Na Ae Ra tertawa-tawa
bersama dua orang temannya, Kang Min Young dan Oh Bang Soon. Tebar pesona gitu di
depan pria-pria yang akan mengikuti ujian PNS haha.
Seorang pemuda memandang Ae
Ra penuh kekaguman. Dia Cha Jung Woo.
Terdengar suara ibu Ae Ra.
“Ae Ra-ya, seorang wanita itu punya dua kesempatan. Pertama kesuksesan untuk
dirinya sendiri. Kedua, kesempatan bertemu pria yang baik.”
Ibu Ae Ra menginginkan
putrinya jangan mencari sembarangan pria. Tempat ujian PNS ini penuh dengan
orang yang siap-siap untuk ujian dan semuanya akan tahu jika terjadi sesuatu. Ae
Ra tahu itu. Ibu meminta agar Ae Ra bertingkah seolah-olah selebriti di kota
ini. “Dan yang pasti jangan pernah bertingkah sebelum benar-benar kau pikirkan.”
“Kubilang aku mengerti.”
Ae Ra kesal ibunya benar-benar cerewet.
Ibu menunjuk seorang
pemuda yang ada di rumah makannya. “Namanya Cha Jung Woo, dia mempelajari
sesuatu yang berhubungan dengan komputer. Tapi bagaimana pun, orang bilang dia
belajar hal yang terbaik.”
Ae Ra sengaja berjalan di
depan Jung Woo untuk melihat lebih dekat. Jung Woo duduk tertidur dengan
makanan di mejanya. Ae Ra memperhatikan lebih dekat. Jung Woo yang tertidur
manggut-manggut. Tiba-tiba… cegluk… kepalanya terdorong ke belakang wakakaka.
Dia pun terbangun, Ae Ra tertawa melihatnya.
Kemudian muncullah ayah Ae
Ra yang mabuk digendong Na Soo Chul, kakaknya Ae Ra. Ayah Ae Ra menyanyi tak
karuan. Bahkan Soo Chul pun ikut menyanyi apa yang dinyanyikan ayahnya. Ibu
yang kesal memukul-mukul suaminya. “Dimana kau minum sebanyak ini?” Ae Ra yang
melihat pemandangan itu hanya bisa menarik nafas panjang.
Soo Chul tiduran di kamar
sambil menonton film di laptopnya. Nonton film bokep hahaha…
Ae Ra tiba-tiba masuk ke
kamar kakaknya mengambil laptop itu. Tanpa ba bi bu, Ae Ra membanting laptop haha. Soo Chul melotot
kaget, “apa yang kau lakukan? Kenapa kau melakukan ini?” Ae Ra langsung keluar
kamar membawa laptop itu. Soo Chul bingung dengan tingkah adiknya.
Ae Ra menghampiri Jung Woo
membawa laptop yang sengaja ia rusak. Ia menyerahkan laptop itu untuk meminta
bantuan pada Jung Woo agar memperbaikinya. Jung Woo tersenyum malu, bingung
gitu, karena si cantik Ae Ra menyapanya. Ia pun menerima laptop itu.
Disebuah kamar Jung Woo
memperbaiki laptop Ae Ra yang rusak. “Ada retak di Memory Card-nya.” ucap Jung Woo
pada Ae Ra yang berada di ruangan itu bersamanya. Ae Ra melihat-lihat keadaan
kamar Jung Woo.
Ae Ra mendekat pada Jung Woo
yang memperbaiki laptop. Jung Woo berkata kalau laptop-nya sudah selesai
diperbaiki. Ia pun membuka laptop itu dan menyalakannya.
Sebagai bentuk rasa terima
kasih, Ae Ra memberikan 10 kupon gratis makan di rumah makan keluarganya. Jung Woo
mengembalikan itu dan berkata kalau Ae Ra tak perlu melakukan itu. Ae Ra memaksa
agar Jung Woo menerima kupon itu. Tapi Jung Woo mengembalikannya lagi. Ya
begitulah, yang satu ngasih yang satu ngembaliin, gitu terus bolak-balik.
Hahaha.
Sampai akhirnya keduanya
terkejut begitu melihat film yang tadi ditonton oleh Soo Chul. Wakaka. Ae Ra
yang terkejut segera menutup laptop wakakaka.
Jung Woo makan di rumah
makan keluarga Ae Ra. Ia terkejut begitu membuka nasi dan di atasnya ada telur.
Ia tak memesan itu. Ia menoleh ke Ae Ra. Ae Ra tersenyum mengedipkan mata
padanya.
