Sinopsis Cunning Single Lady Episode 1 Part 1

Na Ae Ra tertawa-tawa bersama dua orang temannya, Kang Min Young dan Oh Bang Soon. Tebar pesona gitu di depan pria-pria yang akan mengikuti ujian PNS haha.

Seorang pemuda memandang Ae Ra penuh kekaguman. Dia Cha Jung Woo.

Terdengar suara ibu Ae Ra. “Ae Ra-ya, seorang wanita itu punya dua kesempatan. Pertama kesuksesan untuk dirinya sendiri. Kedua, kesempatan bertemu pria yang baik.”
Ibu Ae Ra menginginkan putrinya jangan mencari sembarangan pria. Tempat ujian PNS ini penuh dengan orang yang siap-siap untuk ujian dan semuanya akan tahu jika terjadi sesuatu. Ae Ra tahu itu. Ibu meminta agar Ae Ra bertingkah seolah-olah selebriti di kota ini. “Dan yang pasti jangan pernah bertingkah sebelum benar-benar kau pikirkan.”

“Kubilang aku mengerti.” Ae Ra kesal ibunya benar-benar cerewet.
Ibu menunjuk seorang pemuda yang ada di rumah makannya. “Namanya Cha Jung Woo, dia mempelajari sesuatu yang berhubungan dengan komputer. Tapi bagaimana pun, orang bilang dia belajar hal yang terbaik.”

Ae Ra sengaja berjalan di depan Jung Woo untuk melihat lebih dekat. Jung Woo duduk tertidur dengan makanan di mejanya. Ae Ra memperhatikan lebih dekat. Jung Woo yang tertidur manggut-manggut. Tiba-tiba… cegluk… kepalanya terdorong ke belakang wakakaka. Dia pun terbangun, Ae Ra tertawa melihatnya.
Kemudian muncullah ayah Ae Ra yang mabuk digendong Na Soo Chul, kakaknya Ae Ra. Ayah Ae Ra menyanyi tak karuan. Bahkan Soo Chul pun ikut menyanyi apa yang dinyanyikan ayahnya. Ibu yang kesal memukul-mukul suaminya. “Dimana kau minum sebanyak ini?” Ae Ra yang melihat pemandangan itu hanya bisa menarik nafas panjang.
Soo Chul tiduran di kamar sambil menonton film di laptopnya. Nonton film bokep hahaha…
Ae Ra tiba-tiba masuk ke kamar kakaknya mengambil laptop itu. Tanpa ba bi bu, Ae  Ra membanting laptop haha. Soo Chul melotot kaget, “apa yang kau lakukan? Kenapa kau melakukan ini?” Ae Ra langsung keluar kamar membawa laptop itu. Soo Chul bingung dengan tingkah adiknya.
Ae Ra menghampiri Jung Woo membawa laptop yang sengaja ia rusak. Ia menyerahkan laptop itu untuk meminta bantuan pada Jung Woo agar memperbaikinya. Jung Woo tersenyum malu, bingung gitu, karena si cantik Ae Ra menyapanya. Ia pun menerima laptop itu.
Disebuah kamar Jung Woo memperbaiki laptop Ae Ra yang rusak. “Ada retak di Memory Card-nya.” ucap Jung Woo pada Ae Ra yang berada di ruangan itu bersamanya. Ae Ra melihat-lihat keadaan kamar Jung Woo.

Ae Ra mendekat pada Jung Woo yang memperbaiki laptop. Jung Woo berkata kalau laptop-nya sudah selesai diperbaiki. Ia pun membuka laptop itu dan menyalakannya.

