketemuan dengan Sa Kyung. Dia menyuruh Eung Do bicara pada anak-anak untuk pulang begitu juga Eung Do untuk pulang dan beristirahat.
Lalu Dia buru-buru menganti pakaiannya di loker. Eung Do berteriak pada Pan Seok seharusnya dia tidak boleh menghilangkan kesempatan seperti ini.
Pan Seok dan Sa Kyung duduk di bagian luar cafe. Pan Seok seperti tak nyaman dengan kafe yang ramai sekali. Dia pikir seharusnya mereka tidak datang ke tempat ini. Sa Kyung rasa semua cafe yang bagus itu keadaanya pasti ramai dengan pengunjung.
Dia merasa tidak masalah dengan keadaan ini. Sa Kyung langsung menanyakan alasan Soo Sun ada didalam rumahnya. Pan Seok sempet tersedak mendengar pertanyaan pertama Sa Kyung. Pan Seok sudah bilang sebelumnya, Soo Sun tidak punya rumah karena ditipu. Dan dia harus tinggal di tenda diatap kantor.
Sa Kyung mendengar penjelasan dengan bibir yang agak manyun. Pan Seok menjelaskan lagi, dia baru tahu hal ini beberapa hari yang lalu. Saat itu dia melihat hari itu hujan deras,dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia pikir dia tidak bisa mengabaikannya.
Pan Seok melihat wajah Sa Kyung yang cemburu. Dia menjelaskan kalau ia pergi setelah Sa Kyung pergi. Sa Kyung malah mengoda, apakah dia menanyakan itu pada Pan Seok. Pan Seok pikir Sa Kyung bertanya tentang hal itu.
Sa Kyung menanyakan apakah Sa Kyu akan tidur dirumahnya kalau hujan itu datang. Pan Seok tidak akan seperti itu. Dia yakin Soo Sun akan menemukan sebelum hujan datang lagi. Sa Kyung pikir dia tidak ada masalah. Lalu dia menanyakan bagaimana Pan Seok menemukan cafe ini.
Dengan Wajah tersenyum, Pan Seok menceritakan ia mencari di internet dengan mengetik "restoran yang baik untuk kencan". Lalu dia juga mencari "restoran yang bagus kencan bersama oppa" dan ada ribuan tempat yang terdapat di internet.
Dia membaca satu tulisan "aku pergi kesebuah restoran yang bagus dengan oppa di Itaewon hari ini" "aku pergi ke sebuah restoran yang bagus di gangnam dengan oppa hari ini" lalu dia membaca "apa yang enak dan apa yang menjijikan".
Sa Kyung tersenyum mendengar penjelasan mantan suaminya. Tapi Pan Seok heran, banyak orang yang menulis di internet mereka semua pergi ke restoran dengan oppa. Sa Kyung semakin tak bisa menahan tertawanya, dia memalingkan wajahnya ketika tertawa.
Pan Seok pun ikut tertawa. Makanan yang mereka pesan datang. Pan Seok mengambil kulit yang tipis dan langsung memakannya. Sa Kyung tersenyum melihat cara Pan Seok makan. Sementara Sa yung memasukan kulit itu ke dalam air beberapa detik lalu menaruhnya di piring.
Akhirnya Pan Seok yang binggung, ikut menaruh juga sisa kulit yang sudah ia makan. Sa Kyung mengambil macam-macam isi di dalam piring. Sedangkan Pan Seok terlihat bodoh karena di tidak tahu air celupan itu panas. Lalu dia mengeluarkan kulit dari mangkuk dengan sumpit. Sa Kyung semakin tersenyum melihat Pan Seok yang mengeluarkan kulit tidak dalam bentuk bulatan utuh. Pan Seok meniru cara Sa Kyung makan, dia memasukan aneka jenis isi ke dalam kulitnya yang tidak utuh.
Sa Kyung berhasil melipat seperti lumpia. Sedangkan Pan Seok hanya bisa melipat dua kulit yag ia miliki. Setelah Sa Kyung selesai, dia memberikan hasil buatannya pada Pan Seok dan mengucapkan "mari makan oppa".
Pan Seok kaget dengan panggilan sayang oppa dari Sa Kyung. Sa Kyung memperlihatkan wajah datarnya tanpa ekspresi. Lalu Pan Seok menanyakan mengapa Sa Kyung mengatakan perkataan itu madam Kim, dengan menangkat kedua tanganya.
Sa Kyung akhirnya tak bisa menahan rasa tertawanya. Mereka tertawa bersama-sama. Sa Kyung menyuruh Pan Seok mencobanya, dia melihat makanan yang ia buat itu enak. Pan Seok mencoba dan memuji itu sangat enak. Setelah itu Sa Kyung mengajarkan Pan Seok cara membuatnya.