Dan hubungan keduanya pun
semakin dekat. Ae Ra menemani Jung Woo belajar hingga Ae Ra tertidur di pundak Jung
Woo. Jung Woo menoleh dan tersenyum melihat Ae Ra tidur di pundaknya… sweetuu….
Ae Ra menggandeng Jung Woo
untuk melihat pengumuman ujian PNS dan hasilnya Jung Woo lulus.
Ae Ra senang
bukan main. Ia memeluk Jung Woo dan mendaratkan kecupan di bibir Jung Woo.
Min Young mengambil foto
keduanya. Jung Woo dan Ae Ra tampak
bahagia.
Ae Ra dan Jung Woo sudah
menikah. Jung Woo menunjukan pada Ae Ra miniatur rumah yang dibuatnya. Ia
mengatakan kalau dirinya ingin tinggal di rumah yang seperti itu suatu hari
nanti bersama Ae Ra.
Ae Ra berkata kalau ia
menginginkan rumah yang jendelanya besar. Jung Woo menyahut kalau itu akan
membuat tagihan pemanas ruangannya tinggi. Ae Ra cemberut dan berkata kalau ia
juga akan membuat tembok di rumah itu. Ae Ra menambahkan kalau ia juga ingin disemua
sudut ruang keluarga ada tanamannya. “Aku akan memeriksa seberapa besar
kebahagiaanku tumbuh sementara aku menumbuhkan tanamannya.” Jung Woo tersenyum.
Ae Ra menunjuk orang-orangan di miniatur rumah itu. “Yang ini anak kita.”
Jung Woo menyingkirkan
miniatur rumahnya. Ae Ra bertanya-tanya sekarang keduanya akan saling memanggil
apa, Darling, Honey atau yeobo. Jung Woo tersenyum malu, yeo…bo. Ia pun langsung
naik ke tempat tidur diikuti olehh Ae Ra. Hihihi keduanya tertawa-tawa dibalik
selimut hahaha.
Ae Ra membuat sarapan
untuk suaminya. Jung Woo yang sudah berpakaian rapi tergesa-gesa akan pergi kerja.
Ae Ra menyusul ke pintu untuk menyuapkan makanan itu ke mulut suaminya.
Jung Woo berkata sambil
mengunyah makanan kalau ia akan menelepon Ae Ra. Ae Ra memberi tahu suaminya
kalau ia akan bertemu teman-temannya. Ae Ra menyuapkan satu lagi makanan ke
mulut Jung Woo.
Jung Woo berlari keluar
tapi ia tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke atas dimana tempat
tinggalnya. Tampak Ae Ra melambaikan tangan padanya, Jung Woo membalas lambaian
tangan Ae Ra. Jung Woo kemudian memperagakan tanda love sambil ngigel-ngigel
hahaha. Ae Ra tertawa, ia juga memperagakan tanda love seperti Jung Woo tapi ga
pake ngigel-ngigel hahaha.
Ae Ra bertemu dengan teman-temannya
disebuah kafe. Seorang teman Ae Ra berkata kalau ia merasa Bang Soon sungguh
beruntung karena mertua Bang Soon membelikan apartemen yang luas.
Bang Soon tersenyum
berkata kalau ia kesal karena dirinya harus membayar banyak pajak. “Mereka (mertuanya)
bilang akan memberiku gedung di Sacho-dong, tapi aku masih memikirkannya.”
ucapnya sombong membuat Ae Ra muak.
Tiba-tiba tanpa sengaja Min
Young menjatuhkan makanan ke baju Bang Soon. Min Young panik meminta maaf, tapi
Bang Soon membentaknya, “Hei baju ini mahal tahu!”
Ae Ra meminta Bang Soon
jangan bersikap berlebihan begitu. “Min Young pasti sedang dalam posisi yang
canggung, kalau mahal, seberapa mahal sih harganya?” ucap Ae Ra sinis.
Bang Soon berkata kalau Ae
Ra tak akan mampu membeli baju yang dikenakannya dengan gaju sebulan suami Ae Ra.
Ae Ra tampak marah Bang Soon menghinanya, tapi Min Young memberi kode agar Ae Ra
menahan diri.
Ae Ra menerima telepon
dari Jung Woo, ia berbicara mesra dengan suaminya hahaha. Manja banget deh
logatnya. Ia mengatakan pada Jung Woo kalau ia akan kesana.