Sebagai bentuk rasa terima kasih, Ae Ra memberikan 10 kupon gratis makan di rumah makan keluarganya. Jung Woo mengembalikan itu dan berkata kalau Ae Ra tak perlu melakukan itu. Ae Ra memaksa agar Jung Woo menerima kupon itu. Tapi Jung Woo mengembalikannya lagi. Ya begitulah, yang satu ngasih yang satu ngembaliin, gitu terus bolak-balik. Hahaha.
Sampai akhirnya keduanya terkejut begitu melihat film yang tadi ditonton oleh Soo Chul. Wakaka. Ae Ra yang terkejut segera menutup laptop wakakaka.
Jung Woo makan di rumah makan keluarga Ae Ra. Ia terkejut begitu membuka nasi dan di atasnya ada telur. Ia tak memesan itu. Ia menoleh ke Ae Ra. Ae Ra tersenyum mengedipkan mata padanya.
Dan hubungan keduanya pun semakin dekat. Ae Ra menemani Jung Woo belajar hingga Ae Ra tertidur di pundak Jung Woo. Jung Woo menoleh dan tersenyum melihat Ae Ra tidur di pundaknya… sweetuu….
Ae Ra menggandeng Jung Woo untuk melihat pengumuman ujian PNS dan hasilnya Jung Woo lulus.
Ae Ra senang bukan main. Ia memeluk Jung Woo dan mendaratkan kecupan di bibir Jung Woo.
Min Young mengambil foto keduanya. Jung Woo dan  Ae Ra tampak bahagia.
Ae Ra dan Jung Woo sudah menikah. Jung Woo menunjukan pada Ae Ra miniatur rumah yang dibuatnya. Ia mengatakan kalau dirinya ingin tinggal di rumah yang seperti itu suatu hari nanti bersama Ae Ra.
Ae Ra berkata kalau ia menginginkan rumah yang jendelanya besar. Jung Woo menyahut kalau itu akan membuat tagihan pemanas ruangannya tinggi. Ae Ra cemberut dan berkata kalau ia juga akan membuat tembok di rumah itu. Ae Ra menambahkan kalau ia juga ingin disemua sudut ruang keluarga ada tanamannya. “Aku akan memeriksa seberapa besar kebahagiaanku tumbuh sementara aku menumbuhkan tanamannya.” Jung Woo tersenyum. Ae Ra menunjuk orang-orangan di miniatur rumah itu. “Yang ini anak kita.”
Jung Woo menyingkirkan miniatur rumahnya. Ae Ra bertanya-tanya sekarang keduanya akan saling memanggil apa, Darling, Honey atau yeobo. Jung Woo tersenyum malu, yeo…bo. Ia pun langsung naik ke tempat tidur diikuti olehh Ae Ra. Hihihi keduanya tertawa-tawa dibalik selimut hahaha.
Ae Ra membuat sarapan untuk suaminya. Jung Woo yang sudah berpakaian rapi tergesa-gesa akan pergi kerja. Ae Ra menyusul ke pintu untuk menyuapkan makanan itu ke mulut suaminya.

Jung Woo berkata sambil mengunyah makanan kalau ia akan menelepon Ae Ra. Ae Ra memberi tahu suaminya kalau ia akan bertemu teman-temannya. Ae Ra menyuapkan satu lagi makanan ke mulut Jung Woo.
Jung Woo berlari keluar tapi ia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke atas dimana tempat tinggalnya. Tampak Ae Ra melambaikan tangan padanya, Jung Woo membalas lambaian tangan Ae Ra. Jung Woo kemudian memperagakan tanda love sambil ngigel-ngigel hahaha. Ae Ra tertawa, ia juga memperagakan tanda love seperti Jung Woo tapi ga pake ngigel-ngigel hahaha.
Ae Ra bertemu dengan teman-temannya disebuah kafe. Seorang teman Ae Ra berkata kalau ia merasa Bang Soon sungguh beruntung karena mertua Bang Soon membelikan apartemen yang luas.
Bang Soon tersenyum berkata kalau ia kesal karena dirinya harus membayar banyak pajak. “Mereka (mertuanya) bilang akan memberiku gedung di Sacho-dong, tapi aku masih memikirkannya.” ucapnya sombong membuat Ae Ra muak.
Tiba-tiba tanpa sengaja Min Young menjatuhkan makanan ke baju Bang Soon. Min Young panik meminta maaf, tapi Bang Soon membentaknya, “Hei baju ini mahal tahu!”
Ae Ra meminta Bang Soon jangan bersikap berlebihan begitu. “Min Young pasti sedang dalam posisi yang canggung, kalau mahal, seberapa mahal sih harganya?” ucap Ae Ra sinis.

Bang Soon berkata kalau Ae Ra tak akan mampu membeli baju yang dikenakannya dengan gaju sebulan suami Ae Ra. Ae Ra tampak marah Bang Soon menghinanya, tapi Min Young memberi kode agar Ae Ra menahan diri.
Ae Ra menerima telepon dari Jung Woo, ia berbicara mesra dengan suaminya hahaha. Manja banget deh logatnya. Ia mengatakan pada Jung Woo kalau ia akan kesana.
Min Young tanya apa itu telepon dari Jung Woo. Ae Ra membenarkan, ia memberi tahu teman-temannya kalau malam ini ia dan Jung Woo akan merayakan 100 hari pernikahan mereka. (wuah perayaan 100 hari jadi inget perayaan 100 hari pernikahannya PM Kwon Yool n Da Jung hehehe)