Dia menjelaskan kulit itu dibuat dari beras. Lalu dia membungkus satu lagi untuk Pan Seok. Pan Seok melihat cara bungkus yang berbeda seperti bulatan kecil. Sa Kyung tersenyum dengan komentar bodoh yang diberikan Pan Seok.
Setelah itu mereka jalan-jalan. Sa Kyung mengajak Pan Seok pergi ke bagian disana. Ternyata Sa Kyung mengajak Pan Seok mengajak mencoba-coba bando. Sa Kyung mencoba beberapa bando, Pan Seok berusaha memilihkan satu bando yang cocok.
Dia memilihkan satu bando yang penuh dengan manik-manik. Menurutnya itu terlihat gemerlapan. Sa Kyung tidak mau, menurutnya itu sangat norak.
***
Lalu Sa Kyung memilihkan baju untuk Pan Seok. Dia memilihkan satu kaos dengan kerah bercorak harimau. Dia mencocokan di badan Pan Seok, menurutya baju itu cocok untuk Pan Seok. Pan Seok melihat lewat kaca jadi toko. Dia merasa itu norak sekali dipakai olehnya.
Sa Kyung tersenyum melihat Kaos yang ia pilih dipakai oleh Pan Seok. Pan Seok protes kalau ia bukan Cheetah dan harus mengunakan kaos seperti itu. Sa Kyung mencoba mencari-cari motif yang lain untuk Pan Seok.
Pan Seok menolak semua pakaian yang dipilihkan Sa Kyung. Sa Kyung seperti sengaja mengoda Pan Seok memilihkan baju yang tidak sesuai karakternya, mulai dari kaos bergambar tengkorak dan kemeja berwarna merah dengan banyak gambar. Pan Seok pikir itu sudah cukup. Dia pergi meninggalkan Sa Kyung. Sa Kyung tersenyum melihat sikap Pan Seok.
Sa Kyung membeli dua buah es krim. Dia memberikan salah satunya pada Pan Seok yang sedang berdiri di toko kamera. Pan Seok menunjukan satu kamera dan menanyakan apakah Sa Kyung suka dengan kamera yang itu. Sa Kyung tidak suka dengan kamera itu.
Lalu Pan Seok menunjuk satu kamera lagi. Sa Kyung seperti tak suka dengan tawaran dari Pan Seok, dia mengajak Pan Seok pergi dengan memanggil Seo Pan Bodoh. Pan Seok bukan kesal, dia malah tersenyum mendengar panggilan itu.
Dengan jalan gaya mengoda, dia berkata "mari kita pergi miss tukang senyum". Dia berjalan mendahului Sa Kyung dengan nyentuh sedikit pipi Sa Kyung. Sa Kyung tersenyum dengan cara mengoda Pan Seok yang lucu. Mereka berdua tertawa karena saling mencela satu sama lain.
Mereka berjalan sampai malam hari, tapi tiba-tiba hujan turun. Mereka buru-buru mencari tempat berteduh. Mereka berteduh didepan sebuah toko. Pan Seok mengeluh hujan yang datang dengan tiba-tiba. Mereka berdua tertawa melihat hujan yang cepat sekali datangan tanpa ada tanda-tanda.Sa Kyung melihat hujannya sangat deras. Di depan toko ada genangan air, sebuah mobil berjalan cepat digenangan itu, Pan Seok menutup Sa Kyung yang akan terciprat genangan air. Dia berusaha membersihkan celananya yang terciprat air genangan.
Dia juga menanyakan keadaan Sa Kyung apakah ia baik-baik saja. Sa Kyung malah tersenyum, wajahnya mendekat dan menatap Pan Seok. Lalu dia mencium Pan Seok di depan Toko. Pan Seok tidak menolak ciuman itu, dia menatap Sa Kyung setelah menciumnya.
Mereka malah berdua saling tertawa karena saling menatap satu sama lain. Pan Seok mengengggam erat tangan Sa Kyung. Mereka menunggu hujan reda di depan toko dengan wajah saling tersenyum.
[Bersambung ke Part 2]
*paling suka sama soundtracknya kalo pas Pan Seok sama Sa Kyung lg nge"date" hihihi
Lee Seung Chul - I'm in Love - mp3
Lee Seung Chul - I'm in Love - Lyrics
Lee Seung Chul apanya Lee Seung Gie ya...??? suara nya hampir mirip" apa bapaknya kali... hahaha
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah membaca blog saya