Min Young tanya apa itu
telepon dari Jung Woo. Ae Ra membenarkan, ia memberi tahu teman-temannya kalau
malam ini ia dan Jung Woo akan merayakan 100 hari pernikahan mereka. (wuah
perayaan 100 hari jadi inget perayaan 100 hari pernikahannya PM Kwon Yool n Da Jung
hehehe)
Min Young ikut bahagia dan
menilai kalau Ae Ra dan Jung Woo sekarang ini pasti saling mencintai. “Jika kau
melihat siapa yang menikahi pria baik. Ae Ra juga menikah dengan pria biasa-biasa
saja. Dia tampan, latar belakang bagus, pintar, PNS tingkat 7.” (PNS tingakt 7
maksudnya apa? Apakah semacam golongan ruang gitu, Gol I, II, III, IV gitu kah
hahaha)
Ae Ra meminta Min Young
menghentikan ocehan itu, ia sengaja melirik ke arah Bang Soon. “Hei Bang Soon
akan marah, suami Bang Soon gagal ujian selama 7 kali. Tapi aku merasa tak enak
karena Jung Woo langsung lulus.” sindir Ae Ra.
Bang Soon yang disindir
begitu berusaha menahan emosinya, “oh ya, apa tadi kau bilang.. rumahmu masih menyewa?”
Nada suara Ae Ra langsung
berubah, “memangnya kenapa?”
Bang Soon tersenyum remeh,
“itu karena aku khawatir. Tak mudah bagi orang kelas rendah untuk mendapatkan
pekerjaan. Kudengar mereka harus menabung sampai 12 tahun tanpa membelanjakan
gaji.”
Ae Ra sepertinya tak mau
kalah, “kenapa kau mengkhawatirkan hal seperti itu? ini akan berhasil suatu
hari nanti. Kecuali kalau negara bangkrut, gaji akan dibayarkan secara rutin.”
Ae Ra berkata kalau ia
malah lebih mengkhawatirkan Bang Sun, ia tahu ayahnya banyak mengalami
kegagalan ketika berbisnis, ia menyindir suami Bang Soon yang sekarang
berwiraswasta dengan modal pinjaman. “Kau tak tahu kapan kau bangkrut makanya
gunakan baik-baik saat kau memilikinya.”
Bang Soon menahan marah, “Apa?”
Ae Ra yang merasa menang,
pamit lebih dulu. Bang Soon benar-benar kesal, “bukankah aku seharusnya
menjahit mulutnya?” gumamnya kesal.
Ae Ra dan Jung Woo makan
di restouran. Keduanya meniup lilin angka 100 tertanda perayaan 100 hari
pernikahan mereka. Jung Woo mengucapkan selamat atas perayaan 100 hari
pernikahan pada Ae Ra. Keduanya bersulang.
Sebelum makan, Ae Ra ingin
perayaan ini ada kenang-kenangannya hehehe. Ia pun berfoto bersama Jung Woo
plus kue yang ada lilin 100-nya hahaha.
Jung Woo memotongkan
daging yang ada di piring Ae Ra. “Apa kau tak menyesal menikah denganku?” tanya
Jung Woo. Ae Ra berkata kenapa ia menyesal karena ia sudah memenuhi impiannya. Jung
Woo tak mengerti, impian?
Ae Ra mengatakan kalau
semula impiannya adalah menjadi ibu rumah tangga tapi Jung Woo pernah
mengatakan sesuatu padanya, ‘kalau kau tak ingin bekerja, lupakan saja
segalanya dan menikahlah’ Sejak ia melupakan segalanya dan menikah, ia pun
menjadi ibu rumah tangga dan impiannya pun terpenuhi hahaha. Jung Woo
tersenyum, ia memberikan piring Ae Ra yang dagingnya sudah ia potong.
Ae Ra menambahkan kalau Jung
Woo tidaklah rugi menikah dengannya. “Aku cantik, pintar memasak dan aku juga
imut. Tidak banyak lho wanita sepertiku.” Ungkapnya pede. Ae Ra menyombongkan
diri kalau ada banyak pria yang mengejarnya. Jung Woo heran kenapa ia tak tahu
itu, “aku bilang.. kalau kau tak akan pernah menyesali pilihanmu, ketika aku
melamarmu. Aku pasti akan menepati janji itu.”
Jung Woo berkata kalau ia
membuat keputusan penting tentang masa depan keduanya. Ae Ra tanya keputusan
penting apa.
Jung Woo : “kau akan
mengikuti dan percaya padaku apapun yang terjadi, kan?”
Ae Ra menjawab tentu saja.
“Kita adalah pasangan yang akan bersama-sama selamanya. Tapi kenapa tiba-tiba
kau menanyakan itu?”
Jung Woo : “Sebenanya,
aku… hari ini… mengundurkan diri.” (mengundurkan diri dari PNS)
Ae Ra tak jadi memasukan
daging ke mulutnya karena terkejut. “Apa kau bilang?”