Min Young ikut bahagia dan menilai kalau Ae Ra dan Jung Woo sekarang ini pasti saling mencintai. “Jika kau melihat siapa yang menikahi pria baik. Ae Ra juga menikah dengan pria biasa-biasa saja. Dia tampan, latar belakang bagus, pintar, PNS tingkat 7.” (PNS tingakt 7 maksudnya apa? Apakah semacam golongan ruang gitu, Gol I, II, III, IV gitu kah hahaha)
Ae Ra meminta Min Young menghentikan ocehan itu, ia sengaja melirik ke arah Bang Soon. “Hei Bang Soon akan marah, suami Bang Soon gagal ujian selama 7 kali. Tapi aku merasa tak enak karena Jung Woo langsung lulus.” sindir Ae Ra.

Bang Soon yang disindir begitu berusaha menahan emosinya, “oh ya, apa tadi kau bilang..  rumahmu masih menyewa?”

Nada suara Ae Ra langsung berubah, “memangnya kenapa?”
Bang Soon tersenyum remeh, “itu karena aku khawatir. Tak mudah bagi orang kelas rendah untuk mendapatkan pekerjaan. Kudengar mereka harus menabung sampai 12 tahun tanpa membelanjakan gaji.”

Ae Ra sepertinya tak mau kalah, “kenapa kau mengkhawatirkan hal seperti itu? ini akan berhasil suatu hari nanti. Kecuali kalau negara bangkrut, gaji akan dibayarkan secara rutin.”
Ae Ra berkata kalau ia malah lebih mengkhawatirkan Bang Sun, ia tahu ayahnya banyak mengalami kegagalan ketika berbisnis, ia menyindir suami Bang Soon yang sekarang berwiraswasta dengan modal pinjaman. “Kau tak tahu kapan kau bangkrut makanya gunakan baik-baik saat kau memilikinya.”

Bang Soon menahan marah, “Apa?”

Ae Ra yang merasa menang, pamit lebih dulu. Bang Soon benar-benar kesal, “bukankah aku seharusnya menjahit mulutnya?” gumamnya kesal.
Ae Ra dan Jung Woo makan di restouran. Keduanya meniup lilin angka 100 tertanda perayaan 100 hari pernikahan mereka. Jung Woo mengucapkan selamat atas perayaan 100 hari pernikahan pada Ae Ra. Keduanya bersulang.

Sebelum makan, Ae Ra ingin perayaan ini ada kenang-kenangannya hehehe. Ia pun berfoto bersama Jung Woo plus kue yang ada lilin 100-nya hahaha.
Jung Woo memotongkan daging yang ada di piring Ae Ra. “Apa kau tak menyesal menikah denganku?” tanya Jung Woo. Ae Ra berkata kenapa ia menyesal karena ia sudah memenuhi impiannya. Jung Woo tak mengerti, impian?

Ae Ra mengatakan kalau semula impiannya adalah menjadi ibu rumah tangga tapi Jung Woo pernah mengatakan sesuatu padanya, ‘kalau kau tak ingin bekerja, lupakan saja segalanya dan menikahlah’ Sejak ia melupakan segalanya dan menikah, ia pun menjadi ibu rumah tangga dan impiannya pun terpenuhi hahaha. Jung Woo tersenyum, ia memberikan piring Ae Ra yang dagingnya sudah ia potong.

Ae Ra menambahkan kalau Jung Woo tidaklah rugi menikah dengannya. “Aku cantik, pintar memasak dan aku juga imut. Tidak banyak lho wanita sepertiku.” Ungkapnya pede. Ae Ra menyombongkan diri kalau ada banyak pria yang mengejarnya. Jung Woo heran kenapa ia tak tahu itu, “aku bilang.. kalau kau tak akan pernah menyesali pilihanmu, ketika aku melamarmu. Aku pasti akan menepati janji itu.”
Jung Woo berkata kalau ia membuat keputusan penting tentang masa depan keduanya. Ae Ra tanya keputusan penting apa.

Jung Woo : “kau akan mengikuti dan percaya padaku apapun yang terjadi, kan?”

Ae Ra menjawab tentu saja. “Kita adalah pasangan yang akan bersama-sama selamanya. Tapi kenapa tiba-tiba kau menanyakan itu?”

Jung Woo : “Sebenanya, aku… hari ini… mengundurkan diri.” (mengundurkan diri dari PNS)

Ae Ra tak jadi memasukan daging ke mulutnya karena terkejut. “Apa kau bilang?”
Jung Woo menjelaskan kalau ia akan membuka sebuah usaha. “Ada sebuah item yang kupikirkan sejak dulu dan aku punya keyakinan (berhasil). Aku akan berhasil dan membuatmu bahagia.”

“Chagi…?” Ae Ra tak suka ide itu.

Jung Woo menggenggam tangan Ae Ra, “kau percaya padaku kan?”

“Chagi…!” suara Ae Ra meninggi karena tak setuju Jung Woo mengundurkan diri dari PNS.
Karena pemasukan rutin dari PNS Jung Woo sudah tak didapatkan, Ae Ra pun ikut membanting tulang. Ia melakukan banyak pekerjaan.
Jung Woo berada di luar apartemen, ia tak bisa masuk ke rumahnya. Walaupun password pintu sudah berkali-kali ia masukan tapi itu tak cocok. Udara dingin luar menusuk hingga ke tulang-tulangnya.

Jung Woo menelepon Ae Ra, “Chagiya…. maaf aku membangunkanmu, pintunya tak mau terbuka.”

Terdengar suara Ae Ra, “tentu saja tak mau terbuka. Aku mengubah password-nya.”

Jung Woo heran, “kau yang melakukannya?”

Ae Ra : “Kecuali kau mendapatkan uang dan membayar hutang-hutang, jangan berpikir kau bisa masuk ke rumah.”

Jung Woo memohon agar Ae Ra membukakan pintu, ia tak punya tempat untuk tidur malam ini. Ae Ra tak peduli, mau Jung Woo tidur di kantor atau dimanapun, itu terserah. Telepon pun ditutup. Jung Woo mengetuk-ngetuk pintu dan memanggil agar Ae Ra mau membukakan pintu untuknya.
Jung Woo tidur di kantornya yang berantakan, ponselnya yang ada di meja bergetar tapi sayang Jung Woo tak tahu. Ae Ra yang meneleponnya dari tempat bekerja. Ae Ra menahan dingin di luar sana. Ia cemas kenapa Jung Woo tak menjawab teleponnya karena hari ini mereka harus membayar sewa rumah. Ia kembali mencoba menghubungi Jung Woo, tapi toko tempat Ae Ra bekerja ada pelanggan yang meminta diambilkan jaket dengan ukuran besar.
Tapi tiba-tiba Ae ra merasakan sesuatu yang sakit di tubuhnya. Karena terlalu lelah bekerja, ia merasakan sakit di perutnya.
Min Young merawat Ae Ra yang sakit ketika Jung Woo belum pulang. Ae Ra membalikan badan dan menyembunyikan air matanya dari Min Young. Tapi Min Young tahu kalau Ae Ra menangis sedih.

Min Young mendengar seseorang membuka pintu. Ia menebak itu Jung Woo yang pulang. Ia bicara berdua dengan Jung Woo.
Min Young memberikan amplop berisi uang pada Jung Woo. Ia sadar kalau jumlahnya tidaklah seberapa. Jung Woo menolak, Min Young tak perlu melakukan itu. Tapi Min Young mendesak agar Jung Woo mau menerima sedikit bantuannya.
Jung Woo yang menyadari dirinya tak punya uang menerima amplop itu. Tapi ia terkejut ketika Ae Ra melihat ia menerima uang pemberian Min Young. Ae Ra menatap sedih, Jung Woo jadi serba salah.
Jung Woo duduk sendirian di rumah sewanya. Ia menunduk sedih memeluk kakinya. Kaca foto pernikahannya dengan Ae Ra pun retak. Pernikahan keduanya kandas. Mereka bercerai.

3 tahun setelah perceraian
Min Young menarik Ae Ra supaya ikut bersamanya tapi Ae Ra malas. Ia akan pulang saja tapi Min Young menarik Ae Ra.
Ketiganya datang ke acara ulang tahun anaknya Oh Bang Soon. Ae Ra senang sekali bercanda tawa dengan anaknya Bang Soon, padahal tadi pas diajak sama Min Young dia ga mau. Eh sekarang betah banget bermain-main sama anaknya Bang Soon hahaha. Min Young cuma bisa bengong dengan mulut menganga hahaha.

Ae Ra memperhatikan anaknya Bang Soon, “Dilihat dari wajahnya dia sepertinya akan membuat banyak gadis menangis.” ucap Ae Ra mengira anak Bang Soon itu laki-laki.