Jung Woo menjelaskan kalau
ia akan membuka sebuah usaha. “Ada sebuah item yang kupikirkan sejak dulu dan
aku punya keyakinan (berhasil). Aku akan berhasil dan membuatmu bahagia.”
“Chagi…?” Ae Ra tak suka
ide itu.
Jung Woo menggenggam
tangan Ae Ra, “kau percaya padaku kan?”
“Chagi…!” suara Ae Ra
meninggi karena tak setuju Jung Woo mengundurkan diri dari PNS.
Karena pemasukan rutin
dari PNS Jung Woo sudah tak didapatkan, Ae Ra pun ikut membanting tulang. Ia
melakukan banyak pekerjaan.
Jung Woo berada di luar
apartemen, ia tak bisa masuk ke rumahnya. Walaupun password pintu sudah berkali-kali
ia masukan tapi itu tak cocok. Udara dingin luar menusuk hingga ke tulang-tulangnya.
Jung Woo menelepon Ae Ra, “Chagiya….
maaf aku membangunkanmu, pintunya tak mau terbuka.”
Terdengar suara Ae Ra, “tentu
saja tak mau terbuka. Aku mengubah password-nya.”
Jung Woo heran, “kau yang
melakukannya?”
Ae Ra : “Kecuali kau
mendapatkan uang dan membayar hutang-hutang, jangan berpikir kau bisa masuk ke
rumah.”
Jung Woo memohon agar Ae Ra
membukakan pintu, ia tak punya tempat untuk tidur malam ini. Ae Ra tak peduli,
mau Jung Woo tidur di kantor atau dimanapun, itu terserah. Telepon pun ditutup.
Jung Woo mengetuk-ngetuk pintu dan memanggil agar Ae Ra mau membukakan pintu
untuknya.
Jung Woo tidur di
kantornya yang berantakan, ponselnya yang ada di meja bergetar tapi sayang Jung
Woo tak tahu. Ae Ra yang meneleponnya dari tempat bekerja. Ae Ra menahan dingin
di luar sana. Ia cemas kenapa Jung Woo tak menjawab teleponnya karena hari ini
mereka harus membayar sewa rumah. Ia kembali mencoba menghubungi Jung Woo, tapi
toko tempat Ae Ra bekerja ada pelanggan yang meminta diambilkan jaket dengan
ukuran besar.
Tapi tiba-tiba Ae ra
merasakan sesuatu yang sakit di tubuhnya. Karena terlalu lelah bekerja, ia merasakan
sakit di perutnya.
Min Young merawat Ae Ra
yang sakit ketika Jung Woo belum pulang. Ae Ra membalikan badan dan
menyembunyikan air matanya dari Min Young. Tapi Min Young tahu kalau Ae Ra
menangis sedih.
Min Young mendengar
seseorang membuka pintu. Ia menebak itu Jung Woo yang pulang. Ia bicara berdua
dengan Jung Woo.
Min Young memberikan
amplop berisi uang pada Jung Woo. Ia sadar kalau jumlahnya tidaklah seberapa.
Jung Woo menolak, Min Young tak perlu melakukan itu. Tapi Min Young mendesak
agar Jung Woo mau menerima sedikit bantuannya.
Jung Woo yang menyadari
dirinya tak punya uang menerima amplop itu. Tapi ia terkejut ketika Ae Ra
melihat ia menerima uang pemberian Min Young. Ae Ra menatap sedih, Jung Woo
jadi serba salah.
Jung Woo duduk sendirian
di rumah sewanya. Ia menunduk sedih memeluk kakinya. Kaca foto pernikahannya
dengan Ae Ra pun retak. Pernikahan keduanya kandas. Mereka bercerai.
3 tahun setelah perceraian
Min Young menarik Ae Ra
supaya ikut bersamanya tapi Ae Ra malas. Ia akan pulang saja tapi Min Young menarik
Ae Ra.
Ketiganya datang ke acara
ulang tahun anaknya Oh Bang Soon. Ae Ra senang sekali bercanda tawa dengan
anaknya Bang Soon, padahal tadi pas diajak sama Min Young dia ga mau. Eh
sekarang betah banget bermain-main sama anaknya Bang Soon hahaha. Min Young cuma
bisa bengong dengan mulut menganga hahaha.
Ae Ra memperhatikan
anaknya Bang Soon, “Dilihat dari wajahnya dia sepertinya akan membuat banyak
gadis menangis.” ucap Ae Ra mengira anak Bang Soon itu laki-laki.
“Dia perempuan.” sahut Bang
Soon memakaikan bando ke anaknya hahahaha. Min Young tersenyum geli dengan
tebakan Ae Ra yang salah.
Ae Ra mendengar kalau
bisnis yang dijalankan suami Bang Soon berjalan lancar, “kudengar dia memulai
bisnis kopi.”
Bang Soon tak menyangka
kalau Ae Ra mendengar tentang bisnis suaminya tapi ia tak peduli dengan kabar Ae
Ra setelah bercarai (makin sombong nih orang). Min Young berkata kalau Ae Ra
sekarang tinggal bersamanya.
Bang Soon mencibir, ia
juga tahu itu karena sampai sekarang tak ada pria yang Ae Ra temui setelah
bercerai. Ae Ra berkata kalau ia tak punya waktu. Bang Soon menilai itu bagus,
ia mengenal beberapa pria baik yang menjadi partner bisnis suaminya. Usianya 36
tahun, dia tinggal di Amerika, dia punya hotel di Amerika dan segera membuka
satu hotel disini.
Ae Ra terkesan, “apa ada
orang seperti itu?”
Bang Soon mengatakan kalau
pria itu tidak kekurangan kualitas apapun, tapi kemudian ia ingat kalau Ae Ra
pernah bilang bahwa Ae Ra tak suka dengan orang yang berbisnis karena mereka
orang yang memiliki hutang. Ia pun tak jadi njomblangin Ae Ra, karena orang-orang
di sekitarnya itu hanya pebisnis dari perusahaan besar.
Ae Ra menahan kesal, ah ya
tak apa-apa.
Acara ulang tahun pun
segera dimulai. Nama anaknya Bang Soon ini Soo Yeon.
Acara pesta ulang tahun
anaknya Bang Soon selesai. Ae Ra merasa kalau ia seharusnya menyebut Bang Soon
dengan sebutan ratu sombong. Min Young meminta Ae Ra jangan begitu, bukankah Bang
Soon bilang akan meminjami uang untuk sewa rumah bulanan. Ae Ra semakin kesal
karena itu pasti hanya akal-akalan Bang Soon saja yang terus-menerus
menyombongkan diri. Min Young tersenyum mengatakan kalau ia akan mengantar Ae Ra ke tempat kerja.
Di sebuah butik. Seorang wanita yang
manjadi pelanggan mengatakan kalau akhir-akhir ini mereka tak bisa pergi ke
bandara tanpa make up. Manajer butik membenarkan. Wanita itu menerima telepon
dai seseorang, ia terkejut karna yang menelepon (penulis Kim) sedang tak enak
badan. Ia menggerutu kenapa jadi begini.
Manajer bertanya apa yang
terjadi. Wanita itu mengatakan kalau salah satu aktris mematikan telepon dan
kabur. Ia bingung karena syutingnya itu lusa dan tak tahu dimana ia menemukan
seorang wanita single. Ia bertanya apa manajer
mengenal seorang wanita single.
Bersamaan dengan itu Ae Ra
sampai disana, itu tempat Ae Ra bekerja sekarang. Melihat Ae Ra datang Manajer
memanggil Ae Ra. Wanita itu menoleh ke arah Ae Ra, ia sepertinya mengerti
maksud si Manajer. Ia tersenyum melambaikan tangan pada Ae Ra.
Ae Ra mendapatkan tawaran
mengikuti program televisi wanita itu. Tapi Ae Ra tak yakin, bagaimana kalau dirinya
mendapatkan vote 0 (nol) ia tak ingin melakukannya. Wanita itu mengatakan kalau
Ae Ra ini tipe wanita yang akan disukai pria. “Kupikir kau sudah menikah. Jika
aku tahu kau wanita single, aku pasti langsung memintamu.” Ae Ra
berterima kasih atas tawarannya, tapi ia benar-benar tak tertarik.
Ae Ra dan Min Young
mengepak barang-barang. Ae Ra menceritakan tawaran program TV itu pada Min Young.
Min Young merasa kalau Ae Ra seharusnya menerima itu. Ae Ra heran apa sekarang
waktunya ia berkencan dengan cara mengikuti acara itu, karena sekarang ini ada
banyak kebutuhannya yang membutuhkan uang.
Min Young kesal karena Ae Ra
menolak tawaran itu, “kulihat kau menghindari banyak hal karena aku mungkin
akan meminta bayaran bulanan. Bagaimanapun kau bertingkah sangat miskin setelah
semua itu terjadi.”
“Apa itu jelas terlihat?” canda
Ae Ra. Ia berjanji setelah bulan ini ia akan membayar sewa rumah separuhnya.
Min Young heran kenapa Ae Ra
yang membayar hutang itu. “Kau ini serba kekurangan.” Ae Ra diam tak mengatakan
apapun.