“Dia perempuan.” sahut Bang Soon memakaikan bando ke anaknya hahahaha. Min Young tersenyum geli dengan tebakan Ae Ra yang salah.
Ae Ra mendengar kalau bisnis yang dijalankan suami Bang Soon berjalan lancar, “kudengar dia memulai bisnis kopi.”

Bang Soon tak menyangka kalau Ae Ra mendengar tentang bisnis suaminya tapi ia tak peduli dengan kabar Ae Ra setelah bercarai (makin sombong nih orang). Min Young berkata kalau Ae Ra sekarang tinggal bersamanya.
Bang Soon mencibir, ia juga tahu itu karena sampai sekarang tak ada pria yang Ae Ra temui setelah bercerai. Ae Ra berkata kalau ia tak punya waktu. Bang Soon menilai itu bagus, ia mengenal beberapa pria baik yang menjadi partner bisnis suaminya. Usianya 36 tahun, dia tinggal di Amerika, dia punya hotel di Amerika dan segera membuka satu hotel disini.

Ae Ra terkesan, “apa ada orang seperti itu?”
Bang Soon mengatakan kalau pria itu tidak kekurangan kualitas apapun, tapi kemudian ia ingat kalau Ae Ra pernah bilang bahwa Ae Ra tak suka dengan orang yang berbisnis karena mereka orang yang memiliki hutang. Ia pun tak jadi njomblangin Ae Ra, karena orang-orang di sekitarnya itu hanya pebisnis dari perusahaan besar.

Ae Ra menahan kesal, ah ya tak apa-apa.

Acara ulang tahun pun segera dimulai. Nama anaknya Bang Soon ini Soo Yeon.
Acara pesta ulang tahun anaknya Bang Soon selesai. Ae Ra merasa kalau ia seharusnya menyebut Bang Soon dengan sebutan ratu sombong. Min Young meminta Ae Ra jangan begitu, bukankah Bang Soon bilang akan meminjami uang untuk sewa rumah bulanan. Ae Ra semakin kesal karena itu pasti hanya akal-akalan Bang Soon saja yang terus-menerus menyombongkan diri. Min Young tersenyum mengatakan kalau ia akan mengantar Ae Ra ke tempat kerja.
Di sebuah butik. Seorang wanita yang manjadi pelanggan mengatakan kalau akhir-akhir ini mereka tak bisa pergi ke bandara tanpa make up. Manajer butik membenarkan. Wanita itu menerima telepon dai seseorang, ia terkejut karna yang menelepon (penulis Kim) sedang tak enak badan. Ia menggerutu kenapa jadi begini.
Manajer bertanya apa yang terjadi. Wanita itu mengatakan kalau salah satu aktris mematikan telepon dan kabur. Ia bingung karena syutingnya itu lusa dan tak tahu dimana ia menemukan seorang wanita single. Ia bertanya apa manajer mengenal seorang wanita single.
Bersamaan dengan itu Ae Ra sampai disana, itu tempat Ae Ra bekerja sekarang. Melihat Ae Ra datang Manajer memanggil Ae Ra. Wanita itu menoleh ke arah Ae Ra, ia sepertinya mengerti maksud si Manajer. Ia tersenyum melambaikan tangan pada Ae Ra.
Ae Ra mendapatkan tawaran mengikuti program televisi wanita itu. Tapi Ae Ra tak yakin, bagaimana kalau dirinya mendapatkan vote 0 (nol) ia tak ingin melakukannya. Wanita itu mengatakan kalau Ae Ra ini tipe wanita yang akan disukai pria. “Kupikir kau sudah menikah. Jika aku tahu kau wanita single, aku pasti langsung memintamu.” Ae Ra berterima kasih atas tawarannya, tapi ia benar-benar tak tertarik.
Ae Ra dan Min Young mengepak barang-barang. Ae Ra menceritakan tawaran program TV itu pada Min Young. Min Young merasa kalau Ae Ra seharusnya menerima itu. Ae Ra heran apa sekarang waktunya ia berkencan dengan cara mengikuti acara itu, karena sekarang ini ada banyak kebutuhannya yang membutuhkan uang.
Min Young kesal karena Ae Ra menolak tawaran itu, “kulihat kau menghindari banyak hal karena aku mungkin akan meminta bayaran bulanan. Bagaimanapun kau bertingkah sangat miskin setelah semua itu terjadi.”

“Apa itu jelas terlihat?” canda Ae Ra. Ia berjanji setelah bulan ini ia akan membayar sewa rumah separuhnya.