Lalu kita berpindah ke
sebuah rumah mewah. Di rumah itu ada dua pria.
“Aigoo… Jung Woo hyung,
aku ingat hari-harimu ketika kau menghabiskan waktu di ruang komputer.” sahut
pria yang duduk santai di kursi, Gil Yo Han.
Seseorang yang
dipanggilnya Jung Woo hyung adalah Cha Jung Woo, mantan suami Ae Ra. Jung Woo
berdiri melamun. Kini ia memiliki rumah mewah.
Ae Ra berkunjung ke
apartemen mewahnya Bang Soon. Bang Soon ingin tahu ketika Ae Ra masuk ke
rumahnya apa Ae Ra tidak marah karena pelayan di rumah ini sangat ketat. Ae Ra
merasa kalau keamanan ketat bukankah itu akan aman dan bagus.
Bang Soon pun meminjamkan
uang yang ia janjikan ke Ae Ra. Ae Ra berterima kasih menerimanya. “Benar-benar
hanya kau (orang yang bisa kuandalkan)”
Tapi Bang Soon malah
mencibir, “aku merasa kasihan padamu, kenapa kau bercerai?”
Ae Ra tak menjawab, ia
mengatakan kalau itu semua hanya masa lalu. Ia tersenyum mengatakan kalau
dirinya baik-baik saja.
Bang Soon berkata kalau itu melegakan, “Selama kau
hidup hari-hari bahagia akan datang, kan? Seperti Jung Woo.”
Ae Ra memandang tak mengerti
maksud perkataan Bang Soon.
Bang Soon terkejut campur heran, apa Ae Ra
tidak tahu. Ae Ra semakin tak mengerti. Bang Soon pun semakin heran apa Ae Ra
belum mendengar tentang Jung Woo. “Kau harus melihat koran ekonomi atau
semacamnya, jangan selalu menonton gosip selebritis.” Bang Soon memperlihatkan
majalah ekonomi.
Ae Ra melihat sampul
majalah itu dan terkejut melihat wajah pria yang terpampang sebagai cover
majalah, Cha Jung Woo (ada penitinya di jas Jung Woo. Jadi inget Om Do Jin hahaha). Ae Ra terbelalak kaget.
Bang Soon berkata kalau Jung
Woo bukan hanya beruntung tapi kelihatannya sekarang dia sudah menjadi seorang
chaebol.
Ae Ra tertawa tak percaya,
tapi setelah diperhatikan dengan seksama itu benar-benar Jung Woo, mantan
suaminya. Ia pun pingsan hahaha.
Cha Jung Woo menghadiri
sebuah acara penghargaan untuknya, ia sekarang seorang CEO dari perusahaan D&T
software Ventures.
Dalam sambutannya Jung Woo
berterima kasih pada semuanya, “Empat tahun lalu saya memulai usaha kecil
dengan 3 pekerja. Dan itu menjadi perusahaan terkemuka di era ponsel abad 21.
Tugas begikutnya dari perusahaan D&T Software adalah membuat program ponsel
yang digunakan untuk bisnis, komunikasi, entertainment. Itu akan menjadi pusat
segalanya.”
Setelah selesai acara Jung
Woo menerima telepon dari sekretarisnya dan bertanya kenapa mereka ingin
menemuinya. Sekretarisnya menjawab tidak tahu.
Jung Woo pun menemui
seseorang disebuah ruangan, ternyata dia seorang wanita (cameo, Wang Bit Na). Wanita itu tersenyum
menyapa Jung Woo. Jung Woo heran karena ia sebenarnya harus melakukan pertemuan
dengan Presdir Cha.
Wanita itu berkata kalau
sepertinya Jung Woo belum mendengar, “Kurasa ayah ingin mengenalkanku padamu.” ucap
wanita itu yang ternyata putri Presdir Cha yang sedang melakukan kencan buta
dengan Jung Woo.
Jung Woo malas melakukan
pertemuan seperti ini ia pun berpesan kalau ia akan menemui Presdir Cha lain
waktu. Ia permisi akan pergi. Tapi Nona Cha mengatakan kalau ia datang dari New
York dengan penerbangan 10 jam sengaja untuk menemui Jung Woo. Tak bisakah ia
mendapatkan waktu Jung Woo selama 10 menit saja.
Keduanya pun duduk, Nona Cha
tahu kalau sebelumnya Jung Woo pernah terluka dalam percintaan, ia juga sama. Ia
mengatakan kalau itu tidaklah penting, “Haruskah kukatakan bahwa aku harus
lebih fokus pada masa depan dibanding masa lalu? Jika kau tak keberatan dengan
itu, aku ingin mengundang makan malam keluarga minggu depan.”