Min Young heran kenapa Ae Ra yang membayar hutang itu. “Kau ini serba kekurangan.” Ae Ra diam tak mengatakan apapun.
Lalu kita berpindah ke sebuah rumah mewah. Di rumah itu ada dua pria.

“Aigoo… Jung Woo hyung, aku ingat hari-harimu ketika kau menghabiskan waktu di ruang komputer.” sahut pria yang duduk santai di kursi, Gil Yo Han.

Seseorang yang dipanggilnya Jung Woo hyung adalah Cha Jung Woo, mantan suami Ae Ra. Jung Woo berdiri melamun. Kini ia memiliki rumah mewah.
Ae Ra berkunjung ke apartemen mewahnya Bang Soon. Bang Soon ingin tahu ketika Ae Ra masuk ke rumahnya apa Ae Ra tidak marah karena pelayan di rumah ini sangat ketat. Ae Ra merasa kalau keamanan ketat bukankah itu akan aman dan bagus.
Bang Soon pun meminjamkan uang yang ia janjikan ke Ae Ra. Ae Ra berterima kasih menerimanya. “Benar-benar hanya kau (orang yang bisa kuandalkan)”

Tapi Bang Soon malah mencibir, “aku merasa kasihan padamu, kenapa kau bercerai?”

Ae Ra tak menjawab, ia mengatakan kalau itu semua hanya masa lalu. Ia tersenyum mengatakan kalau dirinya baik-baik saja.
Bang Soon berkata kalau itu melegakan, “Selama kau hidup hari-hari bahagia akan datang, kan? Seperti Jung Woo.”

Ae Ra memandang tak mengerti maksud perkataan Bang Soon.

Bang Soon terkejut campur heran, apa Ae Ra tidak tahu. Ae Ra semakin tak mengerti. Bang Soon pun semakin heran apa Ae Ra belum mendengar tentang Jung Woo. “Kau harus melihat koran ekonomi atau semacamnya, jangan selalu menonton gosip selebritis.” Bang Soon memperlihatkan majalah ekonomi.
Ae Ra melihat sampul majalah itu dan terkejut melihat wajah pria yang terpampang sebagai cover majalah, Cha Jung Woo (ada penitinya di jas Jung Woo. Jadi inget Om Do Jin hahaha). Ae Ra terbelalak kaget.

Bang Soon berkata kalau Jung Woo bukan hanya beruntung tapi kelihatannya sekarang dia sudah menjadi seorang chaebol.
Ae Ra tertawa tak percaya, tapi setelah diperhatikan dengan seksama itu benar-benar Jung Woo, mantan suaminya. Ia pun pingsan hahaha.
Cha Jung Woo menghadiri sebuah acara penghargaan untuknya, ia sekarang seorang CEO dari perusahaan D&T software Ventures.
Dalam sambutannya Jung Woo berterima kasih pada semuanya, “Empat tahun lalu saya memulai usaha kecil dengan 3 pekerja. Dan itu menjadi perusahaan terkemuka di era ponsel abad 21. Tugas begikutnya dari perusahaan D&T Software adalah membuat program ponsel yang digunakan untuk bisnis, komunikasi, entertainment. Itu akan menjadi pusat segalanya.”
Setelah selesai acara Jung Woo menerima telepon dari sekretarisnya dan bertanya kenapa mereka ingin menemuinya. Sekretarisnya menjawab tidak tahu.
Jung Woo pun menemui seseorang disebuah ruangan, ternyata dia seorang wanita (cameo, Wang Bit Na). Wanita itu tersenyum menyapa Jung Woo. Jung Woo heran karena ia sebenarnya harus melakukan pertemuan dengan Presdir Cha.

Wanita itu berkata kalau sepertinya Jung Woo belum mendengar, “Kurasa ayah ingin mengenalkanku padamu.” ucap wanita itu yang ternyata putri Presdir Cha yang sedang melakukan kencan buta dengan Jung Woo.