Jung Woo menatap tak suka
ada yang membahas masa lalunya. “Kuharap kau bersenang-senang dengan keluargamu
dalam makan malam itu,” sela Jung Woo. Jung Woo mengatakan kalau ia tak nyaman
dengan orang-orang yang tidak ia kenal. Jung Woo melihat jam tangannya dan
mengingatkan kalau waktu 10 menit sudah habis. Ia sudah mengatakan apa yang
ingin ia katakan, kalau Nona Cha tak ingin mengatakan hal lain ia akan…
Jung Woo tak enak
mengatakan kalau ia akan keluar lebih dulu. Ia pun mempersilahkan Nona Cha
untuk keluar lebih dulu agar terkesan bukan Nona Cha yang ditinggalkan lebih
dulu.
Nona Cha menahan jengkel, ia
pun keluar lebih dulu dan hampir saja bertabrakan dengan sekretarisnya Jung Woo,
Gil Yo Han.
Sekretaris Gil heran melihat
Nona Cha pergi lebih dulu dengan tampang ditekuk, “ada apa?”
Jung Woo tersenyum, “seorang
yang tidak memiliki tas diberitahu kalau mereka akan membelikan sebuah tas
untuknya. Karena kubilang aku tak mau, dia mungkin marah.”
Sekretaris Gil melihat jam
tangan dan mengingatkan kalau sekarang Jung Woo harus segera pergi karena ada
wawancara dengan wartawan.
Dalam wawancara, wartawan
mengucapkan selamat pada Jung Woo atas penghargaan yang diterima. Mereka pun
bertanya, bagaimana rasanya menjadi pebisnis sosial network terbaik.
Jung Woo : “Untuk menjadi
nomor satu bukanlah tujuanku tapi dengan pemikiran untuk menawarkan pelayanan
terbaik pada konsumen, aku hanya melakukan yang terbaik.”
Sekretaris Gil berdiri di
belakang para wartawan tersenyum mendengar penjelasan Jung Woo.
Wartawan : “Saat anda
memulai usaha, saya mendengar kalau awalnya sangat sulit. Kapankah saat-saat
tersulit itu?”
Jung Woo tersenyum, “aku
tak yakin. Ada banyak saat-saat tersulit yang tak terhitung. Di luar semua itu,
yang paling sulit adalah……”
Flashback
Ae Ra marah karena Jung Woo
tak mendapatkan investasi lagi. Jung Woo yang sedang makan pun diambil lagi
makanannya oleh Ae Ra. Ae Ra tak peduli Jung Woo lapar atau tidak. “kau bahkan
tak berhak makan.”
Flashback end
Jung Woo : “dinginnya hati
orang yang paling kupercayai, saat itu benar-benar sulit.”
Wartawan berkata kalau Jung
Woo meraih kesuksesan ini setelah tujuh tahun, siapakah orang yang memberikan
pengaruh bagi kesuksesan Jung Woo. “Jika anda harus memilih orang yang paling
ingin anda ucapkan terima kasih, siapa dia?”
Jung Woo berkata kalau
banyak orang yang membantunya, tapi jika ia harus memilih…
Flashback
Ae Ra dan Jung Woo berada
di depan gedung pengadilan. Jung Woo berusaha menahan Ae Ra untuk mempertimbangkan
kembali keputusan perceraian ini, apa Ae Ra harus jadi seperti ini. Ia
meyakinkan ada banyak orang yang akan berinvestasi dalam produk yang ia ciptakan
dan reaksinya juga bagus dan kalau ini berjalan lancar…
Ae Ra tak mau mendengar
omong kosong itu, “apa kau ingin melakukan ini selamanya kemudian membunyikan
bel (meninggal)? Jika kau melakukannya selama 4 tahun, itu sudah cukup. Itu
artinya tidak ada harapan. Aku tak bisa lagi hidup seperti ini.” Ia memantapkan
hatinya untuk bercerai dari Jung Woo.
Jung Woo mengingatkan bukankah
kita ini pasangan. “Melewati masa sulit, sedih, bukankah kita berjanji saling
bergantung satu sama lain.”
Ae Ra : “tidak. Kurasa kau
salah mengerti sesuatu, kita adalah pasangan saat kau memberiku makan dan bukan
pasangan saat aku harus memberimu makan. Kau dapatkan saja sumbangan orang
miskin itu sendirian. Jangan pernah menyeretku ke dalam selokan juga.”