Jung Woo malas melakukan pertemuan seperti ini ia pun berpesan kalau ia akan menemui Presdir Cha lain waktu. Ia permisi akan pergi. Tapi Nona Cha mengatakan kalau ia datang dari New York dengan penerbangan 10 jam sengaja untuk menemui Jung Woo. Tak bisakah ia mendapatkan waktu Jung Woo selama 10 menit saja.
Keduanya pun duduk, Nona Cha tahu kalau sebelumnya Jung Woo pernah terluka dalam percintaan, ia juga sama. Ia mengatakan kalau itu tidaklah penting, “Haruskah kukatakan bahwa aku harus lebih fokus pada masa depan dibanding masa lalu? Jika kau tak keberatan dengan itu, aku ingin mengundang makan malam keluarga minggu depan.”
Jung Woo menatap tak suka ada yang membahas masa lalunya. “Kuharap kau bersenang-senang dengan keluargamu dalam makan malam itu,” sela Jung Woo. Jung Woo mengatakan kalau ia tak nyaman dengan orang-orang yang tidak ia kenal. Jung Woo melihat jam tangannya dan mengingatkan kalau waktu 10 menit sudah habis. Ia sudah mengatakan apa yang ingin ia katakan, kalau Nona Cha tak ingin mengatakan hal lain ia akan…
Jung Woo tak enak mengatakan kalau ia akan keluar lebih dulu. Ia pun mempersilahkan Nona Cha untuk keluar lebih dulu agar terkesan bukan Nona Cha yang ditinggalkan lebih dulu.

Nona Cha menahan jengkel, ia pun keluar lebih dulu dan hampir saja bertabrakan dengan sekretarisnya Jung Woo, Gil Yo Han.
Sekretaris Gil heran melihat Nona Cha pergi lebih dulu dengan tampang ditekuk, “ada apa?”

Jung Woo tersenyum, “seorang yang tidak memiliki tas diberitahu kalau mereka akan membelikan sebuah tas untuknya. Karena kubilang aku tak mau, dia mungkin marah.”

Sekretaris Gil melihat jam tangan dan mengingatkan kalau sekarang Jung Woo harus segera pergi karena ada wawancara dengan wartawan.
Dalam wawancara, wartawan mengucapkan selamat pada Jung Woo atas penghargaan yang diterima. Mereka pun bertanya, bagaimana rasanya menjadi pebisnis sosial network terbaik.

Jung Woo : “Untuk menjadi nomor satu bukanlah tujuanku tapi dengan pemikiran untuk menawarkan pelayanan terbaik pada konsumen, aku hanya melakukan yang terbaik.”

Sekretaris Gil berdiri di belakang para wartawan tersenyum mendengar penjelasan Jung Woo.

Wartawan : “Saat anda memulai usaha, saya mendengar kalau awalnya sangat sulit. Kapankah saat-saat tersulit itu?”

Jung Woo tersenyum, “aku tak yakin. Ada banyak saat-saat tersulit yang tak terhitung. Di luar semua itu, yang paling sulit adalah……”

Flashback
Ae Ra marah karena Jung Woo tak mendapatkan investasi lagi. Jung Woo yang sedang makan pun diambil lagi makanannya oleh Ae Ra. Ae Ra tak peduli Jung Woo lapar atau tidak. “kau bahkan tak berhak makan.”

Flashback end
Jung Woo : “dinginnya hati orang yang paling kupercayai, saat itu benar-benar sulit.”

Wartawan berkata kalau Jung Woo meraih kesuksesan ini setelah tujuh tahun, siapakah orang yang memberikan pengaruh bagi kesuksesan Jung Woo. “Jika anda harus memilih orang yang paling ingin anda ucapkan terima kasih, siapa dia?”

Jung Woo berkata kalau banyak orang yang membantunya, tapi jika ia harus memilih…

Flashback
Ae Ra dan Jung Woo berada di depan gedung pengadilan. Jung Woo berusaha menahan Ae Ra untuk mempertimbangkan kembali keputusan perceraian ini, apa Ae Ra harus jadi seperti ini. Ia meyakinkan ada banyak orang yang akan berinvestasi dalam produk yang ia ciptakan dan reaksinya juga bagus dan kalau ini berjalan lancar…
Ae Ra tak mau mendengar omong kosong itu, “apa kau ingin melakukan ini selamanya kemudian membunyikan bel (meninggal)? Jika kau melakukannya selama 4 tahun, itu sudah cukup. Itu artinya tidak ada harapan. Aku tak bisa lagi hidup seperti ini.” Ia memantapkan hatinya untuk bercerai dari Jung Woo.

Jung Woo mengingatkan bukankah kita ini pasangan. “Melewati masa sulit, sedih, bukankah kita berjanji saling bergantung satu sama lain.”

Ae Ra : “tidak. Kurasa kau salah mengerti sesuatu, kita adalah pasangan saat kau memberiku makan dan bukan pasangan saat aku harus memberimu makan. Kau dapatkan saja sumbangan orang miskin itu sendirian. Jangan pernah menyeretku ke dalam selokan juga.”