Ae Ra berlalu masuk ke
gedung pengadilan dengan tetap pada pendiriannya bercerai dari Jung Woo. Jung Woo
menatap sedih dengan perasaan terluka.
Flashback end
Mengingat saat-saat dirinya
terluka seperti itu membuat Jung Woo terlihat marah. “Orang yang membuatku
menggertakkan gigi agar sukses……”
Wartawan heran dan saling
berpandangan dengan sikap Jung Woo yang tiba-tiba seperti orang marah.
Menyadari dirinya sudah
kelepasan Jung Woo tersenyum, “Jika bukan karena orang itu aku tak akan
sesukses hari ini.”
Ae Ra menunjukan majalah
ber-cover Jung Woo pada Min Young. Ae Ra tertunduk menyembunyikan wajahnya. Min
Young bertanya apa Ae Ra menangis.
Ae Ra mengangkat wajahnya menahan
marah, “Pepatah mengatakan bahwa seseorang yang tidak beruntung dengan suami
akan tak beruntung juga dalam hal keuangan. Si brengsek itu.. dia sama sekali
tak pernah menampakan sehelai rambut pun karena dia sudah sukses.”
Min Young berkata ketika Ae
Ra mengambil jalan untuk berpisah bukankah tak ada alasan bagi Jung Woo untuk
menampakan sehelai rambut pun pada Ae Ra. Ae Ra membela diri tetap saja sama,
ada sesuatu yang disebut kasih sayang. Min Young ingin tahu apa
Ae Ra melakukan itu karena perut yang sakit itu.
Ae Ra berkata ini bukan karena
perutnya sakit. Itu karena ini tidak adil. “Kau bayangkan… membayar biaya pengembangan
penelitian Cha Jung Woo, apa kau tahu betapa menderitanya aku?”
Flashback
Ae Ra bekerja keras melakukan
pekerjaan apapun.
“dalam udara sedingin itu
di pasar aku menderita radang karena menjual baju baju. Di Call centre aku
menjawab telepon sampai aku mendengar sesuatu. Aku terbakar panggangan panas
saat melayani pelanggan. Jariku teriris saat memotong kue beras. Aku ditendang
keluar saat aku ketahuan menjual asuransi….”
Flashback end
“Jika aku tak melakukan
itu bagaimana dengan penelitiannya? Dengan uang apa dia melakukan itu?” cibir
Ae Ra.
Min Young membenarkan.
Ae Ra : “Dan yang terpenting
lagi, sms gratis yang dilakukan Cha Jung Woo. Jika kau menghitung dan
melihatnya, dia mengembangkan produk itu karena aku.”
“Apa maksudmu?” tanya Min Young.
Flashback
“Saat aku menjadi agen
asuransi, aku mengirim 200 sms ke pelanggan.”
Ae Ra terkejut kenapa
tagihan sms-nya besar sekali. Ia pun ngomel-ngomel ke Jung Woo, “Jangan
menciptakan sesuatu yang tidak berguna dan ciptakanlah sesuatu yang bisa
mengirimkan sms secara gratis.” (hahaha)
Flashback end
Ae Ra : “Apa kau tahu
kenapa perban dibuat? Jari istrinya teriris ketika sedang mengiris, jadi
bukankah si suami berpikir, ‘apa yang harus kulakukan?’ lalu dia meletakan
perban seperti ini dan plester, kemudian membungkusnya seperti ini. Jadi
darahnya berhenti. Dia menggunakan inspirasi yang dia dapatkan dari itu untuk mengajukan
proposal produk baru berdasarkan itu. Jika jari istri tidak teriris, akankah si
suami mendapatkan ide itu?”
Min Young : “Jadi, setelah
Jung Woo melihat kau tidak senang karena tagihan sms, dia menciptakan itu?”
“Benar sekali.” ucap Ae Ra.
“Kalau dia punya kesadaran, kurasa dia harus memberiku persentase atas kekayaan
intelektual.”
Min Young menilai ucapan Ae
Ra ini omong kosong, “Kekayaan intelektual? Wanita yang bahkan tidak bisa
mendapatkan tunjangan perceraian, kekayaan intelektual apanya?”
Ae Ra kesal, apa ia tidak
menerima tunjangan itu karena ia tidak menginginkannya. “Aku tak bisa
mendapatkannya karena dia bangkrut.”
Min Young : “Jadi kenapa
kau bercerai saat kau miskin? Kau seharusnya bercarai saat dia kaya.”
Hahahahahaha
Ae Ra yang sangat marah meneguk
bir dalam sekali teguk. “Aku tak akan tinggal diam.” ucapnya tajam.
Apa yang akan dilakukan Ae
Ra?
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah membaca blog saya