Ae Ra berlalu masuk ke gedung pengadilan dengan tetap pada pendiriannya bercerai dari Jung Woo. Jung Woo menatap sedih dengan perasaan terluka.

Flashback end
Mengingat saat-saat dirinya terluka seperti itu membuat Jung Woo terlihat marah. “Orang yang membuatku menggertakkan gigi agar sukses……”

Wartawan heran dan saling berpandangan dengan sikap Jung Woo yang tiba-tiba seperti orang marah.

Menyadari dirinya sudah kelepasan Jung Woo tersenyum, “Jika bukan karena orang itu aku tak akan sesukses hari ini.”
Ae Ra menunjukan majalah ber-cover Jung Woo pada Min Young. Ae Ra tertunduk menyembunyikan wajahnya. Min Young bertanya apa Ae Ra menangis.
Ae Ra mengangkat wajahnya menahan marah, “Pepatah mengatakan bahwa seseorang yang tidak beruntung dengan suami akan tak beruntung juga dalam hal keuangan. Si brengsek itu.. dia sama sekali tak pernah menampakan sehelai rambut pun karena dia sudah sukses.”
Min Young berkata ketika Ae Ra mengambil jalan untuk berpisah bukankah tak ada alasan bagi Jung Woo untuk menampakan sehelai rambut pun pada Ae Ra. Ae Ra membela diri tetap saja sama, ada sesuatu yang disebut kasih sayang. Min Young ingin tahu apa Ae Ra melakukan itu karena perut yang sakit itu.
Ae Ra berkata ini bukan karena perutnya sakit. Itu karena ini tidak adil. “Kau bayangkan… membayar biaya pengembangan penelitian Cha Jung Woo, apa kau tahu betapa menderitanya aku?”

Flashback
Ae Ra bekerja keras melakukan pekerjaan apapun.

“dalam udara sedingin itu di pasar aku menderita radang karena menjual baju baju. Di Call centre aku menjawab telepon sampai aku mendengar sesuatu. Aku terbakar panggangan panas saat melayani pelanggan. Jariku teriris saat memotong kue beras. Aku ditendang keluar saat aku ketahuan menjual asuransi….”

Flashback end
“Jika aku tak melakukan itu bagaimana dengan penelitiannya? Dengan uang apa dia melakukan itu?” cibir Ae Ra.

Min Young membenarkan.
Ae Ra : “Dan yang terpenting lagi, sms gratis yang dilakukan Cha Jung Woo. Jika kau menghitung dan melihatnya, dia mengembangkan produk itu karena aku.”

“Apa maksudmu?” tanya Min Young.

Flashback
“Saat aku menjadi agen asuransi, aku mengirim 200 sms ke pelanggan.”
Ae Ra terkejut kenapa tagihan sms-nya besar sekali. Ia pun ngomel-ngomel ke Jung Woo, “Jangan menciptakan sesuatu yang tidak berguna dan ciptakanlah sesuatu yang bisa mengirimkan sms secara gratis.” (hahaha)

Flashback end
Ae Ra : “Apa kau tahu kenapa perban dibuat? Jari istrinya teriris ketika sedang mengiris, jadi bukankah si suami berpikir, ‘apa yang harus kulakukan?’ lalu dia meletakan perban seperti ini dan plester, kemudian membungkusnya seperti ini. Jadi darahnya berhenti. Dia menggunakan inspirasi yang dia dapatkan dari itu untuk mengajukan proposal produk baru berdasarkan itu. Jika jari istri tidak teriris, akankah si suami mendapatkan ide itu?”

Min Young : “Jadi, setelah Jung Woo melihat kau tidak senang karena tagihan sms, dia menciptakan itu?”

“Benar sekali.” ucap Ae Ra. “Kalau dia punya kesadaran, kurasa dia harus memberiku persentase atas kekayaan intelektual.”
Min Young menilai ucapan Ae Ra ini omong kosong, “Kekayaan intelektual? Wanita yang bahkan tidak bisa mendapatkan tunjangan perceraian, kekayaan intelektual apanya?”

Ae Ra kesal, apa ia tidak menerima tunjangan itu karena ia tidak menginginkannya. “Aku tak bisa mendapatkannya karena dia bangkrut.”

Min Young : “Jadi kenapa kau bercerai saat kau miskin? Kau seharusnya bercarai saat dia kaya.”

Hahahahahaha
Ae Ra yang sangat marah meneguk bir dalam sekali teguk. “Aku tak akan tinggal diam.” ucapnya tajam.

Apa yang akan dilakukan Ae Ra?





No comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah membaca blog saya